Minggu, 02 April 2017

budidaya sotong



Tugas Individu
Menejemen Marikultur B


BUDIDAYA SOTONG (Sepia officinalis)




Description: D:\LOGO UNHAS.jpg



Oleh :

Nama              : Muh. Alwi
Nim                 : L221 14 020
Prodi                : Budidaya Perairan






Jurusan Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Budiidaya Sotong(Sepia officinalis)" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Menejemen Marikultur. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya bisa diperbaiki.




29 Maret 2017




                                                                                                Muh. Alwi












BAB I
PENDAHULUAAN

A.   Latar Belakang
Avertebrata air adalah hewan yang tidak bertulang belakang (backbone), yang sebagian atau seluruh daur hidupnya di dalam air. Ditinjau dari segi bentuk, ukuran dan adaptasi lingkungan, hewan avertebrata air mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Sementara itu dari segi ukuran dijumpai mulai dari yang berukuran kecil sampai besar, dan dari segi bentuk tubuh yang sederhana sampai yang kompleks. Dilihat dari lingkungan hidupnya ada yang berada di darat, air tawar, air payau, maupun air laut, bahkan ada yang di daerah ekstrim seperti danau garam.
Avertebrata air dalam bidang perikanan memiliki peranan sebagai makanan ikan, pemangsa ikan, parasit ikan. Avertebrata air juga dapat dimanfaatkan manusia yaitu sebagai konsumsi, obat, indikator biologis, penduga kualitas kesuburan perairan, dan usaha budidaya. Salah satu organisme avertebrata yang menguntunkan yaitu jenis sotong(Sepia officinalis).
Sotong sendiri adalah hewan laut dari ordo Sepiida. Mereka termasuk kelas Cephalopoda, yang juga di dalamnya termasuk cumi-cumi, octopodes, dan nautiluses. Sotong memiliki cangkang internal yang unik, atau cuttlebone, dan oleh karena itu sotong juga sering disebut sebagai cuttlefish. Tetapi, walaupun namanya ikan, sotong bukanlah ikan melainkan moluska.
Sotong memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sotong merupakan makanan utama di wilayah Mediterania dan Asia Timur. Seperti seafood lainnya, sotong kaya akan kalsium dan protein tetapi rendah energi. Cangkang dalam sotong biasa digunakan sebagai sumber kalsium bagi burung peliharaan, selain itu penelitian terhadap organisme ini masih kurang sehingga data mengenai perawatan, mekanisme, dan budidaya masih kurang.
Berdasarkan hasil diatas maka perlu adanya penjabaran lebih lanjut dan salah satunya yaitu pembuatan makalah di manan hal ini di buat untuk memberikan referensi mengenai biota sotong(Sepia officinalis).



B.   Tujuaan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetaui berbagai prospek dan budidaya sotong(Sepia officinalis).
  1. Mamfaat
Adapun maamfaat dari makalah ini yaitu dapat menambah wawasan para pembaca yang budiman mengenai berbagai prospek, aspek dan budidaya sotong(Sepia officinalis).




























BAB II
PEMBAHASAN
  1. Morfologi
Pada bagian dorsal Sepia sp terdapat lengan dan tentakel. pada bagian anterior ujung terdapat mulut yang dikelilingi oleh lengan dan tentakel. Lokasi mata tedapat pada kedua sisu kepala di daerah funnel, dua macam usus terdapat di anterior sekitar mulut, satu lebih pendek dari lengan dan satu lebih panjang dari saker pada tentakel. Di dekat mata terdapat integunmen yang tebal disebut olfactory crest, di bawahnya ditemukan olfactory groove. Mempunyai sifon yang digunakan sebagai alat untuk menyemprotkan tinta.



Mantel pada sotong (Sepia sp.) berwarna putih dengan bintik-bintik merah ungu dan diselubungi selaput tipis yang berlendir pada kedua sisi dorsal mantel terdapat sirip lateral berbentuk segitiga. disekeliling mulutnya terdapat 8 buah lengan dan 2 tentakel yang panjang. Pada permukaan lengan bagian dalam dilengkapi dengan batil isap pada bagian tentakelnya yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Alat pergerakan sotong (Sepia sp) berupa cerobong dan alat kemudian berupa sirip yang letaknya di ujung dorsa.
Gambar 1. Sotong
  1. Klasfiikasi dar Sepia sp
Kingdom         : Animalia
Filum               : Mollusca
Kelas               : Cephalopoda
Ordo                : Sepiida
Famili              : Sepiidae
Genus             : Sepia
Spesies           : Sepia sp
C.   Anatomi
Sepia sp mempunyai zat tinta. Organ yang dipergunakan untuk mengeluarkan zat tinta itu terletak pada ujung suatu juluran panjang yang menonjol di depan. Sepia sp memiliki 3 jantung dan  berdarah biru. Mempunyai cangkang internal, cangkangnya keras karena terbuat dari zat kapur. Memiliki organ ginjal yaitu Nefridium. Sepia sp bernapas dengan senyawa tembaga. Ventrikulus (lambung) dan sepasang kelenjar pencernaan yaitu hati. Di bawah mantel terdapat organ bening yang bernama sifon.
D.   Fisisologi
Sepia sp memiliki alat gerak berupa tentakel di sekitar kepalanya, yang berfungsi sebagai tungkai (lengan dan kaki). Sepia sp mempunyai 8 tentakel pendek dan 2 tentakel yang panjang. Sepia sp bergerak dengan cara berenang, dan pergerakannya cepat. Sepia sp berkembangbiak secara seksual, yaitu ada jantan dan betina. Pada saat perkawinan, hewan jantan menyalurkan sel sperma ke dalam rongga mantel hewan betina dengan menggunakan lengan yang terletak pada bagian ventral, kemudian terjadilah pembuahan. Ovum akan tumbuh dan berkembang di dalam tubuh, kemudian menetas. Setelah cukup dewasa akan keluar dari dalam tubuh dan hidup bebas.
Respirasinya dengan menggunakan insang. Sistem sirkulasinya adalah peredaran darah tertutup. Jantung mempunyai satu bilik dan dua serambi. Sistem saraf hewan ini terdiri atas simpul otak, simpul kaki, dan simpul alat-alat dalam. Sistem pencernaannya adalah dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus yang letaknya pada bagian tubuh di sebelah bawah sifon. Sistem ekskresinya berupa dua kantong ginjal. Organ pertahanan yaitu berupa kantong tinta yang berisikan cairan seperti tinta berwarna coklat/hitam yang terletak di ventral tubuhnya. Tinta ini akan dikeuluarkan jika hewan ini merasa terancam dengan cara menyemburkannya. Cara hidupnya yaitu secara soliter.
E.    Sistem Reproduksi dan Alat Indra
Anggota cephalopoda bersifat diosius. Pada waktu kopulasi spermatofor dari hewan jantan dimasukan dalam rongga mantel betina dengan pertolongan hektokotilus yang berbentuk seperti sisir. Telur cumi-cumi besar dan bersifat megalesita dan jika menetas tidak melewati tahap larva.
Mata perkembangannya telah maju, menyeruapai mata vertebrata. Alat indera yang lain antara lain yaitu sepasang statosist (terletak dibawah otak) berfungsi sebagai indera keseimbangan dan sepasang indera pembau.
  1. Pemijahan Mutara
Pemijahan mulai terjadi  setelah seminggu kemudian dalam kejapung terutama pada ukuran besar. Jumlah kapsul telur yang diperoleh selama periode pengamatan tecatat kurang lebih 2.775 kapsul (11.100 butir) dengan variasi inti butiran per-kapsul antara 1 – 6 inti (Tabel 1), sementara pada Tabel 2 tercatat jumlah telur yang bakal menetas sebanyak 81.963 butir. Telur diinkubasikan dalam kejapung selama 2 minggu kemudian menetas dan dilepaskan  kelaut (restocking) sebanyak 93.063 ekor (stadia juvenil).
G.   Budidaya Kerang Mutiara
Budidaya sotong di lakukan di Keramba jarring apung (KJA) yang memiliki syarat yang sesuai dengan indikator kehidupan sebaran sotong buluh yaitu pada daerah ekosistem batu karang yang letaknya  kurang lebih 30 m dari batas tubir dengan kedalaman dasar perairan diperkirakan antara 20 - 25 m. Keramba jaring apung  terbuat dari konstruksi kayu dan bambu petung sebanyak 2 unit  terdiri atas 6 kotak/unit  dengan luas (P x L) : 2,50 x 2,50 m dengan kedalaman 2,75 m, dan 4 kotak/unit dengan luas 2,5 m x 1,5 m dengan kedalaman dasar keramba 2,75 m.
Sementara jaringnya terbuat dari karoro (warring) dengan ukuran mata jaring 0,5 cm, sehingga tebaran anak ikan teri hidup sebagai  makanan kegemaran  sotong  tidak lolos dari kepungan jaring. Demikian juga  bagan dan rumah jaga terbuat dari konstruksi kayu dan saling berdampingan, sehingga tidak mengganggu kehidupan sotong buluh yang ada dalam kepungan keramba jaring apung. Luas bagan (P x L) : 7 x 12 m dengan kedalaman karoro 5 m, sementara luas rumah jaga (P x L) : 3 x 2 m.  Sebagai bahan apung khususnya untuk keramba jaring apung terbuat dari serofoam yang daya apungnya cukup tinggi dan tahan lama.
  1. Padat Tebar
Pengisian benih sotong buluh dengan padat tebar yang berbeda yaitu 100 ekor, 120 ekor dan 140 ekor dan diulang 2 kali. Benih ini dibeli dari kelompok nelayan yang menggunakan jaring jala yang beroperasi tidak jauh dari lokasi budidaya. Benih yang didapat sebelum ditebar dalam kejapung diukur panjang mantel dan beratnya serta seleksi ukuran yang hampir sama dikelompokan dalam satu kotak kejapung. Hal ini, menghindari terjadinya sifat kanibal antar ukuran yang besar terhadap yang ukuran kecil.
  1. Pemberian Pakan
Sotong buluh (S. lessoniana) merupakan salah satu jenis hewan laut yang memiliki sifat kanibalisme, dengan demikian tebaran dalam keramba jaring apung harus dalam ukuran besar yang hampir sama atau tidak jauh berbeda. Demikian pula dijelaskan bahwa jenis hewan ini, lebih respons memakan makanan yang hidup terutama pada ukuran anakan, antara lain jenis udang jembret (Mesopodopsis sp) dan ikan teri dalam keadaan hidup. Sementara jenis ikan teri dalam kedaan mati juga dapat diberikan, namun responsnya tidak sebaik ikan teri yang masih hidup. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari dengan estimasi perbandingan 10 % dari bobot berat badan sotong. Bersamaan dengan ini, dilakukan pengukuran kondisi oseanografi antara lain suhu, salinitas, pH dan kecerahan air.
  1. Pemanenan
Pemanenan di lakukan ketika organisme budidaya sudah mencapaii ukuran komsumsi, di mana pada tahap pemanenan di lakukan dengan mempersempit area wadah sotong kemudan di lakukan penseseran, setelah di lakukan hal tersebut kemudan di pndahkan dalam suatu wadah untuk dii tampung dan di lakukan pensortiran setelah itu di kemas dan siap untuk d pasarkan.








DAFTAR PUSTAKA
Ahmad.A.2015.Makalah Moluska. https://respirasi91yns.blogspot.co.id. Di akses pada hari Rabu 29 Maret 2017 Pukul 22:54 Wita.
Nurkartka.D.S. Invebrata Filum Moluska. https://mynewbluebubble.wordpress.com. Di akses pada hari Rabu 29 Maret 2017 Pukul 22:16 Wita.
Wahyu.2013. Avertebrata Air.  https://wahyuazizii.wordpress.com. Di akses pada hari Rabu 29 Maret 2017 Pukul 21:12 Wita.
Wisuda.2016. Sotong Hewan laut yang pintar menyamar.
http://www.mongabay.co.id. Di akses pada hari Rabu 29 Maret 2017 Pukul 21:54 Wita.

































Kuis
Menejemen Mariikultur

Muh. Alwi
L221 14 020

Soal
  1. Jelaskan krteria host yang akan dii jadiikan Kerang mutara
  2. Apa kelebihan dan kekurangan yang berasal dari alam sebagai sumber induk untuk kerang mutiara.
  3. Jelaskan cara budidaya Kerang hijau
Jawaban
2 . Kelebihan dan kekurangngan dari alam
a. Kelebihan induk yang di ambl dari alam
  • Tidak membutuhkan waktu yang lama
  • Bisa langsung di gunakan untuk prodyuksi budidaya.
b. Kekurangan Induk dar alam
  • Kemunknan sudah tercemar
  • Bisa mengancam keberlanjutan budidaya

1.Kreteria host yang di jadikan kerang mutara yatu Memiliki Cangkang Nacre yang tebal dan Masiih berumur muda.

3. Cara budidaya kerang hiijau yatu :

  1. Metode Budidaya
Budidaya kerang hijau dapat dilakukan dengan menggu-nakan 4 macam metoda yaitu: metoda tancap (post method), rakit apung (raft method), rakit tancap/rak (rack method) dan tali rentang (long line method). Sedangkan kondisi lingkungan perairan antara lain harus terhindar dari gangguan arus kencang, perubahan suhu yang mendadak, dan salinitasnya antara 27-35 permil. Selain itu harus terhindar dari fluktuasi kadar garam yang tinggi, jauh dari pengaruh sungai besar, bebas dari pencemaran limbah industri dan rumah tangga karena dapat membahayakan untuk dikonsumsi.
Kita akan ambil salah satu contoh teknik budidaya kerang hijau dengan menggunakan metode rakit apung. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuatnya antara lain: tali, rakit (terdiri dari tali, bambu, pelampung) dan jangkar. Rakit yang digunakan dalam metoda ini berfungsi untuk mengumpulkan spat (benih kerang). Dan sekaligus sebagai tempat pembesaran dengan menggunakan tali kolektor tempat menempelnya spat. Rakit terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kerangka untuk menggantungkan tali dan unit pelampung. Guna menyangga rakit supaya tetap menga-pungserta jangkar atau pemberat sebagai penahan rakit.
Ada dua macam bahan yang digunakan untuk membuat kerangka yaitu bambu dan kayu, namun pada umumnya yang digunakan adalah bahan dari bambu. Untuk rakit dengan ukuran 6m x 8m (48 m2) dibutuhkan bambu 18 batang. Dengan jumlah tali gantungan untuk 1 unit adalah 96 tali dengan panjang 3 meter per tali. Sedangkan untuk pelampung menggunakan drum plastik sebanyak 8 buah. Dan untuk pemberatnya menggunakan karung semen sebanyak 2 buah dengan bobot masing-masing pemberat 25 kg.       

  1. Proses pemeliharaan
Proses pemeliharaan menjadi unsur yang menentukan keberhasilan budi daya kerang hijau. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam proses pemeliharaan kerang hijau adalah sebagai berikut.
1) Sortasi
Penyortiran perlu dilakukan agar kerang hijau yang dihasilkan seragam sehingga produksi dan waktu panen dapat ditentukan. Penyortiran dilakukan karena kerang hijau yang menempel pada tali kolektor sering kali tidak seragam ukurannya.
2) Penambahan pelampung
Penambahan pelampung dilakukan saat terjadi penambahan beban tali yang disebabkan oleh pertumbuhan dan pertambahan bobot kerang hijau. Penambahan pelampung berguna untuk menyangga tali agar tetap mengapung.

  1. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang biasa menyerang budi daya kerang hijau adalah jenis teritip (Teredo sp. dan Manus sp.), bintang laut, burung, dan kepiting. Sedangkan Kepiting adalah hama utama bagi juvenile dan kerang dewasa. Kepiting dapat menghabiskan satu lusin kerang hijau setiap harinya. Sementara itu, teritip dan hewan penempel lainnnya akan sangat mengganggu pertumbuhan kerang hijau. Sampai saat ini di Indonesia belum didapati penyakit yang mengancam budi daya kerang hijau. Kerang hijau sendiri dapat terjangldt penyakit yang disebabkan oleh pencemaran di atas ambang batas.

  1. Panen
Kerang hijau dapat dipanen setelah berumur 5-6 bulan masa pemeliharaan. Ukuran kerang hijau dapat dikonsumsi adalah 6-8 cm. Ciri lainnya adalah daging tebal dan berwarna krem. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kerang hijau yang dihasilkan memuaskan adalah sebagai berikut.
  1. Pemanenan dilakukan pada saat kerang hijau dalam fase istirahat.
  2. Pengikisan atau perontokan kerang saat dilepaskan dari pancang bambu atau dari tali dengan benda tajam dapat memperkecil luka pada benang byssus-nya sehingga kerang mempunyai daya tahan hidup lebih lama.