Tugas Individu
Menejemen
Akuakultur Payau
BUDIDAYA KEPITING
Oleh :
Nama : Muh. Alwi
Nim :
L221 14 020
Kelompok : 2 (Dua)
Prodi : Budidaya Perairan
Jurusan Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Budidaya
Kepiting" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada
kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi
anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Menejemen Akuakultur Payau. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Menejemen Akuakultur Payau. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
4 November
2016
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul..................................................................................................................
Kata pengantar................................................................................................... i
Daftar isi............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAAN.......................................................................................... 1
A. Latar
Belang.............................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C.
Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................ 3
A. Biologi
Kepiting........................................................................................ 3
B. Ciri
Morfologi............................................................................................ 3
C. Habitat dan
Daur hidup............................................................................. 3
D. Kebiasaan
Makan...................................................................................... 4
E. Metode
Budidaya...................................................................................... 4
F. Panen.......................................................................................................... 10
E. Pemasaran.................................................................................................. 11
RANGKUMAN................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya pangsa pasar kepiting baik di dalam
maupun diluar negeri adalah suatu tantangan untuk meningkatkan produksi secara berkesinambungan.Dengan
mengandalkan produksi semata dari alam/tangkapan jelas sepenuhnya dapat
diharapkan kesinambungan produksinya. Untuk itu perlu adanya usaha budidaya
bagi jenis crustacea yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Usaha budidaya
kepiting bakau harus didukung oleh tersedianya lahan yang bebas polusi, benih
dan kemampuan pengelolaan secara teknis maupun manajemen. Lahan pemeliharaan
dapat menggunakan tambak tradisional sebagaimana dipakai untuk memelihara
crusta cean.
Kepitng merupakan salah satu komoditas perikanan
pantai yang mempunyai nilai ekonomis penting. Pada mulanya kepiting hanya
dianggap hama oleh Petani tambak,karena sering membuat kebocoran pada pematang
tambak. Tetapi setelah mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, maka
keberadaannya banyak diburu dan ditangkap oleh nelayan untuk penghasilan
tambahan dan bahkan telah mulai dibudidayakan secara tradisional di tambak. Mengingat
permintaan pasar ekspor akan kepiting bakau yang semakin meningkat dari tahun
ketahun maka usaha ekstensifikasi budidaya kepiting bakau mulai dirintis
dibeberapa daerah. Sebagai komoditas ekspor kepiting memiliki harga jual cukup
tinggi baik dipasaran dalam maupun luar negeri, namun tergantung pada kualitas
kepiting (ukuran tingkat kegemukan).Untuk dapat menghasilkan kepiting yang
gemuk diperlukan waktu yang cukup pendek yaitu 10 –20 hari. Harga jual kepiting
gemuk menjadi lebih tinggi dengan demikian dapat meningkatkannilai tambah bagi
petani.
Melihat prospek dan potensi yang strategis maka penulis ingin
menguraikan cara budidaya kepiting yang baik dan benar agar para pembaca bisa
mendapatkan wawasan terkait bagaimana budidaya kepiting yang semestinya.
B. Rumusan masalah
Bagaimana cara budidaya kepiting yang
semestinya?
Bagaimana aspek biologi kepiting?
Bagaimana metode budiaya kepiting?
C. Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah ini yaitu untuk melengkapi wawasan/pengetahuan
di bidang budidaya perairan khususnya pada budidaya kepiting serta menjadikan
makalah ini sebagai referensi dalam budidaya kepiting.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Biologi
Kepiting
Kepiting banyak
ditemukan di daerah hutan bakau, sehingga di Indonesia lebih dikenal dengan
sebutan kepiting bakau “ Mangrove Crab “. Kepiting di klasifikasikan
sebagai berikut:
Filum :
Arthropoda
Klas :
Crustacea
Ordo :
Decapoda
Famili : a.
Kanthidae
b.
Cancridae
c.
Potamonidae
d.
Portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scilla Serrata, S.
Oceania, S. Transquebarica
B.
Ciri
morfologi
Ciri khas yang dimiliki
oleh kepiting adalah karapasnya berbentuk pipih atau agak cembung dan berbentuk
heksagonal atau agak persegi. Ujung pasangan kaki terakhir mempunyai bentuk
agak pipih dan berfungsi sebagai alat pendayung pada saat berenang.
Kepiting bakau memiliki
karapas berwarna seperti warna lumpur atau sedikit kehijauan, pada kiri
kanannya terdapat sembilan buah duri tajam, dan pada bagian depannya di antara
kedua tangkai matanya terdapat enam buah duri. Dalam keadaan normal sapit
kanannya lebih besar dari sapit kirinya dengan warna kemerahan pada
masing-masing ujung capit. Memiliki 3 kaki pejalan dan satu kaki perenang. Kaki
renangnya terdapat pada bagian ujung perutnya, dan ujung kaki perenang
dilengkapi dengan alat pendayung.
C. Habitat dan daur hidup
Kepiting bakau dalam
menjalani hidupnya beruaya dari pantai ke laut. Kemudian induk dan anak-anaknya
akan berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai atau hutan bakau untuk
mencari perlindungan, mencari makan atau membesarkan diri.
Kepiting bakau yang
siap melakukan perkawinan akan memasuki perairan bakau. Setelah perkawinan
berlangsung secara perlahan-lahan kepiting betina akan beruaya ke pantai
dan akhirnya menuju laut untuk melakukan pemijahan. Setelah melakukan pemijahan
telur akan menetas menjadi Zoea1 dan terus menerus berganti kulit menjadi
megalopa, pada stadia ini sudah mulai beruaya pada dasar perairan lumpur menuju
pantai, muara sungai kemudian keperairan hutan bakau sampai dewasa, lalu
melakukan perkawinan lagi.
Gambar 1. Siklus Hidup
Kepiting
- Kebiasaan makan
Kepiting tergolong
hewan pemakan segala (omnivora) dan
pemakan bangkai (scavenger),
sedangkan larva kepiting adalah pemakan plankton. Kepiting digolongkan hewan
nokturnal, karena mencari makan di malam hari. Kepiting bakau lebih suka merangkak
mencari makan, walaupun kepiting dapat berenang ke permukaan air. Kepiting
lebih menyukai makanan alami berupa alga, bangkai hewan, dan udang-udangan.
- Metode Budidaya
a.
Pengadaan
induk
Untuk mendapatkan calon
induk dapat ditempuh dua jalan yaitu dengan melakukan seleksi di areaI budidaya
kepiting atau pembesaran dan dapat pula dengan melakukan penangkapan induk
bertelur di alam. Induk kepiting bertelur dapat ditangkap dengan alat
Trawl-dasar berukuran kecil, jaring insang apung atau jaring dasar atau dengan
perangkap kepiting (Crab pot). Alat-alat tangkap ini sebaiknya dipasang agak
jauh dari pantai di depan perairan bakau karena Kepiting petelur yang akan
memijah biasanya beruaya dan berada jauh dari panta
b. Seleksi induk
Kegiatan seleksi induk bertujuan untuk
mendapatkan calon induk yang berkualitas sesuai dengan persyaratan teknis.
Adapun syarat-syarat induk kepiting yang baik adalah:
1. Umur
kepiting minimal 12 bulan
2. Berat
minimal 300 gr
3. Panjang
carapas minimal 12 cm
4. Sehat
dan tidak terinfeksi penyakit
5. Organ
tubuh lengkap ( tidak cacat)
6. Matang
Gonad (bertelur)
c.
Pemeliharaan
induk
1. Persiapan Bak
Bak yang digunakan
sebagai bak pemijahan dapat berupa bak beton dengan kapasitas 1- 5 ton
atau tergantung dari kegiatan usaha tersebut, bentuk bak bisa bundar atau persegi.
Sebelum digunakan bak pemeliharaan dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan
air tawar ditambahkan deterjen atau dapat pula dengan menggunakan chlorin.
Selesai pencucian bak, dilanjutkan dengan pemasangan aerasi, tujuannya adalah
sebagai suplai oksigen dengan sumber utama adalah blower. Kemudian dilakukan
pengisian air setinggi 30 cm.
2. Pemberian pakan
Induk kepiting yang
telah diaklimatisasi dimasukkan ke dalam bak pemijahan. Dengan padat tebar 1-3
ekor/m2 . bahkan dengan perbandingan jantan dan betina 1:1. Selama dalam
bak pemijahan induk kepiting diberi pakan berupa potongan daging kerang,
cumi-cumi atau udang. Dosis makanan yang diberikan berkisar 3% dari berat total
Kepiting yang hendak dipijahkan.
3. Pengelolahan kualitas air
Untuk menjaga kondisi
kualitas air pemeliharaan/pemijahan tetap stabil maka dilakukan beberapa
kegiatan antara lain dengan melakukan pergantian air, diupayakan sistim
pergantian air dengan menggunakan metode air mengalir. Sisa pakan yang terdapat
di dasar bak sebaiknya segera dibersihkan agar tidak menyebabkan timbulnya
proses pembusukan yang dapat menurunkan kualitas air dalam bak pemijahan.
Pembersihan sisa pakan dapat dilakukan dengan cara penyifonan, yaitu menyedot
sisa pakan dengan menggunakan slang plastic.
4. Ablasi
Secara singkat ablasi
diartikan sebagai pemotongan atau penghilangan salah satu bola mata
dengan tujuan merangsang aktifitas reproduksi dan perkembangan gonadanya.
Prinsip yang digunakan adalah pada bola mata Kepiting terdapat satu organ
yang di beri nama ” X ” organ yang salah satu fungsinya adalah
menghasilkan Gonad Inhibiting Hormon ( GIH ). Dalam
aktifitasnya GIH menghambat aktifitas reproduksi Kepiting sehingga
udang tidak bisa mengalami kematangan telur akibat terhambatnya perkembangan
gonad juga tidak mau melakukan perkawinan. Secara tidak langsung GIHjuga
menghambat aktifitas Y organ yang terletak dibagian kepala. Y organ dalam
aktifitasnya merangsang pembentukan sperma pada individu jantan dan sel telur
pada individu betina.
Jika X- organ
dihilangkan dengan pemotongan tangkai mata, maka GIH tidak terbentuk.
Berarti tidak ada yang menghambat aktifitas reproduksi induk. Disamping itu
karena GIH tidak ada, Y-organ aktif menghasilkan GSH
( Gonad Stimalating Hormon ) yang aktif merangsang pembentukan
sperma dan telur.
d. Pemijahan
Sebelum pemijahan
berlangsung, induk Kepiting betina biasanya akan mengalami ganti kulit
(molting). Bersamaan dengan itu tubuh induk betina akan mengeluarkan sejenis
hormon (Pheromone). Pheromone merupakan perangsang yang kuat bagi jantan agar
segera mendekati betina. Pada saat terangsang oleh pheromone induk jantan akan
segera matang gonad.
Tingkat kematangan
gonad Kepiting jantan dianggap terbaik setelah 3 hari menerima rangsangan.
Induk jantan yang menerima rangsangan akan menaiki (menggendong) tubuh induk
betina kurang lebih 4 hari, hingga proses molting selesai. Sebelum turun dari
tubuh induk betina, induk jantan akan mengeluarkan spermanya.
Proses
pengeluaran sperma (Kopulasi) dilakukan dengan jalan induk jantan membalikkan
tubuh induk betina dan menyisipkan sperma ke dalam ovarium. Kegiatan ini
berlangsung setelah molting dan terjadi 7 – 12 jam. Sekali melakukan proses
pemijahan, sperma dapat digunakan untuk membuahi telur sebanyak 2
periode.Bila proses pemijahan selesai segera induk dipindahkan kedalam bak
penetasan.
e. Penetasan telur
Saat akan
berlangsungnya penetasan dapat ditandai dengan tingkah laku induk Kepiting
biasanya induk lebih sering berdiri pada kaki jalan (Priopoda) dengan
massa telur ditempelkan pada subtrat. Pada saat demikian penggantian air ciukup
dilakukan separuh bagian saja dan dilakukan dengan sangat hati-hati, volume air
sebaiknya memenuhi seluruh bak.
Penetasan yang normal
biasanya berlangsung diantara jam 8 pagi dan malam hari, umumnya sebelum
matahari terbit. Bila penetasan telah berlangsung dengan sempurna yang dapat
diamati dari telah melipatnya abdomen induk segera induk dipindahkan
ke bak pemijahan kembali
f. Pemijahan Larva
1.
Persiapan
Bak
Persiapan Bak untuk
pemeliharaan larva dapat digunakan dari berbagai ukuran dan berbagai desain,
tergantung dari besarnya usaha yang dilaksanakan. Bak pemeliharaan dapat
berukuran 3 -10 ton ditempatkan di luar maupun di dalam ruangan. Bak-bak
berbentuk bulat lebih baik digunakan karena tidak adanya pojok-pojok dimana
larva, makanan, dan detritus berakumulasi.
Bak pemeliharaan
sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan pencucian bak dengan menggunakan
chlorin, sesudah dibilas bak dikeringkan. Selanjutnya aerasi dipasang sebagai
sumber oksigen terlarut. Kemudian dilakukan pengisian air. Air yang akan
digunakan harus air laut bersih yang telah dilakukan filterisasi maupun
penyinaran serta chlorinisasi, semuanya ini bertujuan untuk mencegah
berkembangnya bibit penyakit
2.
Penebaran
Untuk mencegah kematian
yang terlalu tinggi sebaiknya larva kepiting dibiarkan hidup di dalam bak
penetasan hingga berumur 5 hari. Pemindahan yang dilakukan kurang dari 5 hari
dikhawatirkan akan mengakibatkan stres pada larva Kepiting. Larva kepiting yang
baru menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. Agar tidak terjadi perubahan
kondisi lingkungan yang mendadak, pemindahan larva Kepiting ke wadah-wadah
kecil atau waskom yang telah diisi air laut sebaiknya dilakukan bersama air
aslinya. Tujuan pemindahan larva ini adalah untuk mengurangi padat tebar larva Kepiting,
sehingga akan mengurangi kemungkinan terjadinya kematian pada larva Kepiting.
Padat tebar yang disarankan adalah10 - 20 larva/liter
3.
Pemberian pakan
Larva Kepiting yang
baru menetas bersifat planktonis. Jenis makanan yang cocok untuk stadi zoea 1 -
4 adalah Rotifera (Brachionus plicatilis) dengan kepadatan 3 -10/ml.
Selain Rotifera ditambahkan juga naupli Artemia salina yang
baru menetas sampai fase Megalopa. Dosis Artemia pada stadia
(Z 1-2) awal cukup dalam jumlah kecil, kemudian pada stadia Z3 sampai
Z5 100 - 300 ekor/ml
Pada larva tingkat akhir
Z 3-4 sudah dapat ditambahkan hancuran daging cumi-cumi, ikan,
kerang-kerangan atau udang kecil. Namun dalam pemberian hancuran daging dari
berbagai organisme laut perlu hati-hati karena belum tentu cocok untuk larva.
Bila hancuran tidak dimakan dapat menyebabkan pembusukan dan mencemari air
pemeliharaan.
Pada tingkat Megalopa
makanan sudah dapat diawali sama dengan makanan Kepiting dewasa. Yaitu
cumi-cumi, ikan, kerang-kerangan atau udang kecil dengan jumlah 150-200
gram/ton. Pemberian pakan ini cukup 1 kali dalam sehari.
- Pembesaran
- Persiapan Tambak
Kegiatan persiapan tambak meliputi
beberapa subkegiatan, antara
Lain pengeringan tanah dasar,
pemupukan, pengapuran, dan pengisian air.
- Perbaikan Konstruksi
Kegiatan perbaikan konstruksi meliputi perbaikan pematang
yang bocor,
saluran
air, pintu air, dan konstruksi lainnya. Di samping itu, endapan lumpur
yang
terlalu dalam tebal di saluran kering (caren) perlu dikeruk.
- Pengeringan Tanah Dasar
Pengeringan tanah dasar tambak bertujuan untuk menyuburkan
tanah
sehingga
pertumbuhan makanan alami terutama klekap terjamin. Pengolahan dan pengeringan
tambak dapat juga dimaksudkan untuk mnghi1angkan berbagai senyawa sulfida (H2S)
dan senyawa- senyawa beracun lainnya, seperti Ammonia (NH3).
- Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk menumbuhkan klekap. Oleh karcna
itu, sebaiknya tanah dasar yang sudah kering ditaburi dedak (500 kg/ha),
kemudian diberi pupuk kandang atau kompos (1000 kg/ha) dan diairi sedalam 5 cm —
10 cm. Kemudian, dasar tambak ditebari pupuk organik (urea 15 kg/ ha) dan TSP
75
kg/ha.
Setelah tumbuh klekap (sekitar seminggu setelah pemupukan), secara berangsur - angsur
t inggi air dinaikkan dan pada saat demikian kepiting muda sudah dapat ditebarkan
- Pengapuran
Salah satu hal yang juga diperlukan dalam budidaya kepiting
adalah pengapuran. Seperti halnya udang, kepiting memerlukan kapur dalarn
proses pergantian kulit. Penga puran juga berguna untuk menaikkan pH tambak
yang rendah, mengikat CO2. yang herlebihan karena proses pembusukan dan pemapasan,
dan mempercepat proses penguraian bahan organik.
Jumlah kapur yang diperlukan tergantung pada pH tambak.
Tambak - tambak di daerah hutan bakau biasanya memiliki pH rendah (4,0 — 5,0)
sehingga membutuhkan kapur dalam jumlah banyak (3.000 — 6.000 kg/ha batu kapur bakar,
CaO). Kapur ini diberikan pada waktu pengolahan tanah dengan cara mengaduk - aduknya
hingga tercampur merata dengan l umpur tanah dasar tambak sedalam 10 cm. Pemberian
pupuk sebaiknya dilakukan 1 — 2 minggu sekali setelah pengapuran.
- Pengairan
Persyaratan untuk kualitas air yang perlu diperhatikan untuk
menunjang kehidupan kepiting bakau adalah suhu, salinitas dan pH. Suhu yang
sesuai untuk
menunjang
pada kehidupan kepiting bakau adalah 23ºC – 32ºC, tanpa ada perubahan yang
cukup berarti. Salinitas berkisar antara 15 ‰ – 30 ‰, dan pH berkisar antara
7,2 - 7,8.
- Penebaran benih
Sebelum benih kepiting dipelihara di tambak pembesaran,
dianjurkan agar seluruh benih ditempatkan terlebih dahulu pada petak - petak
penyesuaian (aklimatisasi) selama jangka waktu tertentu (sekitar satu bulan).
Selama waktu tersebut, benih kepiting diharapkan sudah dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan perairan tambak. Di samping itu, ukuran kepiting sudah
bertambah besar, sehingga bila dimasukkan ke dalam tambak tingkat kematiannya
rendah. Petak - petak tambak untuk penyesuaian (adaptasi) sebaiknya dibuat dari
bahan semen berukuran kecil (sekitar 15 — 20 m2), dengan dinding yang licin.
Dasar tambak berlumpur dengan tebal 5 — 15 cm yang dicampur
dengan pasir pantai dan kedalaman air 30 - 50 cm. Petak- petak tambak ini tidak
memerlukan penghawaan (aerasi), tetapi cukup diberi aliran air yang dimasukkan
dari dasar tambak. Pengontrolan air pada musim panas dapat dilakukan melalui
penggantian air dengan pompa atau sipon dan sebagian atau seluruhnya diberi
peneduh. Padat penebaran benih Kepiting Bakau ( Scylla spp) pada tambak
pembesaran tergantung dari ukuran benih. Benih yang mempunyai lebar karapas 2 –3
cm dengan berat 40–80 gram dapat ditebar dengan padat penebaran 20.000ekor/ha.
- Pakan Kepiting bakau (Scylla spp)
Selama pemeliharaan kepiting (Scylla spp) diberikan pakan
ikan rucah,daging kerang, dan hancuran daging siput. Jumlah pakan yang
diberikan disesuaikan dengan kebutuhan, yang dapat dilihat dari sisa pakan yang
tidak termakan. Jika pakan dimakan seluruhnya, maka pemberian pakan selanjutnya
sebaiknya ditambah. Namun jika banyak sisa pakan yang tertinggal didasar
tambak, maka dosis pakan sebaiknya dikurangi. Sisa pakan jangan dibiarkan
berada didasar tambak terlalu lama karena dapat mempengaruhi kualitas air
tambak.
- Panen
Masa pemeliharaan penggemukan kepiting bakau relatif singkat
atau juga tergantung dari awal penebaran bibit. Untuk bibit ukuran 100 gram
dalam masa pemeliharaan 1,5 – 2 bulan sudah bisa mencapai ukuran konsumsi (3-4
ekor/kg). Namun apabila awal sudah mempunyai berat lebih dari 200 gram, maka
masa pemeliharaan bisa lebih singkat. Petani memanen kepiting bakau dilakukan
secara selektif yaitu dengan cara memancing dan memisahkannya antara kepiting
bakau yang sangat gemuk dan yang telah mengalami matang gonad atau matang
telur.
- Pemasan
Keluarnya peraturan
Menteri tentang pelarangan penangkapan kepiting bertelur. Secara otomatis
mempengaruhi nilai jual kepiting betina terutama kualitas ekspor, hal ini
tentunya juga sangat dirasakan oleh pembudidaya. Namun demikian, tidak membuat
pelaku utama pembesaran kepiting bakau untuk menyerah karena kepiting jantang
dengan kualitas dan ukuran eksport yang di anjurkan justru mengalami kenaikan
harga yang cukup.
Permintaan eksport
tidak pernah tercukupi dari hasil produksi budidaya, berati peluang pasar cukup
menjanjikan. Tantanagan yang dihadapai pembudidaya adalah bagaimana memproduksi
kepiting bakau jantan dengan ukuran dan kualitas yang sesuai dengan standar
kepiting yang diperbolehkan untuk ditangkap. Hal ini diperlukan karena sangat
susah dibedakan hasil tangkapan di alam dan hasil pembesaran di tambak.
Proses pemasaran hasil
produksi kepiting bakau di beberapa Kecamatan melalui pedagan pengepul yang ada
di masing-masing desa, dimana pengepul memberikan modal maupun sarana kepada
pelaku utama. Pengepul selanjutnya membawa komoditi tersebut ke pengespor.
Pengepul disini berperan sebagai penanam modal dan tidak memberi perjanjian yang
mengikat, atau merugikan pihak pelaku utama. Untuk konsumsi lokal biasanya
transaksi berjalan di pasar terdekat atau konsumen langsung ke pengepul. Harga
kepiting sais lokal berkisar antara Rp. 20.000,- sampai Rp.25.000.
Rangkuman
Kepitng merupakan salah satu komoditas perikanan
pantai yang mempunyai nilai ekonomis penting. Pada mulanya kepiting hanya
dianggap hama oleh Petani tambak,karena sering membuat kebocoran pada pematang
tambak. Tetapi setelah mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, maka keberadaannya
banyak diburu dan ditangkap oleh nelayan untuk penghasilan.
Ciri khas yang dimiliki
oleh kepiting adalah karapasnya berbentuk pipih atau agak cembung dan berbentuk
heksagonal atau agak persegi. Ujung pasangan kaki terakhir mempunyai bentuk agak
pipih dan berfungsi sebagai alat pendayung pada saat berenang.
Kepiting tergolong
hewan pemakan segala (omnivora) dan
pemakan bangkai (scavenger),
sedangkan larva kepiting adalah pemakan plankton. Kepiting digolongkan hewan
nokturnal, karena mencari makan di malam hari.
Permintaan eksport
tidak pernah tercukupi dari hasil produksi budidaya, berati peluang pasar cukup
menjanjikan. Tantanagan yang dihadapai pembudidaya adalah bagaimana memproduksi
kepiting bakau jantan dengan ukuran dan kualitas yang sesuai dengan standar
kepiting yang diperbolehkan untuk ditangkap. Hal ini diperlukan karena sangat
susah dibedakan hasil tangkapan di alam dan hasil pembesaran di tambak.
DAFTAR
PUSTAKA
Andin.2016.Kepiting
bakau. http://linbakker.blogspot.co.id.
Di akses pada hari Sabtu tanggal 19 November 2016, Pukul 16 :30 Wita.
Armas. 2016.Budidaya
Kepiting Bakau.https://www.scribd.com/doc.
Di akses pada hari Sabtu tanggal 19 November 2016, Pukul 14 :20 Wita.
Ammar.Makalah
Kepiting Bakau. http://linbakker.blogspot.co.id. Di akses pada hari Sabtu
tanggal 19 November 2016, Pukul 15 :10 Wita.
Aslam.2016.Analisis
peluang pasar kepiting bakau.http://www.assalam.link. Di akses pada hari
Minggu tanggal 05 Desember 2016, Pukul 21 :20 Wita.
Sucipto. Pembenihan
Kepiting Bakau.http://sucipto71.blogspot.co.id. Di akses pada hari Sabtu
tanggal 19 November 2016, Pukul 16 :43 Wita.
Pramita.2012.Budidaya
Kepiting. http://pramitarazka28411.blogspot.co.id.
Di akses pada hari Sabtu tanggal 19 November 2016, Pukul 14 :30 Wita.