Sabtu, 08 Oktober 2016

Makalah Kelompok
    Patologi Ikan

Penyakit Non Infeksi
Karna
Lingkungan
 




Oleh :
                  Muh. Alwi
                                                        Miranda
            IIn Robihatul F
                Dian Lestari
                                                  Anugra Saputra
                 Yusdalifa Ekayanti Y
                                            Muhammad Amri Yusuf

Jurusan Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Prodi Budidaya Perairan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2016



Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Penyakit non infeksi yang di sebabkan oleh lingkungan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah  Patologi ikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. 
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.











Makassar, 04 September 2016


Penyusun





BAB I
PENDAHULUAAN
Latar belakang
Penyakit pada ikan merupakan gangguan pada fungsi atau struktur organ atau bagian tubuh ikan. Penyakit pada ikan dapat muncul akibat adanya faktor-faktor yang tidak sesuai dengan syarat hidup ikan. Umumnya, serangan penyakit pada ikan terjadi akibat kelalaian manusia yang membiarkan kondisi yang tidak seimbang atau tidak harmonis dalam hubungan mata rantai kehidupan ikan, parasit dan lingkungan. Jika keadaan ini tidak mendapat perhatian serius maka akan mengganggu kesehatan ikan. Ikan akan mudah terserang penyakit dan mengakibatkan kematian. Kerugian yang timbul akibat serangan suatu penyakit dapat berbentuk kematian, pertumbuhan yang lambat bahkan tidak normal, atau produksi benih yang menurun.
Dengan demikian, kegagalan usaha budidaya ikan akibat penyakit tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal saja, tetapi merupakan hasil interaksi yang sangat kompleks antara ikan budidaya (kualitas, stadia rawan), lingkungan budidaya (intern dan ekstern) dan organisme penyebab penyakit serta kemampuan dari pelaksana atau budidayawan itu sendiri. Pada intinya, kesehatan ikan dapat menjadi terkontrol jika semua aspek lingkungan telah terkontrol pula. Ikan yang pernah terserang penyakit dapat pula menjadi sumber penyakit karena fungsinya menjadi agen (perantara) terhadap timbulnya penyakit baru di kemudian hari jika tidak segera ditangani atau diobati secara tuntas.
Salah satu kelompok penyebab penyakit pada ikan yang juga harus diwaspadai oleh pembudidaya ikan dan hobiis (kolektor) ikan adalah kelompok non-infeksi, Kelompok ini adalah kelompok penyakit yang disebabkan oleh Lingkungan.



BAB II
PENYAKIT PADA LINGKUNGAN
Penyakit akibat lingkungan pada ikan masih sering terjadi. Penyakit ini berdasarkan pada penyebabnya dibedakan menjadi 2 golongan yaitu yang disebabkan oleh faktor abiotik dan biotik.
1.  Faktor Abiotik
a. Suhu/temperatur
Selain suhu yang tinggi pada daerah tropis, masalah yang sering ditemukan adalah masalah perubahan suhu yang terlalu ekstrim akibat pengaruh musim, misalnya musim kemarau. Suhu rendah akan menyebabkan kecepatan metabolisme turun sehingga nafsu makan ikan jadi menurun.
Suhu dingin dibawah suhu optimum akan berpengaruh pada penekanan kekebalan pada ikan. Suhu optimum tersebut akan berbeda bagi masing-masing jenis ikan hias.
b. pH
pH air yang dibutuhkan oleh ikan akan bervariasi tergantung pada jenis ikan tersebut. Pada umunya ikan akan toleran terhadap range pH tertentu, misalnya untuk ikan hias jenis Koi dan koki range pH nya antara 6,2 sampai 9,2. pH air yang ekstrim dibawah atau diatas pH optimum akan mengakibatkan gangguan pada kesehatan ikan. pH optimum akan bervariasi tergantung pada jenis ikan. Efek langsung dari pH rendah dan pH yang terlalu tinggi adalah berupa kerusakan sel epitel, baik kulit maupun insang, hal ini akan mengganggu pada proses penyerapan oksigen terutama bagi ikan yang bernafas dengan menggunakan insang.
c. Kesadahan
Kesadahan pada lingkungan pembudidaya ikan hias dikenal dengan istilah air lunak dan air keras. Nilai kesadahan air pada air biasanya ditentukan dengan kandungan kalsium karbonat atau magnesium. Tingkatan nilai kesadahan untuk air dapat dibedakan menjadi air yang lunak (kesadahan rendah), air yang sedang, dan air yang keras atau kesadahan tinggi dan sangta keras. Tiap jenis ikan terutama ikan hias memerlukan kesadahan air yang tidak sama.
Tingkat kesadahan     Kandungan kalsium karbonat    Nilai kesadahan
(dCHo)
Lunak (rendah)                                0 – 50                               0 – 3,5           
Sedang                                            50 – 150                          3,5 – 10
Keras (tinggi)                                 150 – 300                          10,5 – 21
Sangat keras                                    > 300                                 > 21

d. Bahan cemaran
Bahan cemaran biasanya berasal dari sumber air yang digunakan pada suatu usaha budidaya ikan terutama, yang menggunakan sumber air dari sungai atau perairan umum lainnya.
Cemaran bisa berasal dari   limbah domestik maupun limbah industri. Bahan cemaran dapat berupa bahan beracun dan logam berat. Bahan cemaran tersebut secara langsung dapat mematikan atau bisa juga melemahkan ikan. Pada cemaran konsentrasi rendah yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan efek yang tidak mematikan ikan tetapi mengganggu proses kehidupan ikan (sublethal) hal ini akan mengganggu kesehatan ikan. Pada kondisi demikian ikan akan mudah terinfeksi oleh segala macam penyakit-penyakit misalnya penyakit akibat infeksi jamur dan bakteri.

2. Faktor biotik
Algae yang menutupi permukaan air akan mengganggu proses pernafasan ikan. Sedangkan algae yang tumbuh dalam air akan berpengaruh pada pergerakan ikan. Ikan akan terperangkap pada algae tersebut. Selain itu algae sel tunggal yang berupa filament akan masuk kedalam lembar insang dan akan mengganggu pada proses pernafasan ikan, sehingga ikan lama kelamaan akan mengalami kekurangan oksigen.
Beberapa algae yang biasanya tumbuh berlebih (blooming) akan berpengaruh pada pengurangan kandungan oksigen dalam air baik dari aktivitas fotosintesa terutama pada waktu malam hari. Akibat dari aktivitas pembusukan algae akan menimbulkan bahan beracun seperti amoniak. Selain itu beberapa algae akan bersifat racun bagi ikan misalnya dari jenis Mycrocystis aeruginosa.

Menurut Mitchell dalam Fajrin, 2012 beberapa penyakit non infeksi yaitu

  1. Penyakit akibat Amoniak berlebih
Biasanya terlihat terjadi pada kolam tanah yang baru pertama kali digunakan.Penyakit ini lebih bermasalah pada saat musim dingin(winder).Hal itu biasanya disebabkan karna aktifitas bakteri pengurai yang menurun akibat rendahnya suhu. Toksisitas amoniak lebih berbahaya bagi ikan-ikan kecil.
Gejala klinis
-       Insang mengalami kerusakan
-       Produksi mocus berlebih,terutama pada tubuh dan insang
-       Pergerakan ikan melemah
Penanganan                       
-       Menurunkan kadar amoniak pada perairan yang ditinggali ikan(misalnya melakukan aerasi)
-       Pada keadaan kronis,lebih baik segerah mengganti air pada kolam atau memindahkan ikan ke air yang lebih rendah kadar amoniaknya.
-       Kurangi padat tebar ikan
-       Kurangi pemberian pakan pellet yang berlebih.
  1. Hypoxia
Penyakit yang diakibatkan karena sedikitnya oksigen terlarut di air. Penyakit ini jarang terjadi pada kolam atau akuarium yang selalu ter-aerasi. Penyakit ini sering terjadi di kolam yang tidak ter-aerasi dengan baik. Oksigen mulai menurun pada saat matahari terbenam. Besarnya biomassa fitoplankton pada kolam dapat mengonsumsi oksigen dalam jumlah besar pula.
Gejala klinis:
- Ikan terlihat kesulitan bernafas, ditandai dengan ikan yang bernafas megap-megap di permukaan air.
Penanganan:
- Pindahkan ikan pada air dengan kadar oksigen terlarut tinggi.
- Lakukan aerasi, terutama pada malam hari.
- Kendalikan biamassa fitoplankton di kolam.
  1. Hypercapnia
Penyakit ini adalah suatu kondisi dimana terdapat kandungan gas karbon dioksida yang meningkat dengan abnormal dalam darah.
Gejala klinis:
- Ikan mengalami Lethargic / depresi
- Respirasi melambat
- Narcosis Karbon dioksida (pengeluaran karbon dioksida yang sangat sedikit)
Penanganan:
- Naikkan pH air
- Lakukan aerasi
  1. Gas Bubble Disease (super saturasi)
Penyakit ini diakibatkan kelebihan kadar nitrogen di air, ditandai dengan adanya gelembung gas pada tubuh ikan. Terjadinya super saturasi nitrogen dapat terjadi akibat over aerasi, jeleknya pompa, perubahan tekanan hidrostatik secara tiba-tiba, dan perubahan suhu secara tiba-tiba.
Gejala klinis:
- Terdapat gelembung gas dibawah kulit dan sirip.
- Dapat juga terdapat di antara lembaran insang, sehingga menyebabkan ikan sulit bernafas.
- Berenang tidak seimbang.
- Berputar-putar.

Penanganan:
- Kurangi aerasi.
- Hentikan penggunaan pompa yang sudah jelek.
  1. Acidosis dan Alkalosis
Penyakit ini terjadi akibat perairan yang terlalu asam atau terlalu basa. Penyakit ini berkaitan dengan terjadinya fluktuasi pH.
Gejala klinis:
- Acidosis: ikan suka melompat dari air, produksi mucous meningkat, dan insang terlihat luka.
- Alkalosis: terjadi erosi pada kulit dan sirip, mucous terlihat berwarna putih susu.
Penanganan:
- Pindahkan ikan ke air dengan pH netral.
- Ganti air di tempat tinggal ikan.
  1. Penyakit akibat kadar klorin tinggi
Klorin sebenarnya juga dapat berfungsi sebagai agen pengoksidasi. Kandungan klorin pada 4 ppm atau lebih dapat menyebabkan kematian pada ikan dalam beberapa jam saja.
Gejala klinis: 
- Dyspnea (sulit bernafas)
- Ikan bernafas megap-megap di permukaan air
Penanganan:
- Tambahkan Natrium tiosulfat (Na2S2O3), yaitu senyawa kristal yang dapat mengurangi klorin.
- Mengganti air.
  1. Hypothermia dan Hyperthermia
Penyakit ini disebabkan akibat suhu yang terlalu rendah atau suhu yang terlalu tinggi.



Gejala Klinis: 
- Hypothermia: Ikan terlihat lesu, ikan terlihat melipat siripnya seperti terlihat kedinginan, pergerakan tidak progresif/ sangat tidak aktif bergerak.
- Hyperthermia: pergerakan hiperaktif, tachypnea (bernafas dengan cepat), pembuluh darah pecah, berenang dengan gerakan yang cepat seolah ikan merasa gelisah.
Penanganan:
- Normalkan suhu air
8. Penyakit Akibat Logam Berat
Biasanya, logam berat yang mencemari perairan bisa berupa tembaga, merkuri, dan seng.
Gejala klinis:
- Mantel mucous pecah
- Perubahan apitel insang
- Anorexia (hilang nafsu makan)
- Edema (sembap/ terdapat cairan berlebih dibawah kulit)
Penanganan:
- Hilangkan sumber dari logam berat tersebut.
- Lakukan aerasi untuk meningkatkan oksigen terlarut sehingga transpor gas berjalan lebih lancar.









DAFTAR PUSTAKA
Yusfita.2011.Penyakit infeksi dan non infeksi.http://yusufsila-binatang.blogspot.co.id.Di akses pada hari saptu 03 September 2016 pukul 08:32 Wita.Makassar.
Yuliati sri.2016.Penyakit non infeksi pada ikan. https://ndkbluefin89.wordpress.com. Di akses pada hari saptu 03 September 2016 pukul 08:52 Wita.Makassar.
Fajri,M.2016.Penyakit non Infeksi pada Ikan. http://muhammadnurulfajri.blogspot.co.id. . Di akses pada hari saptu 03 September 2016 pukul 09:15 Wita.Makassar.
     Niputud.2016.Penyakit non Infeksi pada ikan.kelautan dan Perikanan.


cone cell

Muh. Alwi
L221 14 020
Budidaya Perairan
Unhas Makassar


A. Sistem indera        adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses
                                         informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor
                                     indera,jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan 
                                    indera.

B.  Indera adalah         bagian dari tubuh yang mampu menerima rangsangan tertentu.

C. sel kerucut (cone cell) adalah sel penerima sinar di dalam retina mata yang
                                    bertanggung jawab terhadap penglihatan warna. Sel kerucut akan
                                    bekerja dengan baik pada kondisi yang cukup terang.

D. Sel batang (rod cell) adalah Sel fotoreseptor di dalam retina yang dapat berfungsi
                                    pada kondisi cahaya yang redup.


E. Fototaksis positif adalah gerak tumbuhan mendekati rangsangan cahaya.

Senin, 03 Oktober 2016

Tugas Kelompok
Menejemen Aquakultur Payau


BUDIDAYA IKAN PATIN

      Oleh :
KELOMPOK 1

Muh. Alwi                                 :
Widya Indah                            :
Arfansyah                               :
Rian Firdayanti rauf               :
Iin Robihatul                            :
Irvan Eriswandi                      :
Ahyarul Ihwan                         :
Surianti Miranda                     :







Jurusan Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2016



BAB I
PENDAHULUAN
Ikan patin merupakan jenisikan konsumsi air tawar,berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dandiminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukupresponsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan,dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk“membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkanikan ini.Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih sepertiperak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulutterletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongancatfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yangberfungsi sebagai peraba.
Ikan patin (pangasius sp) yang terdapat di Indosia terdapat 14 spesies, namum tetap saja pangasianodon hypopthalmus yang berasal dari Thailand merupakan satu-satunya yang dibudidayakan di Indonesia   Dalam rangka memanfaatkan keanekaragaman hayati ikan air tawar Indonesia,khususnya potensi spesies ikan patin lokal untuk budidaya, sejak tahun 1996 telah dilakukan penelitian kerja sama dengan Uni Eropa. dimana spesies ikan patin ini, pangasius djambal bleker, 1846 telah menjadi calon komoditi budidaya baru karna potensi ukurannya yang besar ( bisa mencapai lebih dari 20 kg/ekor ). Penyebaran geografisnya yang luas serta popularitasnya diantara konsumen jenis ini di Sumatra dan pulau-pulau lain di Indonesia, evaluasi budidaya secara teknis menunjukan banyak keunggulan yang bernilai lebih bagi aquaculture.
Di alam, penyebaran geografis ikan patin cukup luas, hampir di seluruh wilayah Indonesia secara alami ikan ini banyak ditemukan di sungai-sungai besar dan berair tenang di Sumatera, seperti Sungai Way Rarem, Musi, Batanghari dan Indragiri. Sungai-sungai besar lainnya di Jawa, seperti Sungai Brantas dan 8 Bengawan. Bahkan keluarga dekat lele ini juga dijumpai di sungai-sungai besar di Kalimantan, seperti Sungai Kayan, Berau, Mahakam, Barito, Kahayan dan Kapuas.
           
Klasifikasi Ikan Patin

Kingdom : Animalia ( hewan )
Filum : Chordata ( bertulang belakang )
Kelas : Pisces
Famili : Pangisidae
Genus : pangisius
Spesies : Pangisius Hypopthalamus, Pangisius jambal, Pangisius humeralis Pangisius lithostoma, Pangisius nasutus, Pangisius polyuranodon dan Pangisius niewenhuisii.
 Djariah (2001) mengemukakan, Ikan patin memiliki warna tubuh putih keperak-perakan, punggung kebiru-biruan, bentuk tubuh memanjang, kepala relatif kecil, ujung kepala terdapat mulut yang dilengkapi dua pasang sungut pende dan tidak mempunyai sisik umumnya.
 Ikan ini ditemukan di lokasi-lokasi tertentu di bagian sungai. Ikan patin bersifat nocturnal atau melakukan aktivitas dimalam hari sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Patin suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai habitat hidupnya dan termasuk ikan dasar , hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah Ikan ini mampu bertahan hidup pada perairan yang kondisinya sangat jelek dan akan tumbuh normal di perairan yang memenuhi persyaratan ideal sebagaimana habitat aslinya.
Pada habitat aslinya, induk ikan Patin memijah pada musim penghujan, dialam bebas biasanya burayak Patin ditemukan pada bulan Maret-Mei. Induk Patin akan matang kelamin mulai pada usia 2-3 tahun, dengan berat diatas 2 kg. Untuk induk betina dengan berat sekitar 6 kg mampu menghasilkan iatas 1 juta butir telur. Perkembangan telur dan sperma dipengaruhi oleh suhu lingkungan,  daerah tropis lebih cepat berkembang dibanding dengan daerah subtropis.
Di alam bebas habitat aslinya, induk patin yang siap memijah biasanya hidup bergerombol pada musim kawin. Induk betina yang matang kelamin akan mengeluarkan telurnya pada saat musim penghujan,  dimana arus air sungai yang deras mengaduk lumpur dipermukaan dasar sungai. Telur yang sudah dibuahi akan menetas 18-24 jam pada suhu 29-30C, sedang pada suhu 26-28C telur akan menetas sampai 27 jam.
Seperti pada umumnya ikan yang baru menetas, larva ikan Patin pun membawa kuning telur sebagai cadangan makanan untuk 48 jam. Akan tetapi waktu yang paling baik mulai memberikan pakan tambahan pada larva adalah dengan memantau langsung tabiat larva. Bila ditemukan ada kanibalisme, maka saat itu larva dah perlu diberikan pakan tambahan. Biasanya diberikan Artemia yang dikultur dalam kurun waktu 18 jam atau kadang kurang dari 18 jam.


BAB II
LOKASI DAN PEMBUDIDAYAAN

1.    Persyaratan lokasi
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 35% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahanbahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).

  1. Pembenihan
a.      Seleksi Induk
Seleksi ini dilakukan terhadap stok induk yang ada dengan tujuan untuk mendapatkan induk yang mempunyai produktivitas tinggi dengan ciri morfologi yang dikehendaki dan dapat diturunkan. Kriteria induk yang akan digunakan, antara lain telah berumur 3 tahun dan beratnya telah mencapai >3 kg/ekor.  Sedangkan induk jantan yang siap dipijahkan telah berumur 2 tahun dan beratnya mencapai >2 kg/ekor. Induk yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik, yaitu tidak terinfeksi oleh penyakit, parasit, dan luka akibat benturan, pukulan, goresan, sayatan, dan lain-lain.
b.      Pemijahan
Pemijahan adalah proses pertemuan antara ikan jantan dan betina untuk melakukan pembuahan telur oleh spermatozoa yang terjadi diluar tubuh atau secara eksternal. Hal-hal yang perlu dilakukan pada proses pembenihan antara lain, pengadaan induk yang meliputi karantina dan perawatan induk. Hal itu bertujuan untuk memilih induk yang berkualitas baik. Biasanya induk-induk yang berasal dari alam memiliki kualitas yang kurang baik sehingga perlu dilakukan karantina dan perawatan untuk meningkatkan kualitas induk.
Pemijahan ikan patin biasanya dilakukan dengan teknik kawin suntik karena induk patin sulit terangsang untuk memijah bila dengan perlakuan secara alami. Teknik pemijahan induksi (induce breeding) dengan menyuntikkan larutan hipofisa dicampur dengan ovaprim. Biasanya, teknik ini diikuti dengan teknik pengurutan (stripping) agar telur tidak berceceran dan bisa ditetaskan di dalam akuarium.


c.    Penetasan
Fertilisasi Merupakan proses masuknya spermatozoa ke dalam telur ikan melalui lubang mikrofil yang terdapat pada choriondan selanjutnya akan terjadi perubahan pada telur dalam proses pembuahan. Telur ikan dan sperma mempunyai zat kimia yang terbentuk dalam proses pembuahan. Zat tersebut adalah gamone.Gamone yang dikeluarkan sel telur disebut gynamone 1 dangynamone. Setelah telur dibuahi sampai dengan menetas maka akan terjadi proses embriologi (masa pengeraman) yaitu mulai dari satu sel, dua sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, 32 sel, 64 sel, 128 sel sampai pra blastula – gastula – neurola – embrio – penetasan. Penetasan disebabkan oleh gerakan-gerakan larva akibat peningkatan suhu, intensitas cahaya dan pengurangan oksigen dalam cangkang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas telur adalah :
  • Kualitas telur. Kualitas telur dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan pada induk dan tingkat kematangan telur.
  • Lingkungan yaitu kualitas air terdiri dari suhu, oksigen, karbon-dioksida, amonia, dll.
  • Gerakan air yang terlalu kuat yang menyebabkan terjadinya benturan yang keras di antara telur atau benda lainnya sehingga mengakibatkan telur pecah.
  • Penetasan telur dapat disebabkan oleh gerakan telur, peningkatan suhu, intensitas cahaya atau pengurangan tekanan oksigen. Dalam penekanan mortalitas telur, yang banyak berperan adalah faktor kualitas air dan kualitas telur selain penanganan secara intensif.

2.      Pendederan Larva.

a.     Persiapan Wadah Perawatan Larva
Wadah yang dapat digunakan untuk pemeliharaan larva yaitu akuarium, bak fiber, bak semen, atau bak kayu. Yang perlu diperhatikan adalah ketinggian air media pemeliharaan larva sebaiknya tidak terlalu dalam atau tinggi, idealnya adalah 20-40 cm. Bila terlalu tinggi akan menyulitkan larva dalam mengambil oksigen dari udara, karena ikan patin sesekali akan mengambil oksigen dari udara meskipun kandungan oksigen terlarut dalam air cukup karena diberikan aerasi. Sebelum digunakan untuk pemeliharaan larva, wadah dicuci dengan deterjen hingga bersih kemudian dibilas dengan desinfektan seperti klorin, kaporit atau PK, kemudian dibilas dengan air bersih dan dibiarkan kering. Setelah benar-benar kering wadah dapat diisi dengan air bersih sebagai media pemeliharaan larva, pengisian air dilakukan sehari sebelum larva akan ditebar, kedalam wadah ditambahkan aerasi.
b.    Pengelolaan Pakan Larva

            Larva ikan patin dapat diberikan pakan berupa nauplius artemia setelah berumur 30-35 jam setelah menetas hingga larva berumur 7 hari, frekwensi pemberian pakan berupa nauplius artemia sebanyak 5 kali dengan interval waktu 4 jam sekali. Pada hari kedua dan ketiga sebaiknya frekwensi pemberian pakan ditingkatkan menjadi 6 kali dengan interval waktu 4 jam sekali, hal ini dikarenakan pada umur tersebut tingkat kanibalisme larva, sedangkan pada hari ke 4 hingga hari ke 7 frekwensi pemberian pakan kembali diturunkan menjadi 5 kali dengan interval waktu 4 jam sekali.
c.     Pengelolaan Kualitas Air

Selama masa pemeliharan setiap pagi harus dilakukan penyiponan yang bertujuan untuk membuang feces ikan dan sisa-sisa pakan yang berlebih. Penyiponan dilakukan menggunakan selang kecil sebelum pemberian pakan di pagi hari, sekitar pukul 6:00 – 7:00 pagi. Air siponan ditampung dengan menggunakan ember, hal ini untuk menampung larva yang mungkin ikut tersipon. Perlakuan untuk mengambil larva yang ikut tersipon adalah dengan memutar air pada ember agar kotoran mengumpul ditengah dan dapat dengan mudah sipon kembali, larva akan berenang melawan arus putaran air sehingga dapat dengan mudah diambil dengan menggunakan seser halus.
Penggantian air dilakukan pada hari ke 4 atau ke 5 masa pemeliharaan larva atau tergantung kondisi air, elanjutnya dapat dilakukan 2 hari sekali. Penggantian air dengan menggunakan selang yang telah diberi pengaman berupa jaring halus agar larva tidak ikut tersedot, setelah air berkurang dinding wadah bagian samping dan dasar dilap dengan menggunakan kain/spon bersih, setelah dirasa cukup bersih baru dilakukan penambahan air media dengan menggunakan air bersih yang telah diendapkan terlebih dahulu.
d.    Pemanenan
Benih ikan patin bisa dipanen sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Setelah benih berumur 15 hari, ukuran benih sekitar ¾ inci dan siap untuk dipanen. Setelah semua larva dipanen, dihitung survival rate (survival rate = jumlah benih yang hidup dibagi jumlah larva yang ditebar x 100), jumlah artemia dan cacing yang digunakan untuk melengkapi form pemeliharaan larva. Selanjutnya benih tersebut didederkan dikolam, bak semen atau bak kayu. Pendederan selama satu bulan benih dapat mencapai ukuran 2-3,5 inchi.
Cara memanen benih adalah dengan mengurangi ketinggian air hingga tersisa 10 % dari ketinggian awal, kemudian benih diseser dengan menggunakan seser halus secara perlahan, lalu ditampung pada wadah sementara berupa ember untuk dihitung dan selanjutnya masuk ketahap pendederan benih pada wadah pemeliharaan yang lebih besar.
Setelah berumur lebih dari 7 hari larva diberikan pakan pengganti berupa cacing sutera (tubifek), cacing sutera yang diberikan harus dicincang terlebih dahulu hal ini karena ukuran bukaan mulut larva yang masih terlalu kecil.
  1. PEMBESARAN
Pembesaran adalah pemeliharaan ikan patin ukuran tertentu dari hasil pendederan  sampai dengan menghasilkan ikan konsumsi. Ada beberapa faktor yang sangat penting sebelum  menekuni usaha pembesaran patin,berikut ini faktor-faktor tersebut beserta uraiannya :
  1.  Penentuan lokasi kolam
Dalam penentuan lokasi kolam harus dipertimbangkan atau diperhitungkan hal-hal sebagai berikut:
·         Harus ditinjau dari gangguan alam seperti  bebas dari banjir.
·         Harus ditinjau dari gangguan pencemaran . Misalnya kualitas air
·          Harus ditinjau dari predator seperti ular, burung pemangsa ikan, kucing dll.
·          Harus ditinjau dari segi keamanan  seperti gangguan dari tangan jahil dsb.
·         Harus ditinjau dari segi transportasi, mudah atau tidaknya kendaran mendekati lokasi kolam.
·         Harus ditinjau dari segi pembuangan limbah / kotoran ikan ,air pengurasan, air bekas ikan setelah dipanen.
·          Lokasi kolam harus yang strategis, maksudnya jangan terlalu banyak pohon  atau apapun yang menghalangi cahaya matahari yang mengarah ke kolam, sebab kalau terlalu rindang maka resiko ikan terkena penyakit akan semakin besar.

  1. Konstruksi Kolam
Pembuatan kolam beton atau terpal harus diperhitungkan kekuatannya mengingat biaya yang cukup besar sehingga jangan sampai baru diisi air kolam rusak, kolam harus mampu menahan beban air . Ketinggian kolam minimal 110 cm  dengan ketinggian air 100 cm. Pintu masuk air harus dibuat sedemikian rupa sehingga apabila air dialirkan , air didalam kolam bisa bergerak berputar perlahan.  Bak penampung kotoran (karasan) dibuat ditengah dan dihubungkan dengan paralon kearah parit pembuangan . Sket kolam model terbaru: 
Keuntungan konstruksi kolam model ini adalah :
·         Bila diadakan penambahan air (grojok) maka kotoran ikan akan keluar sendiri.
·         Pada saat melakukan proses kurang tambah air (long jok) kotoran yang terbuang sangat banyak.
·         Kebersihan kolam akan sangat terjaga / terhindar dari gas sisa kotoran ikan (zat amoniak).
·         Pertumbuhan ikan sangat bagus karena kualitas air bagus sehingga ikan sangat agresif terhadap pakan.
·         Menghemat tenaga

  1. Persiapan kolam
                                   
Untuk kolam baru tidak ada hal-hal spesial yang perlu dilakukan, tetapi untuk kolam yang telah terpakai berkali-kali untuk memelihara ikan, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan  sebelum bibit dimasukkan ke kolam:
·         Kolam harus dibersihkan dari segala kotoran. Kalau perlu semprotlah dinding kolam dengan cairan formalin yang dicampur dengan air.
·         Isi kolam dengan air dengan ketinggian air antara 40 sd 50 cm.Untuk kolam terpal langsung diisi penuh, sebab kalau air tidak penuh akan merusak bahan terpal.
·         Tebarkan larutan kalium permanganat ( pk ) secara merata    
·         Diamkan air kolam 2 sd 5 hari lalu bibit siap ditebar.

  1.  Penebaran benih
Sebelum benih ditebar ke kolam harus dihitung dulu padat tebar benih. Yang dimaksud dengan padat tebar benih adalah jumlah ikan yang harus ditebar untuk satu meter kubik air. Untuk ikan patin padat tebarnya adalah 20 sd 30 ekor. Artinya setiap satu meter kubik air mampu untuk memelihara 20 sd 30 ekor ikan patin sampai ukuran konsumsi. Contoh, untuk kolam ukuran 10m x 10m x 1m berarti mampu untuk membesarkan  ikan patin antara 2000 sd 3000 ekor tergantung selera pengusaha.
Benih yang masih di dalam kantong plastik didiamkan mengapung di permukaan air kolam kurang lebih 10 menit. Setelah itu buka kantong plastik dan masukkan air kolam ke kantong dengan perbandingan 1 air kantong plastic banding 0,5 air kolam selama 5 menit. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk proses adaptasi. Setelah 5 menit baru benih bisa dilepaskan ke kolam.Waktu pelepasan benih ke kolam sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari karena pada saat itu suhu air tidak begitu panas sehingga ikan mudah beradaptasi.

  1. Pemberian pakan

Untuk ikan dengan bobot kurang dari 200 gram/ekor , pakan diberikan dengan takaran 3 sd 5% dari total bobot ikan. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Untuk ikan dengan bobot lebih dari 200 gram/ekor, maka pakan diberikan dengan takaran 1,5 sd 2% dari bobot total ikan dan diberikan 1 kali sehari yakni pada waktu sore hari. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kandungan gizi atau protein yang terdapat pada pakan buatan ( pellet ) dapat diserap oleh ikan secara maksimal sehingga akan menghasilkan daging yang berbobot. Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa pengusaha pembesaran patin, dan hasilnya cukup memuaskan. Per  1000 ekor ikan patin , untuk mencapai ukuran konsumsi biasanya  menghabiskan 25 sak pellet sd 30 sak pelet , tergantung permintaan pasar dan selera pengusaha. Patin biasanya siap dipanen mulai dari usia 6 bulan.

  1.  Pencegahan atau penanganan penyakit.
Lebih baik mencegah daripada mengobati.Kalimat ini memang cocok untuk kita dan hewan peliharaan kita.Lingkungan atau habitat ikan adalah air. Tentunya kalau habitat ikan atau airnya sesuai dengan yang diinginkan oleh ikan maka ikan tidak akan mudah terserang penyakit. Berikut adalah cara memelihara kondisi air agar tetap baik. Untuk ikan patin dibawah bobot 200 gram/ekor, pengurangan dan penambahan air dilakukan 2 sd 3 minggu sekali. Sedangkan untuk ikan diatas200 gram/ekor lakukan pengurangan dan penambahan air antara 7 sd 10 hari sekali. Pengurangan dan penambahan air dilakukan dengan cara mengurangi air kolam sebanyak 50% kemudian ditambah air baru sampai penuh.
Penyakit yang sering menyerang ikan patin terdiri dari dua golongan yaitu penyakit infeksi yang timbul karena organisme pathogen dan penyakit non infeksi yang timbul karena organism lain. Penyebab penyakit infeksi adalah parasit, bakteri dan jamur yang dapat menular, sedangkan penyebab penyakit non infeksi adalah keracunan dan kekurangan gizi.
Penyakit akibat infeksi :
·                 Parasit adalah penyakit bintik putih yang biasanya menyerang pada benih usia 1 sd 6 minggu. Gejala serangan dicirikan dengan adanya bintik bintik putih di lapisan kulit badan, sirip dan lapisan ingsang dan berenang tidak normal. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian  mgo, mbo, roxin dll. Dosis dan aturan pakai ada pada kemasan obat. Bakteri aeromonas sp dan pseudomonas sp. Serangan terjadi pada bagian perut, dada dan pangkal sirip disertai pendarahan. Gejalanya lendir di tubuh ikan berkurang dan terasa kasar bila diraba. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian kalium permanganate (pk ), oxytetracyklin dan chloromycetin. Untuk chloromycetin dapat dicampurdengan pakan dengan dosis 1,2 gram/kg pakan.
·                  Ciri cirri ikan yang terserang jamur adalahadanya luka di bagian tubuh terutama di tutup ingsang, sirip dan bagian punggung. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kualitasair sesuai dengan kebutuhan ikan.
  1.  Pemanenan
                   Ada 2 teknik atau cara pemanenan yaitu :

  • Panen seleksi.
Dengan cara ikan dijaring lalu dipilih satu persatu .Ikan yang sudah memenuhiBobot dan ukuran tertentu , akan dimasukkan ke keranjang dan untuk selanjutnya ditimbang sedangkan ikan yang belum memenuhi kriteria akan dikembalikan ke kolam.Cara ini sangat beresiko tinggi karena ikan akan stress dan mogok makan.
·       Panen total. Dengan cara ikan dijaring lalu dimasukkan ke keranjang dan ditimbang Cara ini lebih kecil resikonya dibanding cara yang pertama.





BAB III
TEKNOLOGI BUDIDAYA

Teknologi yang diterapkan dalam pembenihan patin yaitu pemijahan buatan dan treatment air. Pemijahan buatan dilakukan karena patin (siam, djambal, dan pasupati) dalam wadah budidaya sangat sulit untuk melakukan pemijahan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan 2 metode yaitu sistem kering dan sistem basah dan di Kabupaten Kampar umumnya dilakukan dengan sistem basah atau kombinasi sistem basah dengan sistem kering. Teknik metode pembuahan buatan yaitu:
  1. Pembuahan sistem kering
Dalam sistem kering ini telur yang telah dikeluarkan dan ditampung dalam wadah, kemudian dicampur dengan sperma yang baru/langsung dikeluarkan dari induk jantan, kemudian dicampur dengan bulu ayam selama kurang lebih 1 menit. kemudian untuk aktifasi ditambahkan air yang kaya oksigen sambil diaduk-aduk dengan bulu ayam selanjutnya dibilas dengan air segar beberapa kali, kemudian ditetaskan.
  1. Pembuahan sistem basah
Pada sistem basah ini, sebelum telur dikeluarkan terlebih dahulu dikeluarkan sperma dari induk jantan dan ditampung dalam wadah dan diencerkan dengan larutan NaCl fisiologis (larutan infus NaCl). Larutan tersebut selain berfungsi sebagai pengencer juga berfungsi sebagai pengawet. Spermatozoa dapat tahan hidup dalam larutan tersebut selama 12 – 24 jam pada suhu 5 – 10 °C.



















DAFTAR PUSTAKA

Imran.2015.Behaviorurldefaulvmlo.http://agrocenterterpadu.blogspot.co.id.Di akses pada hari Minggu 24 September 2016 Pukul 21 :23 Wita.
Nasrul.2016.Makalah budidaya ikan patin.Di akses pada hari Minggu 24 September 2016 Pukul 20 :12 Wita.
Farades.2012.Makalah budidaya ikan patin. https://feradesliaahyar.wordpress.com. Di akses pada hari Minggu 24 September 2016 Pukul 20 :32 Wita.

Widiindra.2015.Pembenihan ikan patin.http://widiindrakesuma.blogspot.co.id. Di akses pada hari Minggu 24 September 2016 Pukul 21 :12 Wita.