Tugas Kelompok
Menejemen Aquakultur Payau
BUDIDAYA IKAN PATIN
Oleh :
KELOMPOK
1
Muh. Alwi :
Widya Indah :
Arfansyah :
Rian Firdayanti rauf :
Iin Robihatul :
Irvan Eriswandi :
Ahyarul Ihwan :
Surianti Miranda :
Jurusan
Perikanan
Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas
Hasanuddin
Makassar
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan patin merupakan jenisikan konsumsi air
tawar,berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna
kebiru-biruan. Ikan patin dikenal
sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan
patin mendapat perhatian dandiminati oleh para pengusaha untuk
membudidayakannya. Ikan ini cukupresponsif terhadap pemberian makanan tambahan.
Pada pembudidayaan,dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40
cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan
ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk“membongsorkan“ tubuhnya.
Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan
oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkanikan ini.Ikan patin
berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih sepertiperak,
punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulutterletak
di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongancatfish).
Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yangberfungsi sebagai
peraba.
Ikan
patin (pangasius sp) yang terdapat di
Indosia terdapat 14 spesies, namum tetap saja pangasianodon hypopthalmus yang berasal dari Thailand merupakan
satu-satunya yang dibudidayakan di Indonesia Dalam rangka
memanfaatkan keanekaragaman hayati ikan air tawar Indonesia,khususnya potensi
spesies ikan patin lokal untuk budidaya, sejak tahun 1996 telah dilakukan
penelitian kerja sama dengan Uni Eropa. dimana spesies ikan patin ini,
pangasius djambal bleker, 1846 telah menjadi calon komoditi budidaya baru karna
potensi ukurannya yang besar ( bisa mencapai lebih dari 20 kg/ekor ).
Penyebaran geografisnya yang luas serta popularitasnya diantara konsumen jenis
ini di Sumatra dan pulau-pulau lain di Indonesia, evaluasi budidaya secara
teknis menunjukan banyak keunggulan yang bernilai lebih bagi aquaculture.
Di alam, penyebaran
geografis ikan patin cukup luas, hampir di seluruh wilayah Indonesia secara
alami ikan ini banyak ditemukan di sungai-sungai besar dan berair tenang di
Sumatera, seperti Sungai Way Rarem, Musi, Batanghari dan Indragiri.
Sungai-sungai besar lainnya di Jawa, seperti Sungai Brantas dan 8 Bengawan.
Bahkan keluarga dekat lele ini juga dijumpai di sungai-sungai besar di
Kalimantan, seperti Sungai Kayan, Berau, Mahakam, Barito, Kahayan dan Kapuas.
Klasifikasi
Ikan Patin
Kingdom : Animalia ( hewan )
Filum : Chordata ( bertulang belakang )
Kelas : Pisces
Famili : Pangisidae
Genus : pangisius
Spesies : Pangisius
Hypopthalamus, Pangisius jambal, Pangisius humeralis Pangisius lithostoma,
Pangisius nasutus, Pangisius polyuranodon dan Pangisius niewenhuisii.
Djariah (2001) mengemukakan, Ikan
patin memiliki warna tubuh putih keperak-perakan, punggung kebiru-biruan,
bentuk tubuh memanjang, kepala relatif kecil, ujung kepala terdapat mulut yang
dilengkapi dua pasang sungut pende dan tidak mempunyai sisik umumnya.
Ikan ini ditemukan di lokasi-lokasi
tertentu di bagian sungai. Ikan patin bersifat nocturnal atau melakukan
aktivitas dimalam hari sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Patin suka
bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai habitat hidupnya dan termasuk
ikan dasar , hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah Ikan ini
mampu bertahan hidup pada perairan yang kondisinya sangat jelek dan akan tumbuh
normal di perairan yang memenuhi persyaratan ideal sebagaimana habitat aslinya.
Pada
habitat aslinya, induk ikan Patin memijah pada musim penghujan, dialam bebas
biasanya burayak Patin ditemukan pada bulan Maret-Mei. Induk Patin akan matang kelamin mulai
pada usia 2-3 tahun, dengan berat diatas 2 kg. Untuk induk betina dengan berat
sekitar 6 kg mampu menghasilkan iatas 1 juta butir telur. Perkembangan telur dan sperma dipengaruhi
oleh suhu lingkungan, daerah tropis lebih cepat berkembang dibanding
dengan daerah subtropis.
Di
alam bebas habitat aslinya, induk patin yang siap memijah biasanya hidup
bergerombol pada musim kawin. Induk betina yang matang kelamin akan mengeluarkan
telurnya pada saat musim penghujan, dimana arus air sungai yang deras
mengaduk lumpur dipermukaan dasar sungai. Telur yang sudah dibuahi akan menetas
18-24 jam pada suhu 29-30C, sedang pada suhu 26-28C telur akan menetas sampai
27 jam.
Seperti pada umumnya ikan
yang baru menetas, larva ikan Patin pun membawa kuning telur sebagai cadangan
makanan untuk 48 jam. Akan tetapi waktu yang paling baik mulai memberikan pakan
tambahan pada larva adalah dengan memantau langsung tabiat larva. Bila
ditemukan ada kanibalisme, maka saat itu larva dah perlu diberikan pakan
tambahan. Biasanya diberikan Artemia yang dikultur dalam kurun waktu 18 jam
atau kadang kurang dari 18 jam.
BAB II
LOKASI DAN PEMBUDIDAYAAN
1.
Persyaratan lokasi
Tanah
yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak
bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. Kemiringan tanah yang
baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3‐5% untuk memudahkan pengairan kolam
secara gravitasi. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih,
tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan‐bahan kimia beracun, dan minyak/limbah
pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur,
maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau
Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
- Pembenihan
a. Seleksi
Induk
Seleksi
ini dilakukan terhadap stok induk yang ada dengan tujuan untuk mendapatkan
induk yang mempunyai produktivitas tinggi dengan ciri morfologi yang
dikehendaki dan dapat diturunkan. Kriteria induk yang akan digunakan, antara
lain telah berumur 3 tahun dan beratnya telah mencapai >3 kg/ekor. Sedangkan induk jantan yang siap dipijahkan
telah berumur 2 tahun dan beratnya mencapai >2 kg/ekor. Induk yang akan
dipijahkan harus sehat secara fisik, yaitu tidak terinfeksi oleh penyakit,
parasit, dan luka akibat benturan, pukulan, goresan, sayatan, dan lain-lain.
b.
Pemijahan
Pemijahan
adalah proses pertemuan antara ikan jantan dan betina untuk melakukan pembuahan
telur oleh spermatozoa yang terjadi diluar tubuh atau secara eksternal. Hal-hal
yang perlu dilakukan pada proses pembenihan antara lain, pengadaan induk yang
meliputi karantina dan perawatan induk. Hal itu bertujuan untuk memilih induk
yang berkualitas baik. Biasanya induk-induk yang berasal dari alam memiliki
kualitas yang kurang baik sehingga perlu dilakukan karantina dan perawatan
untuk meningkatkan kualitas induk.
Pemijahan
ikan patin biasanya dilakukan dengan teknik kawin suntik karena induk patin
sulit terangsang untuk memijah bila dengan perlakuan secara alami. Teknik
pemijahan induksi (induce breeding) dengan menyuntikkan larutan hipofisa
dicampur dengan ovaprim. Biasanya, teknik ini diikuti dengan teknik pengurutan
(stripping) agar telur tidak berceceran dan bisa ditetaskan di dalam akuarium.
c.
Penetasan
Fertilisasi
Merupakan proses masuknya spermatozoa ke dalam telur ikan melalui lubang
mikrofil yang terdapat pada choriondan selanjutnya akan terjadi perubahan
pada telur dalam proses pembuahan. Telur ikan dan sperma mempunyai zat kimia
yang terbentuk dalam proses pembuahan. Zat tersebut
adalah gamone.Gamone yang dikeluarkan sel telur
disebut gynamone 1 dangynamone. Setelah telur dibuahi sampai dengan
menetas maka akan terjadi proses embriologi (masa pengeraman) yaitu mulai dari
satu sel, dua sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, 32 sel, 64 sel, 128 sel
sampai pra blastula – gastula – neurola – embrio – penetasan. Penetasan
disebabkan oleh gerakan-gerakan larva akibat peningkatan suhu, intensitas
cahaya dan pengurangan oksigen dalam cangkang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya
tetas telur adalah :
- Kualitas telur. Kualitas telur
dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan pada induk dan tingkat
kematangan telur.
- Lingkungan yaitu kualitas air
terdiri dari suhu, oksigen, karbon-dioksida, amonia, dll.
- Gerakan air yang terlalu kuat
yang menyebabkan terjadinya benturan yang keras di antara telur atau benda
lainnya sehingga mengakibatkan telur pecah.
- Penetasan telur dapat
disebabkan oleh gerakan telur, peningkatan suhu, intensitas cahaya atau
pengurangan tekanan oksigen. Dalam penekanan mortalitas telur, yang banyak
berperan adalah faktor kualitas air dan kualitas telur selain penanganan
secara intensif.
2. Pendederan Larva.
a.
Persiapan Wadah Perawatan Larva
Wadah yang dapat digunakan
untuk pemeliharaan larva yaitu akuarium, bak fiber, bak semen,
atau bak kayu. Yang perlu diperhatikan adalah ketinggian air media pemeliharaan
larva sebaiknya tidak terlalu dalam atau tinggi, idealnya adalah 20-40 cm. Bila
terlalu tinggi akan menyulitkan larva dalam mengambil oksigen dari udara,
karena ikan patin sesekali akan mengambil oksigen dari udara meskipun kandungan
oksigen terlarut dalam air cukup karena diberikan aerasi. Sebelum digunakan
untuk pemeliharaan larva, wadah dicuci dengan deterjen hingga bersih kemudian
dibilas dengan desinfektan seperti klorin, kaporit atau PK, kemudian dibilas
dengan air bersih dan dibiarkan kering. Setelah benar-benar kering wadah dapat
diisi dengan air bersih sebagai media pemeliharaan larva, pengisian air
dilakukan sehari sebelum larva akan ditebar, kedalam wadah ditambahkan aerasi.
b.
Pengelolaan Pakan Larva
Larva ikan
patin dapat diberikan pakan berupa nauplius artemia setelah berumur 30-35
jam setelah menetas hingga larva berumur 7 hari, frekwensi pemberian pakan
berupa nauplius artemia sebanyak 5 kali dengan interval waktu 4 jam sekali.
Pada hari kedua dan ketiga sebaiknya frekwensi pemberian pakan ditingkatkan
menjadi 6 kali dengan interval waktu 4 jam sekali, hal ini dikarenakan pada
umur tersebut tingkat kanibalisme larva, sedangkan pada hari ke 4 hingga hari
ke 7 frekwensi pemberian pakan kembali diturunkan menjadi 5 kali dengan
interval waktu 4 jam sekali.
c. Pengelolaan
Kualitas Air
Selama masa pemeliharan setiap pagi harus dilakukan penyiponan
yang bertujuan untuk membuang feces ikan dan sisa-sisa pakan yang berlebih.
Penyiponan dilakukan menggunakan selang kecil sebelum pemberian pakan di pagi
hari, sekitar pukul 6:00 – 7:00 pagi. Air siponan ditampung dengan menggunakan
ember, hal ini untuk menampung larva yang mungkin ikut tersipon. Perlakuan
untuk mengambil larva yang ikut tersipon adalah dengan memutar air pada ember
agar kotoran mengumpul ditengah dan dapat dengan mudah sipon kembali, larva
akan berenang melawan arus putaran air sehingga dapat dengan mudah diambil
dengan menggunakan seser halus.
Penggantian air dilakukan pada
hari ke 4 atau ke 5 masa pemeliharaan larva atau tergantung kondisi air,
elanjutnya dapat dilakukan 2 hari sekali. Penggantian air dengan menggunakan
selang yang telah diberi pengaman berupa jaring halus agar larva tidak ikut
tersedot, setelah air berkurang dinding wadah bagian samping dan dasar dilap
dengan menggunakan kain/spon bersih, setelah dirasa cukup bersih baru dilakukan
penambahan air media dengan menggunakan air bersih yang telah diendapkan
terlebih dahulu.
d.
Pemanenan
Benih ikan patin bisa dipanen sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki. Setelah benih berumur 15 hari, ukuran benih sekitar ¾ inci dan
siap untuk dipanen. Setelah semua larva dipanen, dihitung survival rate
(survival rate = jumlah benih yang hidup dibagi jumlah larva yang ditebar x
100), jumlah artemia dan cacing yang digunakan untuk melengkapi form
pemeliharaan larva. Selanjutnya benih tersebut didederkan dikolam, bak semen
atau bak kayu. Pendederan selama satu bulan benih dapat mencapai ukuran 2-3,5
inchi.
Cara memanen benih adalah dengan mengurangi ketinggian air
hingga tersisa 10 % dari ketinggian awal, kemudian benih diseser dengan
menggunakan seser halus secara perlahan, lalu ditampung pada wadah sementara
berupa ember untuk dihitung dan selanjutnya masuk ketahap pendederan benih pada
wadah pemeliharaan yang lebih besar.
Setelah berumur lebih dari 7
hari larva diberikan pakan pengganti berupa cacing sutera (tubifek), cacing
sutera yang diberikan harus dicincang terlebih dahulu hal ini karena ukuran
bukaan mulut larva yang masih terlalu kecil.
- PEMBESARAN
Pembesaran
adalah pemeliharaan ikan patin ukuran tertentu dari hasil
pendederan sampai dengan menghasilkan ikan konsumsi. Ada beberapa
faktor yang sangat penting sebelum menekuni usaha pembesaran
patin,berikut ini faktor-faktor tersebut beserta uraiannya :
- Penentuan lokasi kolam
Dalam penentuan lokasi kolam harus dipertimbangkan
atau diperhitungkan hal-hal sebagai berikut:
·
Harus
ditinjau dari gangguan alam seperti bebas dari banjir.
·
Harus
ditinjau dari gangguan pencemaran . Misalnya kualitas air
·
Harus
ditinjau dari predator seperti ular, burung pemangsa ikan, kucing dll.
·
Harus
ditinjau dari segi keamanan seperti gangguan dari tangan jahil
dsb.
·
Harus
ditinjau dari segi transportasi, mudah atau tidaknya kendaran mendekati lokasi
kolam.
·
Harus
ditinjau dari segi pembuangan limbah / kotoran ikan ,air pengurasan, air bekas
ikan setelah dipanen.
·
Lokasi
kolam harus yang strategis, maksudnya jangan terlalu banyak
pohon atau apapun yang menghalangi cahaya matahari yang mengarah ke
kolam, sebab kalau terlalu rindang maka resiko ikan terkena penyakit akan
semakin besar.
- Konstruksi
Kolam
Pembuatan kolam beton atau terpal harus
diperhitungkan kekuatannya mengingat biaya yang cukup besar sehingga jangan
sampai baru diisi air kolam rusak, kolam harus mampu menahan beban air .
Ketinggian kolam minimal 110 cm dengan ketinggian air 100 cm. Pintu
masuk air harus dibuat sedemikian rupa sehingga apabila air dialirkan , air
didalam kolam bisa bergerak berputar perlahan. Bak penampung
kotoran (karasan) dibuat ditengah dan dihubungkan dengan paralon kearah
parit pembuangan . Sket kolam model terbaru:
Keuntungan
konstruksi kolam model ini adalah :
·
Bila
diadakan penambahan air (grojok) maka kotoran ikan akan keluar sendiri.
·
Pada
saat melakukan proses kurang tambah air (long jok) kotoran yang terbuang sangat
banyak.
·
Kebersihan
kolam akan sangat terjaga / terhindar dari gas sisa kotoran ikan (zat amoniak).
·
Pertumbuhan
ikan sangat bagus karena kualitas air bagus sehingga ikan sangat agresif
terhadap pakan.
·
Menghemat
tenaga
- Persiapan
kolam
Untuk kolam baru tidak ada hal-hal
spesial yang perlu dilakukan, tetapi untuk kolam yang telah terpakai
berkali-kali untuk memelihara ikan, berikut hal-hal yang perlu
diperhatikan sebelum bibit dimasukkan ke kolam:
·
Kolam
harus dibersihkan dari segala kotoran. Kalau perlu semprotlah dinding kolam
dengan cairan formalin yang dicampur dengan air.
·
Isi
kolam dengan air dengan ketinggian air antara 40 sd 50 cm.Untuk kolam terpal
langsung diisi penuh, sebab kalau air tidak penuh akan merusak bahan terpal.
·
Tebarkan
larutan kalium permanganat ( pk ) secara merata
·
Diamkan
air kolam 2 sd 5 hari lalu bibit siap ditebar.
- Penebaran benih
Sebelum benih ditebar ke kolam harus
dihitung dulu padat tebar benih. Yang dimaksud dengan padat tebar benih adalah
jumlah ikan yang harus ditebar untuk satu meter kubik air. Untuk ikan patin
padat tebarnya adalah 20 sd 30 ekor. Artinya setiap satu meter kubik air mampu
untuk memelihara 20 sd 30 ekor ikan patin sampai ukuran konsumsi. Contoh, untuk
kolam ukuran 10m x 10m x 1m berarti mampu untuk membesarkan ikan
patin antara 2000 sd 3000 ekor tergantung selera pengusaha.
Benih yang masih di dalam kantong
plastik didiamkan mengapung di permukaan air kolam kurang lebih 10 menit.
Setelah itu buka kantong plastik dan masukkan air kolam ke kantong dengan
perbandingan 1 air kantong plastic banding 0,5 air kolam selama 5 menit. Hal
ini dilakukan dengan tujuan untuk proses adaptasi. Setelah 5 menit baru benih
bisa dilepaskan ke kolam.Waktu pelepasan benih ke kolam sebaiknya dilakukan
pada pagi atau sore hari karena pada saat itu suhu air tidak begitu panas
sehingga ikan mudah beradaptasi.
- Pemberian
pakan
Untuk ikan dengan bobot kurang dari 200
gram/ekor , pakan diberikan dengan takaran 3 sd 5% dari total bobot ikan. Pakan
diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Untuk ikan dengan bobot lebih
dari 200 gram/ekor, maka pakan diberikan dengan takaran 1,5 sd 2% dari bobot
total ikan dan diberikan 1 kali sehari yakni pada waktu sore hari. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar kandungan gizi atau protein yang terdapat pada
pakan buatan ( pellet ) dapat diserap oleh ikan secara maksimal sehingga akan
menghasilkan daging yang berbobot. Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa
pengusaha pembesaran patin, dan hasilnya cukup memuaskan. Per 1000
ekor ikan patin , untuk mencapai ukuran konsumsi biasanya menghabiskan
25 sak pellet sd 30 sak pelet , tergantung permintaan pasar dan selera
pengusaha. Patin biasanya siap dipanen mulai dari usia 6 bulan.
- Pencegahan atau penanganan penyakit.
Lebih baik mencegah daripada
mengobati.Kalimat ini memang cocok untuk kita dan hewan peliharaan
kita.Lingkungan atau habitat ikan adalah air. Tentunya kalau habitat ikan atau
airnya sesuai dengan yang diinginkan oleh ikan maka ikan tidak akan mudah
terserang penyakit. Berikut adalah cara memelihara kondisi air agar tetap baik.
Untuk ikan patin dibawah bobot 200 gram/ekor, pengurangan dan penambahan air
dilakukan 2 sd 3 minggu sekali. Sedangkan untuk ikan diatas200 gram/ekor
lakukan pengurangan dan penambahan air antara 7 sd 10 hari sekali. Pengurangan
dan penambahan air dilakukan dengan cara mengurangi air kolam sebanyak 50%
kemudian ditambah air baru sampai penuh.
Penyakit yang sering menyerang ikan
patin terdiri dari dua golongan yaitu penyakit infeksi yang timbul karena
organisme pathogen dan penyakit non infeksi yang timbul karena organism lain.
Penyebab penyakit infeksi adalah parasit, bakteri dan jamur yang dapat menular,
sedangkan penyebab penyakit non infeksi adalah keracunan dan kekurangan gizi.
Penyakit akibat infeksi :
· Parasit adalah penyakit bintik putih
yang biasanya menyerang pada benih usia 1 sd 6 minggu. Gejala serangan
dicirikan dengan adanya bintik bintik putih di lapisan kulit badan, sirip dan
lapisan ingsang dan berenang tidak normal. Pengobatan dapat dilakukan dengan
pemberian mgo, mbo, roxin dll. Dosis dan aturan pakai ada pada
kemasan obat. Bakteri aeromonas sp dan pseudomonas sp. Serangan terjadi pada
bagian perut, dada dan pangkal sirip disertai pendarahan. Gejalanya lendir di
tubuh ikan berkurang dan terasa kasar bila diraba. Pengobatan dapat dilakukan
dengan pemberian kalium permanganate (pk ), oxytetracyklin dan chloromycetin.
Untuk chloromycetin dapat dicampurdengan pakan dengan dosis 1,2 gram/kg pakan.
· Ciri cirri ikan yang terserang
jamur adalahadanya luka di bagian tubuh terutama di tutup ingsang, sirip dan
bagian punggung. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kualitasair sesuai
dengan kebutuhan ikan.
- Pemanenan
Ada
2 teknik atau cara pemanenan yaitu :
- Panen seleksi.
Dengan cara ikan dijaring lalu dipilih
satu persatu .Ikan yang sudah memenuhiBobot dan ukuran tertentu , akan
dimasukkan ke keranjang dan untuk selanjutnya ditimbang sedangkan ikan yang
belum memenuhi kriteria akan dikembalikan ke kolam.Cara ini sangat beresiko
tinggi karena ikan akan stress dan mogok makan.
· Panen total. Dengan
cara ikan dijaring lalu dimasukkan ke keranjang dan ditimbang Cara ini lebih
kecil resikonya dibanding cara yang pertama.
BAB III
TEKNOLOGI BUDIDAYA
Teknologi
yang diterapkan dalam pembenihan patin yaitu pemijahan buatan dan treatment
air. Pemijahan buatan dilakukan karena patin (siam, djambal, dan pasupati)
dalam wadah budidaya sangat sulit untuk melakukan pemijahan secara alami.
Pemijahan buatan dilakukan dengan 2 metode yaitu sistem kering dan sistem basah
dan di Kabupaten Kampar umumnya dilakukan dengan sistem basah atau kombinasi
sistem basah dengan sistem kering. Teknik metode pembuahan buatan yaitu:
- Pembuahan sistem kering
Dalam
sistem kering ini telur yang telah dikeluarkan dan ditampung dalam wadah,
kemudian dicampur dengan sperma yang baru/langsung dikeluarkan dari induk
jantan, kemudian dicampur dengan bulu ayam selama kurang lebih 1 menit. kemudian
untuk aktifasi ditambahkan air yang kaya oksigen sambil diaduk-aduk dengan bulu
ayam selanjutnya dibilas dengan air segar beberapa kali, kemudian ditetaskan.
- Pembuahan sistem basah
Pada
sistem basah ini, sebelum telur dikeluarkan terlebih dahulu dikeluarkan sperma
dari induk jantan dan ditampung dalam wadah dan diencerkan dengan larutan NaCl
fisiologis (larutan infus NaCl). Larutan tersebut selain berfungsi sebagai
pengencer juga berfungsi sebagai pengawet. Spermatozoa dapat tahan hidup dalam
larutan tersebut selama 12 – 24 jam pada suhu 5 – 10 °C.
DAFTAR PUSTAKA
Imran.2015.Behaviorurldefaulvmlo.http://agrocenterterpadu.blogspot.co.id.Di
akses pada hari Minggu 24 September 2016 Pukul 21 :23 Wita.
Nasrul.2016.Makalah budidaya ikan patin.Di akses pada hari Minggu 24 September
2016 Pukul 20 :12 Wita.
Farades.2012.Makalah budidaya ikan patin. https://feradesliaahyar.wordpress.com.
Di akses pada hari Minggu 24 September 2016 Pukul 20 :32 Wita.
Widiindra.2015.Pembenihan ikan patin.http://widiindrakesuma.blogspot.co.id. Di
akses pada hari Minggu 24 September 2016 Pukul 21 :12 Wita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar