Minggu, 02 April 2017

budidaya sotong



Tugas Individu
Menejemen Marikultur B


BUDIDAYA SOTONG (Sepia officinalis)




Description: D:\LOGO UNHAS.jpg



Oleh :

Nama              : Muh. Alwi
Nim                 : L221 14 020
Prodi                : Budidaya Perairan






Jurusan Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Budiidaya Sotong(Sepia officinalis)" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Menejemen Marikultur. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya bisa diperbaiki.




29 Maret 2017




                                                                                                Muh. Alwi












BAB I
PENDAHULUAAN

A.   Latar Belakang
Avertebrata air adalah hewan yang tidak bertulang belakang (backbone), yang sebagian atau seluruh daur hidupnya di dalam air. Ditinjau dari segi bentuk, ukuran dan adaptasi lingkungan, hewan avertebrata air mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Sementara itu dari segi ukuran dijumpai mulai dari yang berukuran kecil sampai besar, dan dari segi bentuk tubuh yang sederhana sampai yang kompleks. Dilihat dari lingkungan hidupnya ada yang berada di darat, air tawar, air payau, maupun air laut, bahkan ada yang di daerah ekstrim seperti danau garam.
Avertebrata air dalam bidang perikanan memiliki peranan sebagai makanan ikan, pemangsa ikan, parasit ikan. Avertebrata air juga dapat dimanfaatkan manusia yaitu sebagai konsumsi, obat, indikator biologis, penduga kualitas kesuburan perairan, dan usaha budidaya. Salah satu organisme avertebrata yang menguntunkan yaitu jenis sotong(Sepia officinalis).
Sotong sendiri adalah hewan laut dari ordo Sepiida. Mereka termasuk kelas Cephalopoda, yang juga di dalamnya termasuk cumi-cumi, octopodes, dan nautiluses. Sotong memiliki cangkang internal yang unik, atau cuttlebone, dan oleh karena itu sotong juga sering disebut sebagai cuttlefish. Tetapi, walaupun namanya ikan, sotong bukanlah ikan melainkan moluska.
Sotong memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sotong merupakan makanan utama di wilayah Mediterania dan Asia Timur. Seperti seafood lainnya, sotong kaya akan kalsium dan protein tetapi rendah energi. Cangkang dalam sotong biasa digunakan sebagai sumber kalsium bagi burung peliharaan, selain itu penelitian terhadap organisme ini masih kurang sehingga data mengenai perawatan, mekanisme, dan budidaya masih kurang.
Berdasarkan hasil diatas maka perlu adanya penjabaran lebih lanjut dan salah satunya yaitu pembuatan makalah di manan hal ini di buat untuk memberikan referensi mengenai biota sotong(Sepia officinalis).



B.   Tujuaan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetaui berbagai prospek dan budidaya sotong(Sepia officinalis).
  1. Mamfaat
Adapun maamfaat dari makalah ini yaitu dapat menambah wawasan para pembaca yang budiman mengenai berbagai prospek, aspek dan budidaya sotong(Sepia officinalis).




























BAB II
PEMBAHASAN
  1. Morfologi
Pada bagian dorsal Sepia sp terdapat lengan dan tentakel. pada bagian anterior ujung terdapat mulut yang dikelilingi oleh lengan dan tentakel. Lokasi mata tedapat pada kedua sisu kepala di daerah funnel, dua macam usus terdapat di anterior sekitar mulut, satu lebih pendek dari lengan dan satu lebih panjang dari saker pada tentakel. Di dekat mata terdapat integunmen yang tebal disebut olfactory crest, di bawahnya ditemukan olfactory groove. Mempunyai sifon yang digunakan sebagai alat untuk menyemprotkan tinta.



Mantel pada sotong (Sepia sp.) berwarna putih dengan bintik-bintik merah ungu dan diselubungi selaput tipis yang berlendir pada kedua sisi dorsal mantel terdapat sirip lateral berbentuk segitiga. disekeliling mulutnya terdapat 8 buah lengan dan 2 tentakel yang panjang. Pada permukaan lengan bagian dalam dilengkapi dengan batil isap pada bagian tentakelnya yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Alat pergerakan sotong (Sepia sp) berupa cerobong dan alat kemudian berupa sirip yang letaknya di ujung dorsa.
Gambar 1. Sotong
  1. Klasfiikasi dar Sepia sp
Kingdom         : Animalia
Filum               : Mollusca
Kelas               : Cephalopoda
Ordo                : Sepiida
Famili              : Sepiidae
Genus             : Sepia
Spesies           : Sepia sp
C.   Anatomi
Sepia sp mempunyai zat tinta. Organ yang dipergunakan untuk mengeluarkan zat tinta itu terletak pada ujung suatu juluran panjang yang menonjol di depan. Sepia sp memiliki 3 jantung dan  berdarah biru. Mempunyai cangkang internal, cangkangnya keras karena terbuat dari zat kapur. Memiliki organ ginjal yaitu Nefridium. Sepia sp bernapas dengan senyawa tembaga. Ventrikulus (lambung) dan sepasang kelenjar pencernaan yaitu hati. Di bawah mantel terdapat organ bening yang bernama sifon.
D.   Fisisologi
Sepia sp memiliki alat gerak berupa tentakel di sekitar kepalanya, yang berfungsi sebagai tungkai (lengan dan kaki). Sepia sp mempunyai 8 tentakel pendek dan 2 tentakel yang panjang. Sepia sp bergerak dengan cara berenang, dan pergerakannya cepat. Sepia sp berkembangbiak secara seksual, yaitu ada jantan dan betina. Pada saat perkawinan, hewan jantan menyalurkan sel sperma ke dalam rongga mantel hewan betina dengan menggunakan lengan yang terletak pada bagian ventral, kemudian terjadilah pembuahan. Ovum akan tumbuh dan berkembang di dalam tubuh, kemudian menetas. Setelah cukup dewasa akan keluar dari dalam tubuh dan hidup bebas.
Respirasinya dengan menggunakan insang. Sistem sirkulasinya adalah peredaran darah tertutup. Jantung mempunyai satu bilik dan dua serambi. Sistem saraf hewan ini terdiri atas simpul otak, simpul kaki, dan simpul alat-alat dalam. Sistem pencernaannya adalah dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus yang letaknya pada bagian tubuh di sebelah bawah sifon. Sistem ekskresinya berupa dua kantong ginjal. Organ pertahanan yaitu berupa kantong tinta yang berisikan cairan seperti tinta berwarna coklat/hitam yang terletak di ventral tubuhnya. Tinta ini akan dikeuluarkan jika hewan ini merasa terancam dengan cara menyemburkannya. Cara hidupnya yaitu secara soliter.
E.    Sistem Reproduksi dan Alat Indra
Anggota cephalopoda bersifat diosius. Pada waktu kopulasi spermatofor dari hewan jantan dimasukan dalam rongga mantel betina dengan pertolongan hektokotilus yang berbentuk seperti sisir. Telur cumi-cumi besar dan bersifat megalesita dan jika menetas tidak melewati tahap larva.
Mata perkembangannya telah maju, menyeruapai mata vertebrata. Alat indera yang lain antara lain yaitu sepasang statosist (terletak dibawah otak) berfungsi sebagai indera keseimbangan dan sepasang indera pembau.
  1. Pemijahan Mutara
Pemijahan mulai terjadi  setelah seminggu kemudian dalam kejapung terutama pada ukuran besar. Jumlah kapsul telur yang diperoleh selama periode pengamatan tecatat kurang lebih 2.775 kapsul (11.100 butir) dengan variasi inti butiran per-kapsul antara 1 – 6 inti (Tabel 1), sementara pada Tabel 2 tercatat jumlah telur yang bakal menetas sebanyak 81.963 butir. Telur diinkubasikan dalam kejapung selama 2 minggu kemudian menetas dan dilepaskan  kelaut (restocking) sebanyak 93.063 ekor (stadia juvenil).
G.   Budidaya Kerang Mutiara
Budidaya sotong di lakukan di Keramba jarring apung (KJA) yang memiliki syarat yang sesuai dengan indikator kehidupan sebaran sotong buluh yaitu pada daerah ekosistem batu karang yang letaknya  kurang lebih 30 m dari batas tubir dengan kedalaman dasar perairan diperkirakan antara 20 - 25 m. Keramba jaring apung  terbuat dari konstruksi kayu dan bambu petung sebanyak 2 unit  terdiri atas 6 kotak/unit  dengan luas (P x L) : 2,50 x 2,50 m dengan kedalaman 2,75 m, dan 4 kotak/unit dengan luas 2,5 m x 1,5 m dengan kedalaman dasar keramba 2,75 m.
Sementara jaringnya terbuat dari karoro (warring) dengan ukuran mata jaring 0,5 cm, sehingga tebaran anak ikan teri hidup sebagai  makanan kegemaran  sotong  tidak lolos dari kepungan jaring. Demikian juga  bagan dan rumah jaga terbuat dari konstruksi kayu dan saling berdampingan, sehingga tidak mengganggu kehidupan sotong buluh yang ada dalam kepungan keramba jaring apung. Luas bagan (P x L) : 7 x 12 m dengan kedalaman karoro 5 m, sementara luas rumah jaga (P x L) : 3 x 2 m.  Sebagai bahan apung khususnya untuk keramba jaring apung terbuat dari serofoam yang daya apungnya cukup tinggi dan tahan lama.
  1. Padat Tebar
Pengisian benih sotong buluh dengan padat tebar yang berbeda yaitu 100 ekor, 120 ekor dan 140 ekor dan diulang 2 kali. Benih ini dibeli dari kelompok nelayan yang menggunakan jaring jala yang beroperasi tidak jauh dari lokasi budidaya. Benih yang didapat sebelum ditebar dalam kejapung diukur panjang mantel dan beratnya serta seleksi ukuran yang hampir sama dikelompokan dalam satu kotak kejapung. Hal ini, menghindari terjadinya sifat kanibal antar ukuran yang besar terhadap yang ukuran kecil.
  1. Pemberian Pakan
Sotong buluh (S. lessoniana) merupakan salah satu jenis hewan laut yang memiliki sifat kanibalisme, dengan demikian tebaran dalam keramba jaring apung harus dalam ukuran besar yang hampir sama atau tidak jauh berbeda. Demikian pula dijelaskan bahwa jenis hewan ini, lebih respons memakan makanan yang hidup terutama pada ukuran anakan, antara lain jenis udang jembret (Mesopodopsis sp) dan ikan teri dalam keadaan hidup. Sementara jenis ikan teri dalam kedaan mati juga dapat diberikan, namun responsnya tidak sebaik ikan teri yang masih hidup. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari dengan estimasi perbandingan 10 % dari bobot berat badan sotong. Bersamaan dengan ini, dilakukan pengukuran kondisi oseanografi antara lain suhu, salinitas, pH dan kecerahan air.
  1. Pemanenan
Pemanenan di lakukan ketika organisme budidaya sudah mencapaii ukuran komsumsi, di mana pada tahap pemanenan di lakukan dengan mempersempit area wadah sotong kemudan di lakukan penseseran, setelah di lakukan hal tersebut kemudan di pndahkan dalam suatu wadah untuk dii tampung dan di lakukan pensortiran setelah itu di kemas dan siap untuk d pasarkan.








DAFTAR PUSTAKA
Ahmad.A.2015.Makalah Moluska. https://respirasi91yns.blogspot.co.id. Di akses pada hari Rabu 29 Maret 2017 Pukul 22:54 Wita.
Nurkartka.D.S. Invebrata Filum Moluska. https://mynewbluebubble.wordpress.com. Di akses pada hari Rabu 29 Maret 2017 Pukul 22:16 Wita.
Wahyu.2013. Avertebrata Air.  https://wahyuazizii.wordpress.com. Di akses pada hari Rabu 29 Maret 2017 Pukul 21:12 Wita.
Wisuda.2016. Sotong Hewan laut yang pintar menyamar.
http://www.mongabay.co.id. Di akses pada hari Rabu 29 Maret 2017 Pukul 21:54 Wita.

































Kuis
Menejemen Mariikultur

Muh. Alwi
L221 14 020

Soal
  1. Jelaskan krteria host yang akan dii jadiikan Kerang mutara
  2. Apa kelebihan dan kekurangan yang berasal dari alam sebagai sumber induk untuk kerang mutiara.
  3. Jelaskan cara budidaya Kerang hijau
Jawaban
2 . Kelebihan dan kekurangngan dari alam
a. Kelebihan induk yang di ambl dari alam
  • Tidak membutuhkan waktu yang lama
  • Bisa langsung di gunakan untuk prodyuksi budidaya.
b. Kekurangan Induk dar alam
  • Kemunknan sudah tercemar
  • Bisa mengancam keberlanjutan budidaya

1.Kreteria host yang di jadikan kerang mutara yatu Memiliki Cangkang Nacre yang tebal dan Masiih berumur muda.

3. Cara budidaya kerang hiijau yatu :

  1. Metode Budidaya
Budidaya kerang hijau dapat dilakukan dengan menggu-nakan 4 macam metoda yaitu: metoda tancap (post method), rakit apung (raft method), rakit tancap/rak (rack method) dan tali rentang (long line method). Sedangkan kondisi lingkungan perairan antara lain harus terhindar dari gangguan arus kencang, perubahan suhu yang mendadak, dan salinitasnya antara 27-35 permil. Selain itu harus terhindar dari fluktuasi kadar garam yang tinggi, jauh dari pengaruh sungai besar, bebas dari pencemaran limbah industri dan rumah tangga karena dapat membahayakan untuk dikonsumsi.
Kita akan ambil salah satu contoh teknik budidaya kerang hijau dengan menggunakan metode rakit apung. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuatnya antara lain: tali, rakit (terdiri dari tali, bambu, pelampung) dan jangkar. Rakit yang digunakan dalam metoda ini berfungsi untuk mengumpulkan spat (benih kerang). Dan sekaligus sebagai tempat pembesaran dengan menggunakan tali kolektor tempat menempelnya spat. Rakit terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kerangka untuk menggantungkan tali dan unit pelampung. Guna menyangga rakit supaya tetap menga-pungserta jangkar atau pemberat sebagai penahan rakit.
Ada dua macam bahan yang digunakan untuk membuat kerangka yaitu bambu dan kayu, namun pada umumnya yang digunakan adalah bahan dari bambu. Untuk rakit dengan ukuran 6m x 8m (48 m2) dibutuhkan bambu 18 batang. Dengan jumlah tali gantungan untuk 1 unit adalah 96 tali dengan panjang 3 meter per tali. Sedangkan untuk pelampung menggunakan drum plastik sebanyak 8 buah. Dan untuk pemberatnya menggunakan karung semen sebanyak 2 buah dengan bobot masing-masing pemberat 25 kg.       

  1. Proses pemeliharaan
Proses pemeliharaan menjadi unsur yang menentukan keberhasilan budi daya kerang hijau. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam proses pemeliharaan kerang hijau adalah sebagai berikut.
1) Sortasi
Penyortiran perlu dilakukan agar kerang hijau yang dihasilkan seragam sehingga produksi dan waktu panen dapat ditentukan. Penyortiran dilakukan karena kerang hijau yang menempel pada tali kolektor sering kali tidak seragam ukurannya.
2) Penambahan pelampung
Penambahan pelampung dilakukan saat terjadi penambahan beban tali yang disebabkan oleh pertumbuhan dan pertambahan bobot kerang hijau. Penambahan pelampung berguna untuk menyangga tali agar tetap mengapung.

  1. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang biasa menyerang budi daya kerang hijau adalah jenis teritip (Teredo sp. dan Manus sp.), bintang laut, burung, dan kepiting. Sedangkan Kepiting adalah hama utama bagi juvenile dan kerang dewasa. Kepiting dapat menghabiskan satu lusin kerang hijau setiap harinya. Sementara itu, teritip dan hewan penempel lainnnya akan sangat mengganggu pertumbuhan kerang hijau. Sampai saat ini di Indonesia belum didapati penyakit yang mengancam budi daya kerang hijau. Kerang hijau sendiri dapat terjangldt penyakit yang disebabkan oleh pencemaran di atas ambang batas.

  1. Panen
Kerang hijau dapat dipanen setelah berumur 5-6 bulan masa pemeliharaan. Ukuran kerang hijau dapat dikonsumsi adalah 6-8 cm. Ciri lainnya adalah daging tebal dan berwarna krem. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kerang hijau yang dihasilkan memuaskan adalah sebagai berikut.
  1. Pemanenan dilakukan pada saat kerang hijau dalam fase istirahat.
  2. Pengikisan atau perontokan kerang saat dilepaskan dari pancang bambu atau dari tali dengan benda tajam dapat memperkecil luka pada benang byssus-nya sehingga kerang mempunyai daya tahan hidup lebih lama.










Rabu, 29 Maret 2017



Tugas Individu
Menejemen Marikultur B


BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR

Description: D:\LOGO UNHAS.jpg






Oleh :

Nama             : Muh. Alwi
Nim                 : L221 14 020
Prodi               : Budidaya Perairan






Jurusan Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2017




KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Budiidaya Lobster Air Tawar" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
       Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Menejemen Marikultur. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga
terealisasikanlah makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.



26 Maret 2017




                                                                                                                 Penulis








BAB I
PENDAHULUAAN

A.   Latar Belakang
Lobster air tawar memiiliki potensi yang besar di kawasan Indonesia, itu karena memiliki dua musim. Tapi sunggu amat sayang, hal ini tidak diimbangi dengan tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dalam membudidayakan lobster air tawar. Kondisi ini menyebabkan lobster air tawar masih sulit diperoleh di pasaran dan harganya juga menjadi kurang terjangkau masyarakat luas, padahal jika di tinjau lebih lanjut Lobster air tawar tergolong udang yang mudah dibudidayakan.
Selama ini lobster air tawar masih dibudidayakan dengan lahan dan modal besar. Padahal, usaha budi daya lobster air tawar juga bisa dikembangkan dalam skala usaha kecil. Lobster air tawar ber-genus Cherax dari famili parastacidae baru mulai dikembangkan untuk budidaya petani ikan diIndonesia pada tahun 2000. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat Indonesia yang masih belum mengenal sosok fisik lobster air tawar, padahal selain memiliki fisik yang menarik untuk dijadikan udang hias, lobster juga dapat digunakan untuk udang konsumsi yang harganya mahal sebagai penyedia protein hewani.
Pengembangan lobster memiliki banyak masalah d antaranya  Belum banyak ilmu pengetahuan alam, khususnya biologi yang membahas berbagai spesies dalam lobster dihabitat aslinya, Belum berkembangnya pengetahuan tentang teknik adaptasi dalam usaha domestik lobster air tawar yang berasal dari habitat alam, Belum banyak diketahui teknik pemijahan udang lobster air tawar secara semi buatan dan Masyarakat petani ikan belum banyak yang memahami teknik persiapan wadah dan media, penebaran benih, pemeliharaan benih, panen dan packing serta pengangakutan.
Melihat lahan potensi yang melimpah dan  sumber daya alam yang memadai serta masalah-masalah yang terdapat pada buddaya lobster maka sangat di pandang penting untuk meningkatkan produktifitas budidaya lobser ini, selain itu dengan terbentuknya makalah ini, di harapkan menjadi referensi yang relefan untuk menambah wawasan pembaca mengenai prosespek dan cara budidaya lobster air tawar


B.   Tujuaan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetaui berbagai prospek dan budidaya lobster air tawar.
  1. Mamfaat
Adapun maamfaat dari makalah ini yaitu dapat menambah wawasan para pembaca yang budiman mengenai prospek dan budidaya lobster air tawar.



























BAB II
PEMBAHASAN
  1. Klasifikasi
Menurut Holthuis dalam Patasik dalam Reski 2014 klasifikasi  lobster adalah sebagai berikut:
Filum
Subfilum
Kelas
Subkelas
Serie
Super-ordo
Ordo
Subordo
Seksi
Famili
Genus
Spesies
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Arthopoda
Mandibula
Crustacea
Malacostraca
Eumalostraca
Eucarida
Decapoda
Reptantia
Macrura
Parastacidae
Cherax
C. comunis, C. monticola,
C. tenuimanus, C.destructor
C. waselli
  1. Morfologi
Menurut Patasik dalam Reski 2014 Seperti halnya jenis crayfish lainnya, Cherax sp. Memiliki susunan morfologi yang terdiri dari 3 segmen utama yaitu, kepala dada (Chepalotorax), badan (abdomen), dan bagian ekor (telson). Secara lengkap susunan morfologinya sbb.

  1. Kepala-dada (Chepalotorax)
Pada bagian kepala-dada (Chepalotorax) terdapat rangka penutup kepala berupa kulit tebal yang tersusun dari bahan yang berupa kapur (chitin) dengan bahana utama calcium carbonate terdapat tonjolan memanjang kea rah depan yang disebut rostrum, rostrum merupakan salah satu bagian  tubuh yang dapat digunakan sebagai petunjuk dalam melakukan identifikasi jenis udang-udangan. Rostrum sangat pendek dengan posisi mendatar dan memiliki bentuk menyerupai kerucut pada sisinya terdapat duri halus, masing-masing sebanyak 1 pasang.
Beberapa anggota tubuh pada chepalotorax berturut-turut kearah belakang adalah mata bertangkai yang dapat digerakkan, first antene berbentuk cambuk pendek yang terdiri dari 4 cambuk, second antene berbentuk cambuk  panjang yang terdiri dari 2 cambuk. Kedua pasang antena ini berfungsi sebagai alat peraba dan keseimbangan pada saat bergerak dan berenang, Anggota selanjutnya adalah mandibular, maxilla, dan exopodite mendibel.
Pada bagian bawah kepala-dada terdapat kaki jalan (periopoda). Kaki jalan terdiri dari 5 pasang, masing-masimg 1 pasang kaki jalan pertama, kaki jalan pertama ini berukuran besar dan sangat kokoh menyerupai kaki kepiting atau lebih dikenal dengan nama capit (chela). Selain berfungsi sebagai kaki jalan, capit juga berfungsi sebagai senjata untuk membela diri serta sebagi alat untuk memotong atau merobek makanan yang berukuran besar dan keras. Kaki jalan kedua dan ketika berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan kaki jalan pertama, Selain untuk berjalan, kaki jalan kedua dan ketiga juga digunakan untuk menjepit dan memasukkan makanan ke dalam mulut. Pada kedua ujung kaki jalan dan ketiga terdapat capit kecil yang dikenal dengan nama dactilopodite. 
Berbeda dengan kaki jalan keempat dan kelima, pada ujung kaki jalan keempat tidak terdapat capit seperti pada kaki jalan pertama, kedua dan ketiga. Ujung kaki keempat dan kelima hanya berupa sapit berfungsi untuk menyobek selaput spermatogonum pada saat pemijahan. Adapun jumlah ruas pada kaki jalan, baik pada kaki jalan pertama, kedua dan ketiga, keempat, dan kelima masing-masing 7 (tujuh) ruas.
  1. Abdomen (badan)
 Abdomen merupakan bagian tubuh antara chepalotoraax dan telson, pada cherax sp. Abdomen tertutup oleh kulit keras dan terdiri dari 5 segmen. Keseluruhan segmen dikenal dengan pleura yang susunannya kearah telson menyerupai susunan genteng. Pleura 1 menindih pleura 2, pleura3 menindih pleura 3 demikian selanjutnya hingga pangkal telson.
Pada bagian bawah abdomen terdapat kaki renang (pleopoda) yang  strukturnya berupa-selaput tipis dan masing–masing terdiri dari 3 ruas  Pada cherax sp. Selain untuk bereang pleopoda juga berfungsi sebagai tempat untuk melekatkan telur. Tepi dan ujung pleopoda betina terdiri dari bulu-bulu halus yang berfungsi untuk melekatkan telur yang telah dibuahi dan sekanjutnya akan dierami pada ruangan dibawah abdomen (brood chamber).
  1. Ekor (telson)
Telson merupakan bagian yang paling belakang dari tubuh lobster secara keseluruhan, bagian ekor terdiri 2 yaitu 1 helai telson dan 4 helai uropoda (ekor kipas). Keseluruhan bagian telson berfungsi untuk berenang atau bergerak mundur secara cepat kearah pereiopoda sehingga menimbulkan sentakan yang cukup kuat untuk mendorong seluruh tubuh kearah belakang (mundur).






.


                                    Gambar 1. Lobster Air tawar

  1. Makanan Lobster Air Tawar
Lobster tidak begitu senang dengan panas matahari sehingga hidupnya banyak dihabiskan di dalam lubang persembunyian. Lobster air tawar bergerak sangat lambat pada siang hari, tetapi akan berubah agresif pada malam hari karena lobster termasuk hewan nocturnal yaitu hewan yang aktif mencari makan pada malam hari. Makanan lobster antara lain yaitu biji - bijian, sayuran, lumut, daging segar, cacing dan bangkai binatang sehingga digolongkan sebagai hewan omnivore.

  1. Masa Kawin Lobster Air Tawar
Lobster hanya kawin jika telah menemukan pasangan yang cocok. Meskipun  telah bertemu lobster tidak akan melakukan perkawinan jika tidak cocok. Di habitat aslinya, lobster mulai kawin saat berumur 1 tahun dan terjadi pada awal musim hujan. Perkawinan biasanya dilakukan malam hari. Sepuluh hari setelah kawin, telur yang telah dibuahi induk jantan akan terlihat melekat di bawah perut induk betina. Telur ini akan menetas 1,5 bulan setelah pembuahan.
  1. Pergantian Cangkang ( molting )
Molting terjadi seiring perkembangan ukuran tubuhnya, sejak masih kecil hingga dewasa. Namun semakin dewasa, pergantian cangkang akan semakin berkurang. Molting adalah saat yang paling rawan bagi lobster. Saat itu tubuhnya tidak terlindungi oleh apapun sehingga sangat lemah dan mudah dimangsa oleh lobster lain. Karena itu, saat sedang molting lobster akan berdiam diri di dalam lubang persembunyiannya.
Pergantian cangkang dipengaruhi oleh perubahan air dan makanan. Bila kualitas air jelek, lobster akan malas makan sehingga pertumbuhannya akan terhambat dan proses molting pun terhambat. Setiap kali pergantian cangkang, bobot tubuh lobster akan bertambah minimum 50% dari bobot sebelumnya. Saat molting, lobster juga akan memperbarui bagian - bagian tubuhnya yang cacat atau patah seperti kaki dan capitnya. Saat molting terjadi, kulit kepala akan merekah dan pecah karena terdorong oleh pertumbuhan daging baru. Selanjutnya daging baru akan dilapisi kulit baru yang sangat lunak dan akan mengeras dalam waktu 24 - 48 jam.

  1. Pembenhan Lobster
Pembenihan merupakan proses untuk mendapatkan benih atau anak lobster yang baru. Pembenihan dilakukan dengan cara mengawinkan induk jantan dengan induk betina yang telah matang alat kelamin. Benih yang dihasilkan nantinya bisa dijual ke pembudidaya lain atau dibesarkan. Keberhasilan pembenihan bisa dilihat dari kualitas dan jumlah anakan yang dihasilkan. Karena itu, perlu kejelian dalam memilih calon induk dan induk untuk menjamin anakan yang baik pula.
  1. Pemilihan dan perawatan calon induk
Induk memegang peranan penting dalam proses pembenihan, karena hasil anakan dipengaruhi oleh kualitas induk yang dipakai. Dalam budidaya lobster skala kecil (rumah tangga ), umumnya peternak memiliki minimumpaket induk yang terdiri dari 25 betina dan 15 jantan.
  1. Pemilihan calon induk
Induk sudah dapat dimulai 2 - 3 bulan atau panjang tubuhnya mencapai 5 cm. Namun, calon induk yang akan digunakan minimum harus berusia 6 - 7 bulan dengan panjang tubuh 12 - 15 cm. Berikut ini tips untuk memilih calon indukan yang berkualitas.
  • Pilih calon induk yang pertumbuhannya paling cepat, dapat dilihat dari bentuk tubuhnya yang lebih gemuk daripada yang lain.
  • Pilih calon induk yang punya nafsu akan besar.
  • Pilih calon induk yang gerakannya lincah.
  • Pilih calon induk yang badannya berwarna cerah.
  • Perhatikan jenis kelamin. Jangan pilih yang banci atau berkelamin ganda yang ditandai alat kelamin jantan tidak terlalu menonjol dan warna merah capitnya tidak terlalu cerah.
  • Jangan memilih lobster yang berkepala besar dan bertubuh kecil karena itu tandanya kurang makan
  1. Perawatan calon induk
Calon induk yang telah dipersiapkan dipelihara dan dirawat dalam wadah yang terpisah dengan lobster lain. Pemisahan ini dilakukan agar calon induk lebih gampang dikontrol dan diawasi perkembangannya, serat agar merasa lebih nyaman. Selain itu, calon indk jantan dan betina juga dipisah dalam wadah yang berbeda agar tidak terjadi perkawinan yang tidak diharapkan saat calon induk belum matang kelamin.
Wadah pemeliharaan berupa akuarium berukuran 1 x 0,5 x 0,4 yang diisi air sedalam 10- 20 cm. akuarium ini menampung 8 ekor induk. Selama perawatan, calon induk diberi makan berupa cacing tanah dan cacing darah. Dosis makanan yang diberikan per hari adalah 3% dari berat total calon induk. Pemberian makanan dilakukan 2 kali sehari saat pagi dan sore hari. Untuk menghasilkan telur yang berkualitas dan meningkatkan daya tetas telur, makanan yang diberikan mengandung protein tinggi sebesar 25 - 35%.

  1. Mengawinkan Induk
Calon induk yang dikawinkan berusia 10 -12 bulan atau saat panjang tubuhnya mencapai 15 - 17 cm. Induk jantan dan betina yang akan dikawinkan, disatukan dalam wadah perkawinan berupa kolam atau akuarium yang berukuran 40 x 40 x 30 cm dengan tinggi air 20 cm. jumlah induk yang ditebarkan dalam wadah perkawinan adalah induk jantan 3 ekor dan betina 5 ekor. Dalam wadah perkawinan tersebut diberi tempat persembunyian berupa pipa paralon yang berdiameter 3 inci dengan panjang sesuai tubuhnya. Karena dalam satu kolam
terdapat 8 ekor induk, maka kolam tersebut diisi dengan 8 buah lubang persembunyian.
Perkawinan biasanya dilakukan pada malam hari, Saat perkawinan terjadi, lobster jantan akan mengeluarkan sperma dan meletakkannya di dekat pangkal kaki kedua dari lobster betina. Sperma lobster berwarna putih, agak menggumpal dan larut dalam air. Setelah kawin, lobster betina akan meninggalkan induk jantan dan berdiam diri dalam lubang persembunyian. Di dalam lubang tersebut, induk betina akan mengeluarkan telur secara perlahan - lahan dari alat kelaminnya yang berada pada pangkal kaki ketiga. Telur tersebut selanjutnya akan melewati sperma dan menempel di seluruh permukaan perut, Jumlah telur yang dihasilkan dari induk betina biasanya sekitar 200 butir. Setelah induk mengeluarkan telur, pindahkan telur secara berhati - hati di dalam kolam penetasan.

  1. Proses penetasan telur
Kolam penetasan yang digunakan adalah akuarium atau kolam dengan ukuran 1x1x1m dan ketinggian air 0,5 meter. Kolam penetasan dapat menampung benih sebanyak 400 ekor atau benih dari 2 induk betina. Dalam kolam penetasa juga diberi lubang - lubang persembunyian atau tempat untuk benih - benih menetas. Lubang persembunyian dibuat dari pipa paralon berdiameter 3 inci. Pemindahan induk betina harus dilakukan secara berhati - hati agar telur yang menempel di tubuhnya tidak berjatuhan. Saat sedang mengerami telur, induk betina sangat malas dan berdiam diri di lubang persembunyian.
Induk betina mengerami telurnya dengan cara melipat kakinya ke arah dalam, Selama proses pengeraman dan penetasan, suhu dalam wadah harus tetap dijaga agar selalu stabil, karena telur sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Telur yang sedang dierami induk akan berkembang secara perlahan - lahan dan akan menetas dalam waktu sekitar 1 bulan. Pada minggu pertama, telur berbentuk bulat dan masih berwarna kuning. Selanjutnya telur akan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan mulai tampak bagian - bagian tubuhnya seperti mata dan kaki. Setelah satu bulan, semua bagian tubuh sudah terbentuk sempurna atau menetas.
Dalam  waktu 2 - 3 hari, seluruh benih akan terlepas dari tubuh induknya, Setelah benih menetas dan terlepas, induk dipindahkan ke dalam kolam perawatan induk. Perawatan dilakukan selama minimum 2 minggu untuk memberi waktu pada induk melakukan molting sebelum dikawinkan kembali. Untuk menjaga kualitas benih yang dihasilkan, selama hidupnya induk betina hanya bisa dikawinkan 6 kali.

  1. Pemeliharaan Benih
Benih yang baru menetas dipelihara dalam kolam penetasan selama 10 hari, selanjutnya benih dipindahkan ke kolam pembesaran benih untuk dipelihara selama 2 bulan. Selama pemeliharan benih, kualitas dan pasokan oksigen dalam wadah harus selalu diperhatikan dengan baik. Benih tidak boleh terkena langsung panas matahari karena benih sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Setelah berumur 8 - 15 hari, benih sudah mulai berbentuk seperti lobster dewasa yang memiliki cangkang kepala  dan cangkang tubuh. Untuk menjaga kebersihan wadah pemeliharaan 2 minggu sekali harus dikuras dan dibersihkan total untuk mengantisipasi munculnya bibit penyakit. Saat pengurasan dan pembersihan benih dipindahkan ke wadah lain.
  1. Pemberian Pakan
Menurut Effendi dalam Aidil, 2015 pemberian pakan dalam pemeliharaan benih merupakan faktor yang sangat menentukan. Berdasarkan kondisi benih yang membutuhkan pakan bergizi tinggi untuk pertumbuhannya, maka benih harus diberikan pakan sesuai kriteria, yaitu:
  1. Berukuran kecil, lebih kecil dari bukaan mulut benih
  2. Bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh benih
  3. Mudah dicerna dan mengandung nutisi yang tinggi
Lobster termasuk jenis udang pemakan segalanya (omnivor) seperti cacing-cacingan, plankton, dan tanaman air. Menurut Hartono et al dalam Aidil, 2015  menyatakan bahwa, terdapat perbedaan tujuan pemberian pakan pada saat kegiatan pembenihan dan pembesaran, sehingga mengakibatkan perbedaan pola makan pada benih udang lobster. Pada budi daya lobster, pemberian pakan ditujukan untuk mempercepat pertumbuhan lobster agar cepat menghasilkan telur dan anakan sehingga pemberian pakannya beragam dan diberikan secara intensif. Sedangkan pada kegiatan pembesaran, pemberian pakan diberikan untuk memberikan energi selama masa pertumbuhan udang.
Jumlah pakan setiap kali pemberian disesuaikan dengan kemampuan lobster menghabiskannya pada saat pemberian. Pakan diberikan sedikit demi sedikit dan dihentikan ketika lobster sudah kenyang yang ditandai dengan tidak mau makan lagi ketika disodorkan pakan. Disarankan tidak memberi pakan sekaligus dan tidak tak terbatas (ad-libitum) karena pakan yang mengendap dapat menyebabkan kualitas air turun. Pemberian pakan pada lobster sebaiknya dilakukan secara teratur, yaitu setiap hari sekitar pukul 08.00-09.00 wib dan 17.00-18.00.wib. Namun, jika pada siang hari lobster terlihat lapar, dapat diberi pakan secukupnya
Agar pakan yang diberikan sesuai dengan kemampuan daya cerna lobster maka jumlahnya harus disesuaikan dengan jumlah pakan yang diberikan pada 10 hari pertama sejak tebar sebanyak 100 gr/hari/m2. Jumlah pakan tersebut harus ditambah setiap sepuluh hari berikutnya sebanyak 50 gr. Anak loster dalam bak dapat diberikan pakan buatan berupa  pellet udang galah (D1, D2 dan D3). Masing–masing pellet tersebut memiliki ukuran butiran yang berbeda. Pellet D3 cocok untuk anakan yang masih berumur 1-2 bulan, pellet D2 untuk anakan umur 2-4 bulan, dan pellet D3 untuk lobster dewasa yang sudah berumur 5 bulan atau lebih. Selain pellet, anakan lobster dapat pula diberi pakan alami segar seperti cacing sutera atau cacing merah.
  1. Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan air bertujuan untuk menyediakan hidup yang optimal bagi benih untuk bisa hidup, berkembang dan tumbuh. Kondisi air di dalam bak pemeliharaan harus dijaga kualitasnya. Ini dimaksudkan agar lobster tetap kondisi sehat, tidak stress atau terserang penyakit. Untuk itu, air bak sebaiknya dikontrol secara berkala, beberapa cara yang biasa dilakukan agar kondisi air tetap jernih atau tidak keruh antara lain menyedot kotoran, menyaring dan menguras.
  1. Penyiponan
Menurut Sugama dalam Aidil 2015 kualitas air pemeliharaan akan menurun dengan adanya akumulasi dan penguraian sisa-sisa pakan atau benih yang mati. Kotoran yang mengendap akibat sisa pakan dan sekresi lobster dapat menyebabkan air keruh, kandungan amoniak menjadi tinggi, dan oksigen terlarut berkurang. Jika kotoran dibiarkan mengendap di dasar bak, lobster akan stress bahkan bisa mengalami kematian. Untuk mencegah hal itu sebaiknya dilakukan penyedotan kotoran setiap 3 kali sehari. Penyedotan dilakukan dengan selang penyedot.
  1. Menguras dan Mengganti Air Bak
Kotoran yang mengendap di dasar bak akibat sisa pakan dan sisa sekresi yang tidak dibuang dapat menyebabkan lobster stress dan nafsu makannya berkurang. Kotoran tersebut mengandung kadar amoniak yang tinggi sehingga air akan terlihat keruh. Untuk membersihkannya, secara berkala kotoran disedot menggunakan selang. Setelah disedot ketinggan air berkurang sehingga bak harus ditambah air kembali.
Selain penyedotan kotoran, air bak juga perlu dikuras dan diganti dengan air baru. Caranya, air kolam disedot hingga ketinggian air 5 cm. Setelah itu, semua lobster diambil dengan cara diserok, lalu dipindahkan ke wadah atau akuarium. Selanjutnya, bak dikuras hingga bersih. Setelah kegiatan pengurasan dan pergantian air selesai, lobster dimasukan kedalam bak yang telah dibersihkan dan diberikan pipa paralon. Pengurasan dan pergantian air secara totol cukup dilakukan setiap dua minggu sekali.
  1. Pengukuran Kualitas Air
Untuk mengetahui kualitas air pemeliharaan, maka setiap hari dilakukan pengecekan faktor penentu kualitas air seperti kadar keasaman (pH), suhu, kesadahan (dH), kandungan oksigen terlarut (DO), serta kandungan karbon dioksida (CO2) dan gas lainya. Kadar keasaman sangat menentukan kehidupan lobster di dalam air. Kadar keasaman air dapat diketahui dengan cara mengukurnya menggunakan alat khusus pengukur pH seperti kertas lakmus dan pH tester. Kadar kesamannya yang diinginkan lobster berkisar 7 – 8. Suhu dikur dengan menggunakan Thermometer. Umumnya lobster air tawar menyukai air dengan suhu 19-25 0C.
Kadar kesadahan (dH) diukur menggunakan hardness tester. Alat ini cukup sederhana dan praktis pengguannya, yaitu cukup dicelupkan kedalam air sehingga akan tertera nilainya secara digital. Kesadahan dan keasaman air merupakan 2 penentu kualitas air yang saling mempengaruhi. Umumnya air yang memiliki pH rendah memiliki tingkat kesadahan rendah. Biasanya, kondisi tersebut disebabkan oleh adanya dekomposisi bahan organik. Lobster air tawar sangat menyukai air dengan kesadahan sekitar 10 – 200 dH
  1. Pengelolaan Hama dan Penyakit
Lobster termasuk udang yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Sehingga hama dan penyakit yang cukup menggaggu dalam proses pembesaran lobster air tawar masih jarang ditemukan. Untuk lobster yang dipelihara dengan sistem in door, maka keberadaan hama masih dapt ditanggulangi dan tidak terlalu membahayakan karena jarang ditemukan. Hama yang sering ada pada pemeliharaan lobster sistem indoor adalah lumut. Lumut dapat masuk dalam wadah pemeliharaan karena air yang tidak disaring sebelum dimasukkan dalam wadah pemeliharaan benih.
Sedangkan untuk lobster yang dipelihara dalam wadah outdoor, maka hama lebih banyak datang dan menyerang, baik hama penyaing, pemangsa maupun perusak. Kodok merupakan salah satu hama yang mengganggu, terutama saat masih kecil (kecebong). Hal ini dikarenakan kecebong merupakan saingan lobster dalam mendapatkan makanan yang diberikan. Untuk itu, sebaiknya secara berkala kolam dibersihkan dari kecebong. Untuk mencegah lobster dari berbagai penyakit, sebaiknya kebersihan air dan pakan harus dijaga. Air bak harus diganti secara teratur dan berkala. Begitu pula dengan pakan, sebelum diberikan harus dicuci bersih agar bibit penyakit ikut terbuang.
  1. Pembesaran Lobster
  1. Wadah Pembesaran
Pembesaran lobster skala kecil ( rumah tangga ), tidak membutuhkan wadah atau tempat yang luas. Wadah pembesaran yang digunakan yaitu kolam berukuran 1 x 1 x 1 m dengan ketinggian air dalam kolam 80 cm. untuk tempat persembunyian digunakan pipa paralon dengan diameter 1 - 3 inci dengan panjang 5 - 15 cm. Kekuatan arerator sekitar 15 watt. Wadah ini 2 minggu sekali harus dikuras agar lobster terjaga dari penyakit.
  1. Penebaran Benih
Benih lobster yang dipelihara untuk dibesarkan adalah benih yang berukuran sekitar 5 cm. Kolam yang digunakan seluas 1 x 1 x 1 m dan benih yang ditebarkan sebanyak 20 - 30 ekor. Penebaran benih tidak boleh terlalu padat agar perkembangan lobster tidak terganggu.
  1. Perawatan Lobster dalam Masa Pembesaran
Makanan (pakan) merupakan faktor yang paling penting dalam masa pembesaran, karena pertumbuhan lobster dipengaruhi oleh pakan. Lobster makan di dasar kolam dan makanan yang dipilih adalah makanan yang dapat tenggelam. Adapun Makanan yang dapat diberikan pada lobster pada masa pembesaran seperti:
  1. Sayuran seperti : kangkung, bayam, toge, wortel, buncis dan kol.
  2. Umbi - umbian seperti : singkong, ubi merah dan ubi putih.
  3. Daging seperti : daging bekicot, keong mas, ikan, ayam dan cacing.
Pakan ini dicacah kecil - kecil terlebih dahulu sebelum diberikan kepada lobster. Pakan diberi 2 kali sehari dengan komposisi 25 % pagi hari dan 75 % malam hari.

  1. Pemanenan Hasil
Lobster siap konsumsi mulai bisa dipanen pada umur 7 bulan. Lobster dengan umur tersebut sudah mencapai 90 – 100 gram per ekor atau 10 – 20 ekor per kilo gram. Biasanya lobster yang dipanen pada umur sekitar 7 bulan ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Namun, untuk konsumsi ekspor, lobster baru bisa dipanen pada umur 10 – 12 bulan dengan berat tubuh 150 – 200 gram atau hanya 5 – 7 ekor per kilogram. Pasar ekspor, terutama jepang sangat menyukai lobster berukuran besar.
Cara panen untuk konsumsi cukup sederhana, yaitu dengan cara menguras air kolam. Setelah air kolam habis, tempat persembunyian diambil dan dipisahkan ke tempat lain. Selanjutnya, lobster diserok satu per satu dengan mengunakan serok jala. Lobster yang terjaring di masukan kedalam ember atau baskom yang berisisi air secukupnya.

  1. Pengemasaan
Pengemasan udang memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam upaya untuk menjaga keselamatan benih selama pengangkutan, lobster memiliki capit yang setiap saat bisa merobek dan mancapit maka wadah harus kuat dan tahan dengan capitannya. Kantong plastik yang biasa digunakan untuk mengemas ikan hias tidak cocok untuk mengemas lobster ukuran konsumsi karena plastik mudah sobek jika terkena capit. Untuk itu, wadah seperti kotak styrofoam merupakan pilihan tepat. Adapun proses pengemsannya yaitu :
  1. Kotak styrofoam diisi air dengan ketinggian 7 cm.
  2. Lobster dimasukkan dalam wadah dengan kepadatan 10 kg lobster dengan ukuran styrofoam 75 cm x 42 cm.
Satu per satu lembar daun papaya dimasukkan agar lobster tidak mabuk perjalanan, Kotak Styrofoam ditutup dan diberi lakban agar tidak mudah lepasda Kotak styrofoam berisi lobsterpun siap dingkut.





DAFTAR PUSTAKA
Aidil Huda. 2015. Budidaya Lobster Air Tawar. http://aidilhuda.blogspot.co.id. Di Akses pada hari senin 27 Maret 2017 pukul 21 :25 Wita.
Ferdi.2012.Buddaya Lobster Air Tawar Makalah Lingkungan Bisnis. http://download.portalgaruda.org. Di Akses pada hari senin 28 Maret 2017 pukul 11 :22 Wita.
Prayomo.G.2015.Laporan Praktikum Ananlisis Usaha.
http://shareandcare123.blogspot.com. Di Akses pada hari senin 28 Maret 2017 pukul 10 :31 Wita.
Resky.H.2011. Pembesaran Lobster Air Tawar. https://riskyhandayani.wordpress.com.Di Akses pada hari senin 27 Maret 2017 pukul 21 :01 Wita.