Tugas Individu
Menejemen
Marikultur B
BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR
Oleh :
Nama : Muh. Alwi
Nim :
L221 14 020
Prodi : Budidaya Perairan
Jurusan Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang "Budiidaya Lobster Air Tawar" ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus
berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi
seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Menejemen Marikultur. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Menejemen Marikultur. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga
terealisasikanlah
makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya bisa diperbaiki.
26 Maret 2017
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAAN
A. Latar Belakang
Lobster air tawar memiiliki potensi yang besar di
kawasan Indonesia, itu karena memiliki dua musim. Tapi sunggu amat sayang, hal
ini tidak diimbangi dengan tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal
dalam membudidayakan lobster air tawar. Kondisi ini menyebabkan lobster air
tawar masih sulit diperoleh di pasaran dan harganya juga menjadi kurang
terjangkau masyarakat luas, padahal jika di tinjau lebih lanjut Lobster air
tawar tergolong udang yang mudah dibudidayakan.
Selama ini lobster air tawar masih dibudidayakan
dengan lahan dan modal besar. Padahal, usaha budi daya lobster air tawar juga
bisa dikembangkan dalam skala usaha kecil. Lobster air
tawar ber-genus Cherax dari famili parastacidae baru mulai
dikembangkan untuk budidaya petani ikan diIndonesia pada tahun 2000. Hal ini
disebabkan karena banyak masyarakat Indonesia yang masih belum mengenal sosok
fisik lobster air tawar, padahal selain memiliki fisik yang menarik untuk
dijadikan udang hias, lobster juga dapat digunakan untuk udang konsumsi yang
harganya mahal sebagai penyedia protein hewani.
Pengembangan
lobster memiliki banyak masalah d antaranya
Belum banyak ilmu pengetahuan alam, khususnya biologi yang membahas
berbagai spesies dalam lobster dihabitat aslinya, Belum berkembangnya
pengetahuan tentang teknik adaptasi dalam usaha domestik lobster air tawar yang
berasal dari habitat alam, Belum banyak diketahui teknik pemijahan udang
lobster air tawar secara semi buatan dan Masyarakat petani ikan belum banyak
yang memahami teknik persiapan wadah dan media, penebaran benih, pemeliharaan
benih, panen dan packing serta pengangakutan.
Melihat
lahan potensi yang melimpah dan sumber
daya alam yang memadai serta masalah-masalah yang terdapat pada buddaya lobster
maka sangat di pandang penting untuk meningkatkan produktifitas budidaya lobser
ini, selain itu dengan terbentuknya makalah ini, di harapkan menjadi referensi
yang relefan untuk menambah wawasan pembaca mengenai prosespek dan cara
budidaya lobster air tawar
B. Tujuaan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu
untuk mengetaui berbagai prospek dan budidaya lobster air tawar.
- Mamfaat
Adapun maamfaat dari makalah ini
yaitu dapat menambah wawasan para pembaca yang budiman mengenai prospek dan
budidaya lobster air tawar.
BAB II
PEMBAHASAN
- Klasifikasi
Menurut Holthuis dalam Patasik dalam Reski 2014 klasifikasi lobster adalah sebagai
berikut:
Filum
Subfilum
Kelas
Subkelas
Serie
Super-ordo
Ordo
Subordo
Seksi
Famili
Genus
Spesies
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
Arthopoda
Mandibula
Crustacea
Malacostraca
Eumalostraca
Eucarida
Decapoda
Reptantia
Macrura
Parastacidae
Cherax
C. comunis, C. monticola,
C. tenuimanus, C.destructor
C. waselli
|
- Morfologi
Menurut Patasik dalam Reski 2014 Seperti halnya jenis crayfish
lainnya, Cherax sp. Memiliki susunan morfologi yang terdiri dari 3
segmen utama yaitu, kepala dada (Chepalotorax), badan (abdomen), dan
bagian ekor (telson). Secara lengkap susunan morfologinya sbb.
- Kepala-dada (Chepalotorax)
Pada bagian kepala-dada (Chepalotorax)
terdapat rangka penutup kepala berupa kulit tebal yang tersusun dari bahan yang
berupa kapur (chitin) dengan bahana utama calcium carbonate
terdapat tonjolan memanjang kea rah depan yang disebut rostrum, rostrum
merupakan salah satu bagian tubuh yang dapat digunakan sebagai petunjuk
dalam melakukan identifikasi jenis udang-udangan. Rostrum sangat pendek
dengan posisi mendatar dan memiliki bentuk menyerupai kerucut pada sisinya
terdapat duri halus, masing-masing sebanyak 1 pasang.
Beberapa anggota tubuh pada chepalotorax
berturut-turut kearah belakang adalah mata bertangkai yang dapat
digerakkan, first antene berbentuk cambuk pendek yang terdiri dari 4
cambuk, second antene berbentuk cambuk panjang yang terdiri dari 2
cambuk. Kedua pasang antena ini berfungsi sebagai alat peraba dan keseimbangan
pada saat bergerak dan berenang, Anggota selanjutnya adalah mandibular,
maxilla, dan exopodite mendibel.
Pada bagian bawah kepala-dada
terdapat kaki jalan (periopoda). Kaki jalan terdiri dari 5 pasang,
masing-masimg 1 pasang kaki jalan pertama, kaki jalan pertama ini berukuran
besar dan sangat kokoh menyerupai kaki kepiting atau lebih dikenal dengan nama
capit (chela). Selain berfungsi sebagai kaki jalan, capit juga berfungsi
sebagai senjata untuk membela diri serta sebagi alat untuk memotong atau
merobek makanan yang berukuran besar dan keras. Kaki jalan kedua dan ketika
berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan kaki jalan pertama, Selain untuk
berjalan, kaki jalan kedua dan ketiga juga digunakan untuk menjepit dan
memasukkan makanan ke dalam mulut. Pada kedua ujung kaki jalan dan ketiga
terdapat capit kecil yang dikenal dengan nama dactilopodite.
Berbeda dengan kaki jalan keempat
dan kelima, pada ujung kaki jalan keempat tidak terdapat capit seperti pada
kaki jalan pertama, kedua dan ketiga. Ujung kaki keempat dan kelima hanya
berupa sapit berfungsi untuk menyobek selaput spermatogonum pada saat
pemijahan. Adapun jumlah ruas pada kaki jalan, baik pada kaki jalan pertama,
kedua dan ketiga, keempat, dan kelima masing-masing 7 (tujuh) ruas.
- Abdomen (badan)
Abdomen
merupakan bagian tubuh antara chepalotoraax dan telson, pada cherax
sp. Abdomen tertutup oleh kulit keras dan terdiri dari 5 segmen.
Keseluruhan segmen dikenal dengan pleura yang susunannya kearah telson
menyerupai susunan genteng. Pleura 1 menindih pleura 2, pleura3
menindih pleura 3 demikian selanjutnya hingga pangkal telson.
Pada bagian bawah abdomen
terdapat kaki renang (pleopoda) yang strukturnya berupa-selaput
tipis dan masing–masing terdiri dari 3 ruas Pada cherax sp. Selain
untuk bereang pleopoda juga berfungsi sebagai tempat untuk melekatkan
telur. Tepi dan ujung pleopoda betina terdiri dari bulu-bulu halus yang
berfungsi untuk melekatkan telur yang telah dibuahi dan sekanjutnya akan
dierami pada ruangan dibawah abdomen (brood chamber).
- Ekor (telson)
Telson merupakan bagian yang paling
belakang dari tubuh lobster secara keseluruhan, bagian ekor terdiri 2 yaitu 1
helai telson dan 4 helai uropoda (ekor kipas). Keseluruhan bagian telson
berfungsi untuk berenang atau bergerak mundur secara cepat kearah pereiopoda
sehingga menimbulkan sentakan yang cukup kuat untuk mendorong seluruh tubuh
kearah belakang (mundur).
.
Gambar 1. Lobster Air tawar
- Makanan Lobster Air Tawar
Lobster tidak begitu senang dengan panas matahari sehingga
hidupnya banyak dihabiskan di dalam lubang persembunyian. Lobster air tawar
bergerak sangat lambat pada siang hari, tetapi akan berubah agresif pada malam
hari karena lobster termasuk hewan nocturnal yaitu hewan yang aktif mencari
makan pada malam hari. Makanan lobster antara lain yaitu biji - bijian,
sayuran, lumut, daging segar, cacing dan bangkai binatang sehingga digolongkan
sebagai hewan omnivore.
- Masa Kawin Lobster Air Tawar
Lobster hanya kawin jika telah menemukan pasangan yang
cocok. Meskipun telah bertemu lobster
tidak akan melakukan perkawinan jika tidak cocok. Di habitat aslinya, lobster
mulai kawin saat berumur 1 tahun dan terjadi pada awal musim hujan. Perkawinan
biasanya dilakukan malam hari. Sepuluh hari setelah kawin, telur yang telah
dibuahi induk jantan akan terlihat melekat di bawah perut induk betina. Telur
ini akan menetas 1,5 bulan setelah pembuahan.
- Pergantian Cangkang ( molting )
Molting terjadi seiring perkembangan
ukuran tubuhnya, sejak masih kecil hingga dewasa. Namun semakin dewasa,
pergantian cangkang akan semakin berkurang. Molting adalah saat yang paling
rawan bagi lobster. Saat itu tubuhnya tidak terlindungi oleh apapun sehingga
sangat lemah dan mudah dimangsa oleh lobster lain. Karena itu, saat sedang
molting lobster akan berdiam diri di dalam lubang persembunyiannya.
Pergantian cangkang dipengaruhi oleh perubahan air dan
makanan. Bila kualitas air jelek, lobster akan malas makan sehingga pertumbuhannya
akan terhambat dan proses molting pun terhambat. Setiap kali pergantian
cangkang, bobot tubuh lobster akan bertambah minimum 50% dari bobot sebelumnya.
Saat molting, lobster juga akan memperbarui bagian - bagian tubuhnya yang cacat
atau patah seperti kaki dan capitnya. Saat molting terjadi, kulit kepala akan
merekah dan pecah karena terdorong oleh pertumbuhan daging baru. Selanjutnya
daging baru akan dilapisi kulit baru yang sangat lunak dan akan mengeras dalam
waktu 24 - 48 jam.
- Pembenhan Lobster
Pembenihan merupakan proses untuk mendapatkan benih atau
anak lobster yang baru. Pembenihan dilakukan dengan cara mengawinkan induk
jantan dengan induk betina yang telah matang alat kelamin. Benih yang
dihasilkan nantinya bisa dijual ke pembudidaya lain atau dibesarkan.
Keberhasilan pembenihan bisa dilihat dari kualitas dan jumlah anakan yang
dihasilkan. Karena itu, perlu kejelian dalam memilih calon induk dan induk untuk
menjamin anakan yang baik pula.
- Pemilihan dan perawatan calon induk
Induk memegang peranan penting dalam proses pembenihan,
karena hasil anakan dipengaruhi oleh kualitas induk yang dipakai. Dalam
budidaya lobster skala kecil (rumah tangga ), umumnya peternak memiliki minimumpaket
induk yang terdiri dari 25 betina dan 15 jantan.
- Pemilihan calon induk
Induk sudah dapat dimulai 2 - 3
bulan atau panjang tubuhnya mencapai 5 cm. Namun, calon induk yang akan
digunakan minimum harus berusia 6 - 7 bulan dengan panjang tubuh 12 - 15 cm.
Berikut ini tips untuk memilih calon indukan yang berkualitas.
- Pilih calon induk yang pertumbuhannya paling cepat, dapat dilihat dari bentuk tubuhnya yang lebih gemuk daripada yang lain.
- Pilih calon induk yang punya nafsu akan besar.
- Pilih calon induk yang gerakannya lincah.
- Pilih calon induk yang badannya berwarna cerah.
- Perhatikan jenis kelamin. Jangan pilih yang banci atau berkelamin ganda yang ditandai alat kelamin jantan tidak terlalu menonjol dan warna merah capitnya tidak terlalu cerah.
- Jangan memilih lobster yang berkepala besar dan bertubuh kecil karena itu tandanya kurang makan
- Perawatan calon induk
Calon induk yang telah dipersiapkan
dipelihara dan dirawat dalam wadah yang terpisah dengan lobster lain. Pemisahan
ini dilakukan agar calon induk lebih gampang dikontrol dan diawasi
perkembangannya, serat agar merasa lebih nyaman. Selain itu, calon indk jantan
dan betina juga dipisah dalam wadah yang berbeda agar tidak terjadi perkawinan
yang tidak diharapkan saat calon induk belum matang kelamin.
Wadah pemeliharaan berupa akuarium berukuran 1 x 0,5 x 0,4
yang diisi air sedalam 10- 20 cm. akuarium ini menampung 8 ekor induk. Selama
perawatan, calon induk diberi makan berupa cacing tanah dan cacing darah. Dosis
makanan yang diberikan per hari adalah 3% dari berat total calon induk.
Pemberian makanan dilakukan 2 kali sehari saat pagi dan sore hari. Untuk
menghasilkan telur yang berkualitas dan meningkatkan daya tetas telur, makanan
yang diberikan mengandung protein tinggi sebesar 25 - 35%.
- Mengawinkan Induk
Calon induk yang dikawinkan berusia
10 -12 bulan atau saat panjang tubuhnya mencapai 15 - 17 cm. Induk jantan dan
betina yang akan dikawinkan, disatukan dalam wadah perkawinan berupa kolam atau
akuarium yang berukuran 40 x 40 x 30 cm dengan tinggi air 20 cm. jumlah induk
yang ditebarkan dalam wadah perkawinan adalah induk jantan 3 ekor dan betina 5
ekor. Dalam wadah perkawinan tersebut diberi tempat persembunyian berupa pipa
paralon yang berdiameter 3 inci dengan panjang sesuai tubuhnya. Karena dalam
satu kolam
terdapat 8 ekor induk, maka kolam
tersebut diisi dengan 8 buah lubang persembunyian.
Perkawinan biasanya dilakukan pada malam hari, Saat perkawinan
terjadi, lobster jantan akan mengeluarkan sperma dan meletakkannya di dekat pangkal
kaki kedua dari lobster betina. Sperma lobster berwarna putih, agak menggumpal dan
larut dalam air. Setelah kawin, lobster betina akan meninggalkan induk jantan
dan berdiam diri dalam lubang persembunyian. Di dalam lubang tersebut, induk
betina akan mengeluarkan telur secara perlahan - lahan dari alat kelaminnya
yang berada pada pangkal kaki ketiga. Telur tersebut selanjutnya akan melewati
sperma dan menempel di seluruh permukaan perut, Jumlah telur yang dihasilkan
dari induk betina biasanya sekitar 200 butir. Setelah induk mengeluarkan telur,
pindahkan telur secara berhati - hati di dalam kolam penetasan.
- Proses penetasan telur
Kolam penetasan yang digunakan
adalah akuarium atau kolam dengan ukuran 1x1x1m dan ketinggian air 0,5 meter.
Kolam penetasan dapat menampung benih sebanyak 400 ekor atau benih dari 2 induk
betina. Dalam kolam penetasa juga diberi lubang - lubang persembunyian atau
tempat untuk benih - benih menetas. Lubang persembunyian dibuat dari pipa
paralon berdiameter 3 inci. Pemindahan induk betina harus dilakukan secara
berhati - hati agar telur yang menempel di tubuhnya tidak berjatuhan. Saat
sedang mengerami telur, induk betina sangat malas dan berdiam diri di lubang
persembunyian.
Induk betina mengerami telurnya
dengan cara melipat kakinya ke arah dalam, Selama proses pengeraman dan
penetasan, suhu dalam wadah harus tetap dijaga agar selalu stabil, karena telur
sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Telur yang sedang dierami induk akan
berkembang secara perlahan - lahan dan akan menetas dalam waktu sekitar 1
bulan. Pada minggu pertama, telur berbentuk bulat dan masih berwarna kuning.
Selanjutnya telur akan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan mulai tampak
bagian - bagian tubuhnya seperti mata dan kaki. Setelah satu bulan, semua bagian
tubuh sudah terbentuk sempurna atau menetas.
Dalam waktu 2 - 3
hari, seluruh benih akan terlepas dari tubuh induknya, Setelah benih menetas
dan terlepas, induk dipindahkan ke dalam kolam perawatan induk. Perawatan
dilakukan selama minimum 2 minggu untuk memberi waktu pada induk melakukan
molting sebelum dikawinkan kembali. Untuk menjaga kualitas benih yang
dihasilkan, selama hidupnya induk betina hanya bisa dikawinkan 6 kali.
- Pemeliharaan Benih
Benih yang baru menetas dipelihara
dalam kolam penetasan selama 10 hari, selanjutnya benih dipindahkan ke kolam
pembesaran benih untuk dipelihara selama 2 bulan. Selama pemeliharan benih,
kualitas dan pasokan oksigen dalam wadah harus selalu diperhatikan dengan baik.
Benih tidak boleh terkena langsung panas matahari karena benih sangat sensitif
terhadap perubahan suhu. Setelah berumur 8 - 15 hari, benih sudah mulai
berbentuk seperti lobster dewasa yang memiliki cangkang kepala dan cangkang tubuh. Untuk menjaga kebersihan
wadah pemeliharaan 2 minggu sekali harus dikuras dan dibersihkan total untuk
mengantisipasi munculnya bibit penyakit. Saat pengurasan dan pembersihan benih
dipindahkan ke wadah lain.
- Pemberian Pakan
Menurut Effendi dalam Aidil, 2015 pemberian pakan dalam pemeliharaan benih
merupakan faktor yang sangat menentukan. Berdasarkan kondisi benih yang
membutuhkan pakan bergizi tinggi untuk pertumbuhannya, maka benih harus
diberikan pakan sesuai kriteria, yaitu:
- Berukuran kecil, lebih kecil dari bukaan mulut benih
- Bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh benih
- Mudah dicerna dan mengandung nutisi yang tinggi
Lobster termasuk jenis udang pemakan
segalanya (omnivor) seperti cacing-cacingan, plankton, dan tanaman air.
Menurut Hartono et al dalam Aidil, 2015 menyatakan bahwa, terdapat perbedaan tujuan
pemberian pakan pada saat kegiatan pembenihan dan pembesaran, sehingga
mengakibatkan perbedaan pola makan pada benih udang lobster. Pada budi daya
lobster, pemberian pakan ditujukan untuk mempercepat pertumbuhan lobster agar
cepat menghasilkan telur dan anakan sehingga pemberian pakannya beragam dan
diberikan secara intensif. Sedangkan pada kegiatan pembesaran, pemberian pakan
diberikan untuk memberikan energi selama masa pertumbuhan udang.
Jumlah pakan setiap kali pemberian
disesuaikan dengan kemampuan lobster menghabiskannya pada saat pemberian. Pakan
diberikan sedikit demi sedikit dan dihentikan ketika lobster sudah kenyang yang
ditandai dengan tidak mau makan lagi ketika disodorkan pakan. Disarankan tidak
memberi pakan sekaligus dan tidak tak terbatas (ad-libitum) karena pakan
yang mengendap dapat menyebabkan kualitas air turun. Pemberian pakan pada
lobster sebaiknya dilakukan secara teratur, yaitu setiap hari sekitar pukul
08.00-09.00 wib dan 17.00-18.00.wib. Namun, jika pada siang hari lobster terlihat
lapar, dapat diberi pakan secukupnya
Agar pakan yang diberikan sesuai
dengan kemampuan daya cerna lobster maka jumlahnya harus disesuaikan dengan
jumlah pakan yang diberikan pada 10 hari pertama sejak tebar sebanyak 100
gr/hari/m2. Jumlah pakan tersebut harus ditambah setiap sepuluh hari
berikutnya sebanyak 50 gr. Anak loster dalam bak dapat diberikan pakan buatan
berupa pellet udang galah (D1, D2 dan D3). Masing–masing pellet tersebut
memiliki ukuran butiran yang berbeda. Pellet D3 cocok untuk anakan yang masih
berumur 1-2 bulan, pellet D2 untuk anakan umur 2-4 bulan, dan pellet D3 untuk
lobster dewasa yang sudah berumur 5 bulan atau lebih. Selain pellet, anakan
lobster dapat pula diberi pakan alami segar seperti cacing sutera atau cacing
merah.
- Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan air bertujuan untuk menyediakan hidup yang
optimal bagi benih untuk bisa hidup, berkembang dan tumbuh. Kondisi air di
dalam bak pemeliharaan harus dijaga kualitasnya. Ini dimaksudkan agar lobster
tetap kondisi sehat, tidak stress atau terserang penyakit. Untuk itu, air bak
sebaiknya dikontrol secara berkala, beberapa cara yang biasa dilakukan agar
kondisi air tetap jernih atau tidak keruh antara lain menyedot kotoran,
menyaring dan menguras.
- Penyiponan
Menurut Sugama dalam Aidil
2015 kualitas air pemeliharaan akan menurun dengan adanya akumulasi dan
penguraian sisa-sisa pakan atau benih yang mati. Kotoran yang mengendap akibat
sisa pakan dan sekresi lobster dapat menyebabkan air keruh, kandungan amoniak
menjadi tinggi, dan oksigen terlarut berkurang. Jika kotoran dibiarkan
mengendap di dasar bak, lobster akan stress bahkan bisa mengalami kematian.
Untuk mencegah hal itu sebaiknya dilakukan penyedotan kotoran setiap 3 kali
sehari. Penyedotan dilakukan dengan selang penyedot.
- Menguras dan Mengganti Air Bak
Kotoran yang mengendap di dasar bak
akibat sisa pakan dan sisa sekresi yang tidak dibuang dapat menyebabkan lobster
stress dan nafsu makannya berkurang. Kotoran tersebut mengandung kadar amoniak
yang tinggi sehingga air akan terlihat keruh. Untuk membersihkannya, secara
berkala kotoran disedot menggunakan selang. Setelah disedot ketinggan air
berkurang sehingga bak harus ditambah air kembali.
Selain penyedotan kotoran, air bak juga perlu dikuras dan
diganti dengan air baru. Caranya, air kolam disedot hingga ketinggian air 5 cm.
Setelah itu, semua lobster diambil dengan cara diserok, lalu dipindahkan ke
wadah atau akuarium. Selanjutnya, bak dikuras hingga bersih. Setelah kegiatan
pengurasan dan pergantian air selesai, lobster dimasukan kedalam bak yang telah
dibersihkan dan diberikan pipa paralon. Pengurasan dan pergantian air secara
totol cukup dilakukan setiap dua minggu sekali.
- Pengukuran Kualitas Air
Untuk mengetahui kualitas air
pemeliharaan, maka setiap hari dilakukan pengecekan faktor penentu kualitas air
seperti kadar keasaman (pH), suhu, kesadahan (dH), kandungan oksigen terlarut
(DO), serta kandungan karbon dioksida (CO2) dan gas lainya. Kadar
keasaman sangat menentukan kehidupan lobster di dalam air. Kadar keasaman air
dapat diketahui dengan cara mengukurnya menggunakan alat khusus pengukur pH
seperti kertas lakmus dan pH tester. Kadar kesamannya yang diinginkan
lobster berkisar 7 – 8. Suhu dikur dengan menggunakan Thermometer.
Umumnya lobster air tawar menyukai air dengan suhu 19-25 0C.
Kadar kesadahan (dH) diukur
menggunakan hardness tester. Alat ini cukup sederhana dan praktis
pengguannya, yaitu cukup dicelupkan kedalam air sehingga akan tertera nilainya
secara digital. Kesadahan dan keasaman air merupakan 2 penentu kualitas air
yang saling mempengaruhi. Umumnya air yang memiliki pH rendah memiliki tingkat
kesadahan rendah. Biasanya, kondisi tersebut disebabkan oleh adanya dekomposisi
bahan organik. Lobster air tawar sangat menyukai air dengan kesadahan sekitar
10 – 200 dH
- Pengelolaan Hama dan Penyakit
Lobster termasuk udang yang tahan
terhadap serangan hama dan penyakit. Sehingga hama dan penyakit yang cukup
menggaggu dalam proses pembesaran lobster air tawar masih jarang ditemukan.
Untuk lobster yang dipelihara dengan sistem in door, maka keberadaan
hama masih dapt ditanggulangi dan tidak terlalu membahayakan karena jarang
ditemukan. Hama yang sering ada pada pemeliharaan lobster sistem indoor adalah
lumut. Lumut dapat masuk dalam wadah pemeliharaan karena air yang tidak disaring
sebelum dimasukkan dalam wadah pemeliharaan benih.
Sedangkan untuk lobster yang
dipelihara dalam wadah outdoor, maka hama lebih banyak datang dan
menyerang, baik hama penyaing, pemangsa maupun perusak. Kodok merupakan salah
satu hama yang mengganggu, terutama saat masih kecil (kecebong). Hal ini
dikarenakan kecebong merupakan saingan lobster dalam mendapatkan makanan yang
diberikan. Untuk itu, sebaiknya secara berkala kolam dibersihkan dari kecebong.
Untuk mencegah lobster dari berbagai penyakit, sebaiknya kebersihan air dan
pakan harus dijaga. Air bak harus diganti secara teratur dan berkala. Begitu
pula dengan pakan, sebelum diberikan harus dicuci bersih agar bibit penyakit
ikut terbuang.
- Pembesaran Lobster
- Wadah Pembesaran
Pembesaran lobster skala kecil ( rumah tangga ), tidak
membutuhkan wadah atau tempat yang luas. Wadah pembesaran yang digunakan yaitu
kolam berukuran 1 x 1 x 1 m dengan ketinggian air dalam kolam 80 cm. untuk
tempat persembunyian digunakan pipa paralon dengan diameter 1 - 3 inci dengan
panjang 5 - 15 cm. Kekuatan arerator sekitar 15 watt. Wadah ini 2 minggu sekali
harus dikuras agar lobster terjaga dari penyakit.
- Penebaran Benih
Benih lobster yang dipelihara untuk dibesarkan adalah benih
yang berukuran sekitar 5 cm. Kolam yang digunakan seluas 1 x 1 x 1 m dan benih
yang ditebarkan sebanyak 20 - 30 ekor. Penebaran benih tidak boleh terlalu
padat agar perkembangan lobster tidak terganggu.
- Perawatan Lobster dalam Masa Pembesaran
Makanan (pakan) merupakan faktor yang
paling penting dalam masa pembesaran, karena pertumbuhan lobster dipengaruhi
oleh pakan. Lobster makan di dasar kolam dan makanan yang dipilih adalah
makanan yang dapat tenggelam. Adapun Makanan yang dapat diberikan pada lobster
pada masa pembesaran seperti:
- Sayuran seperti : kangkung, bayam, toge, wortel, buncis dan kol.
- Umbi - umbian seperti : singkong, ubi merah dan ubi putih.
- Daging seperti : daging bekicot, keong mas, ikan, ayam dan cacing.
Pakan ini dicacah kecil - kecil terlebih dahulu sebelum
diberikan kepada lobster. Pakan diberi 2 kali sehari dengan komposisi 25 % pagi
hari dan 75 % malam hari.
- Pemanenan Hasil
Lobster siap konsumsi mulai bisa
dipanen pada umur 7 bulan. Lobster dengan umur tersebut sudah mencapai 90 – 100
gram per ekor atau 10 – 20 ekor per kilo gram. Biasanya lobster yang dipanen
pada umur sekitar 7 bulan ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar dalam
negeri. Namun, untuk konsumsi ekspor, lobster baru bisa dipanen pada umur 10 –
12 bulan dengan berat tubuh 150 – 200 gram atau hanya 5 – 7 ekor per kilogram.
Pasar ekspor, terutama jepang sangat menyukai lobster berukuran besar.
Cara panen untuk konsumsi cukup
sederhana, yaitu dengan cara menguras air kolam. Setelah air kolam habis,
tempat persembunyian diambil dan dipisahkan ke tempat lain. Selanjutnya,
lobster diserok satu per satu dengan mengunakan serok jala. Lobster yang
terjaring di masukan kedalam ember atau baskom yang berisisi air secukupnya.
- Pengemasaan
Pengemasan udang memegang peranan
yang sangat penting, terutama dalam upaya untuk menjaga keselamatan benih
selama pengangkutan, lobster memiliki capit yang setiap saat bisa
merobek dan mancapit maka wadah harus kuat dan tahan dengan capitannya. Kantong
plastik yang biasa digunakan untuk mengemas ikan hias tidak cocok untuk
mengemas lobster ukuran konsumsi karena plastik mudah sobek jika terkena capit.
Untuk itu, wadah seperti kotak styrofoam merupakan pilihan tepat. Adapun
proses pengemsannya yaitu :
- Kotak styrofoam diisi air dengan ketinggian 7 cm.
- Lobster dimasukkan dalam wadah dengan kepadatan 10 kg lobster dengan ukuran styrofoam 75 cm x 42 cm.
Satu per satu lembar daun papaya dimasukkan agar lobster
tidak mabuk perjalanan, Kotak Styrofoam ditutup dan diberi lakban agar
tidak mudah lepasda Kotak styrofoam berisi lobsterpun siap dingkut.
DAFTAR PUSTAKA
Aidil Huda. 2015. Budidaya Lobster Air Tawar. http://aidilhuda.blogspot.co.id. Di Akses
pada hari senin 27 Maret 2017 pukul 21 :25 Wita.
Ferdi.2012.Buddaya
Lobster Air Tawar Makalah Lingkungan Bisnis. http://download.portalgaruda.org. Di Akses pada hari senin 28 Maret 2017 pukul 11 :22 Wita.
Prayomo.G.2015.Laporan Praktikum Ananlisis Usaha.
http://shareandcare123.blogspot.com.
Di Akses pada hari senin 28 Maret 2017 pukul 10 :31 Wita.
Resky.H.2011. Pembesaran Lobster Air Tawar. https://riskyhandayani.wordpress.com.Di
Akses pada hari senin 27 Maret 2017 pukul 21 :01 Wita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar