Tugas Individu
Menejemen
Marikultur B
Oleh :
Nama : Muh. Alwi
Nim :
L221 14 020
Prodi : Budidaya Perairan
Jurusan Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Budidaya
Kepiting" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita
jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah
serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Menejemen Marikultur. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Menejemen Marikultur. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
5 Maret
2017
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul..................................................................................................................
Kata pengantar................................................................................................... i
Daftar isi............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAAN.......................................................................................... 1
A. Latar
Belang.............................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C.
Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................ 3
A. Habitat
Teripang........................................................................................ 3
B. Siklus
Hidup.............................................................................................. 3
C. Sistem
Reproduksi..................................................................................... 3
D. Budidaya
Terpang..................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAAN
A.
Latar Belakang
Teripang adalah hewan avertebrata (Holothuroidea)
yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai
dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik Barat. Teripang masuk dalam salah satu komoditi ekspor sub sektor perikanan
yang cukup potensial di Indonesia, pemanfaatan teripang
sebagai bahan pangan dibanding produk perikanan lainnya tergolong kurang
populer karena nilai estetika yang rendah dilihat dari bentuk fisik teripang yang terkesan menjijikkan. Namun demikian teripang sesungguhnya mengandung protein cukup
tinggi. Mutu teripang kering dari Indonesia
masih dibawah standar perdagangan sehingga nilai jual produk teripang lebih rendah dari produk negara-negara
pesaingnya.
Potensi teripang cukup besar karena
Indonesia memiliki perairan pantai dengan habitat teripang
yang cukup luas. Dari sekitar 1200 jenis teripang
yang ada didunia 10% berada di Indonesia dan dari jumlah tersebut dipastikan
ada 7 jenis yang tergolong mempunyai nilai jual tinggi yakni teripang pasir (Holothuroidea Scabra), teripang hitam (Holothuroidea Edulis),
teripang coklat (Holothuroidea Marmoreta),
teripang merah (Holothuroidea
Vatiensis), Teripang koro (Holothuroidea
Nobilis), teripang nanas (Thelonota
Anana), dan teripang gama (Stichopus
Varigatus). Bentuk badan teripang memanjang
mirip mentimun. Oleh karena itu, hewan ini biasa disebut mentimun laut atau sea
cucumber. Mulut dan anus terdapat di kedua ujung badannya.
Berdasarkan potensi yang di miliki, maka penting untuk mengetahui segala
aspek mengenai budidaya teripang, selain itu perlujuga adanya prospek
pembudidayaan agar jenis teripang ini dapat di lestarikan.
B. Rumusan masalah
Penjelasan Budidaya Teripang?
Bagaimana cara budidaya teripang?
Bagaimana aspek biologi teripang?
C. Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah ini yaitu untuk melengkapi wawasan/pengetahuan
di bidang budidaya perairan khususnya pada budidaya teripang serta menjadikan
makalah ini sebagai referensi dalam budidaya teripang.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Habitat
Teripang
Teripang
adalah hewan avertebrata (Holothuroidea) yang bergerak
lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan
terumbu. Teripang merupakan 3 komponen penting
dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai
tingkat struktur pakan (trophic levels).
Teripang berperan penting
sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi
feeder). Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar laut atau
mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya diperlihatkan. Adapun
klasifikasi teriping yaitu sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Sub filum : Echinozoa
Kelas : Holothuroidea
Sub kelas :Apidochirotacea
Ordo :Aspidochirotida
Famili : Holothuridae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria argus, Holothuria vacabunda, Holothuria impatiens,
Sub filum : Echinozoa
Kelas : Holothuroidea
Sub kelas :Apidochirotacea
Ordo :Aspidochirotida
Famili : Holothuridae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria argus, Holothuria vacabunda, Holothuria impatiens,
Holothuria scabra, Holothuria marmorata,
Holothuria edulis.
B.
Siklus Hidup Teripang
Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam
jumlah yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur. Daur
hidup hewan ini dimulai dengan
telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu sekitar 2 hari.
C.
Sistem Reproduksi
Pada
umumnya alat reproduksi terpisah, tetapi ada beberapa jenis yang hermafrodit.
Gonad bentuknya seperti sikat dengan saluran penghubung yang terbuka di daerah
tentakel.
D.
Budidaya
Teripang
- Sarana Pembenihan
Sarana yang diperlukan untuk
pembenihan teripang terdiri dari beberapa buah bak sebagai tempat penampungan
induk pemeliharaan larva, kultur larva dan kultur plankton. Bak-bak ini
sebaiknya dibuat dengan beton, namun demikian dapat pula dibuat dari kayu yang
dilapisi plastik. Beberapa sarana lain yang diperlukan adalah sebagai berikut:
- Saringan pasir untuk menyaring air laut agar betul-betul bersih.
- Bak penampungan air yang dilengakapi dengan saringan pasir. Ukuran bak disesuaikan dengan kebutuhan air laut untuk penggantian air pada seluruh unit pembenihan. Penempatan bak diatur supaya gravitasi bisa menyalurkan air dari satu bak ke bak lainnya.
- Pipa penyalur air yang dilengkapi dengan beberapa saringan berbagai ukuran 1,5 – 2 mikron.
- Bak penampungan induk dengan kapasitas 1,5 ton air berjumlah 2 atau 3 buah dengan kedalaman sekitar 50 cm.
- Bak pemliharaan larva berjumlah 10 – 15 buah dengan ukuran (1 x 2 x 0,5)m³.
- Bak pemeliharaan juvenil berjumlah 8 – 10 buah dengan ukuran (2 x 4 x 0,6)m³.
- Bak plankton berjumlah 3 – 5 buah dengan ukuran ( 2 x 4 x 0,75)m³
- Pemeliharaan dan Seleksi Induk
Induk teripang yang akan
digunakan biasanya diperoleh dari tangkapan alam. Pengumpulan calon induk
teripang dari laut dapat dilakukan dengan penyelaman pada siang hari. Apabila
dilakukan pada malam hari, harus dibantu dengan alat penerang berupa obor atau
lampu patromak. Dengan cara ini, induk teripang dapat diambil langsung dengan
tangan. Pada perairan yang agak dalam, induk teripang dapat diambil dari atas
perahu dengan bantuan alat semacam tombak bermata dua yang tumpul.
- Pemilihan Induk
a.
Tubuh tidak cacat.
b.
Ukuran besar dengan berat 400 gr dan
panjang tubuh minimal 20 cm.
c. Berkulit
tebal.
- Metode Pemijahan
- Pemijahan alami
Setelah mengalami matang gonad
penuh, induk teripang yang dipelihara di bak pemijahan biasanya akan memijah
secara alami tanpa adanya rangsangan buatan. Pemijahan akan terjadi pada malam
hari antara pukul 22. 00 – 23.00 . Induk jantan akan mengeluarkan sperma
terlebih dahulu yang akan merangsang induk betina untuk mengeluarkan telur.
Kurun waktu pemijahan biasanya berlangsung antara 20 – 60 menit. Setelah induk
betina selesai bertelur, segera induk dipindahkan ke tempat lain.
- Pemijahan dengan Pembedahan
Metode pembedahan dapat dilakukan
dengan cara menggunting bagian bawah teripang mulai dari anus hingga kedepan.
Dalam pembelahan gonad ini apabila didapatkan kantong telur, berarti teripang
tersebut jantan. Gonad jantan (tesis) juga dipotong menjadi beberapa bagian
sehingga sperma keluar dan ditampung di dalam wadah lain yang berisi air laut.
Kemudian secara pelan-pelan wadah yang berisi sperma dituangkan kedalam wadah
yang berisi telur sambil diaduk secara perlahan, lalu didiamkan. Sehingga
terjaddi pembuahan. Telur yang terbuahi akan mengendap didasar bak selanjutnya
dipanen dengan saringan dan dipindahkan ketempat pemeliharaan larva.
- Perangsangan dengan Temperatur
Prinsip pemijahan dengan
perangsangan temperatur ini adalah mengupayakan agar temperatur air naik 3 –
5°C dari temperatur air asal, dalam waktu selama + 30 – 60 menit suhu
air dinaikkan dengan cara penambahan air panas atau menggunakan alat pemanas
(heater) atau dijemur terik matahari. Induk teripang ditempatkan didalam
keranjang plastik yang diletakkan beberapa sentimeter di bawah permukaan air.
Perlakuan ini dilakukan pada siang hari. Pada sore harinya induk dimasukkan ke
bak pemijahan dan selanjutnya induk teripang akan memperlihatkan perilaku
pemijahan yang ditandai dengan tubuh menggeliat dan muncul dipermukaan sambil
bertumpu di dinding bak. Induk jantan akan mengeluarkan sperma yang berwarna
putih dan terlihat seperti asap di dalam air, selanga waktu setengah hingga dua
jam berikutnya induk betina akan mengeluarkan telurnya. Cara ini memberikan
hasil lebih baik yakni denga tingkat penetasan mencapai 90 – 95%.
- Perangsangan dengan Penyemprotan Air
Setelah induk dipelihara selama 2 –
4 hari pada bak pemeliharaan, maka induk diberikan perlakuan pada sore hari
biasanya dimulai pada pukul 17 00 . Pertama-tama induk teripang yang akan
dipijahkan dikeluarkan dari bak dan diletakkan ditempat yang kering selama 0,5
– 1 jam. Semprotan air laut yang bertekanan tinggi selama 5 – 10 menit, lalu
induk dimasukkan kembali kedalam bak pemijahan. Sekitar 1,5 – 2 jam kemudian
induk akan mulai menggerakkan badannya ke dinding. Biasanya induk jantan akan
memijah yang kemudian disusul induk-induk betina 30 menit kemudian. Prosentase
keberhasilan cara ini mencapai 95 – 100%.
- Pemeliharaan Larva
Telur-telur teripang berbentuk bulat
berwarna putih bening berukuran 177 mikron, setelah fertilisasi telur-telur ini
mengalami pembelahan sel menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel hingga multi sel. Ukuran
rata-rata sel tersebut sekitar 194 mikron, selang 10 – 12 jam kemudian akan
membentuk stadium gastrula yang berukuran antara 390,50 – 402, 35 mikron.
Setelah lebih dari 32 jam, telur
akan menetas menjadi larva dan membentuk stadium auricularia yang terbagi
menjadi stadium awal, tengah dan akhir. Ukuran larva teripang pada stadium ini
rata-rata antara 812,50 – 987,10 mikron. Pada stadium ini larva mulai diberi
plankton jenis Dunaliella sp, Phaeodactylum sp, dan Chaeoceros sp sebanyak 40 –
60 x 10³. Selama stadium auricularia awal sampai menjelang stadium akhir, larva
lebih banyak hidup dipermukaan air.
Kepadatan larva yang dikehendaki
selama stadium ini kira-kira 300 – 700 ekor per liter. Jika kepadatan terlalu
tinggi, larva akan bergerombol menjadi satu, berbentuk bola, dan berada di
dasar bak. Bila dibiarkan, larva ini akan mati. Sepuluh hari kemudian, larva
berkembang membentuk stadium doliolaria. Pada stadium ini larva berbentuk lup,
mempunyai sabuk dan dua tantakel yang menjulur ke luar. Larva dengan ukuran
antara 614,78 – 645,70 mikron ini dapat bergerak cepat ke depan. Badan bagian
belakang berbentuk cincin datar.
Pada setiap sudut terdapat lima
kelompok cilia (bulu getar), Stadium auricularlia dan doliolaria bersifat
planktonis, selang tiga belas hari kemudian doliolaria berubah ke stadium
pentaculata. Larva berwarna coklat kekuningan dengan panjang antara 1000 – 1200
mikron. Badan berbentuk tubuler dengan lima buah tentakel pada pangkal bagian
depan dan sebuah kaki tabung pendek pada pangkal belakang, kurang lebih delapan
belas hari, kaki tabung dan tentakel terlihat lebih jelas dan dapat
bintil-bintil dipermukaan kulitnya. Larva pada stadium pentacula mempunyai
kebiasaan berada di pinggiran bak bagian bawah dan sedikit menyukai di bawah
permukaan air. Selintas selama pemeliharaan diusahakan antara 32 – 34 per mil
dan suhu antara 27 – 29°C. Segera setelah larva berada di dasar laut, diberi
makanan berupa suspensi rumput laut jenis Sargassum dn Ulva.
- Pemeliharaan Tingkat Juvenil
Saat
mencapai tingkat doliolaria atau umur 10 – 12 hari dengan ukuran panjang tubuh
4 – 5 mm, maka tempatkan kolektor (tempat untuk menempel) yang berbentuk
kisi-kisi miring terbuat dari screen net 250 mikron atau plastik berukuran 60 x
60 x 70 cm, berfungsi sebagai tempat perlekatan. Sebaiknya kolektor yang
dipasang telah ditempeli diatome (lumut) sehingga pada saat juvenil menempel,
pakan yang dibutuhkan telah tersedia. Lima belas hari setelah menempel pada
kolektor, juvenil dapat dilihat dengan mata dan dihitung. Kepadatan yang baik
antara 5 – 10 ekor tiap kolektro, atau kepadatan optimum dalam satu bak pemeliharaan
adalah 200 – 500 ekor/m². Cara ini dilakukan terus menerus sampai benih
tersebut berusia 1,5 – 2 bulan. Pada saat tersebut ukuran benih teripang telah
mencapai ukuran antara 1,5 – 2 cm.
- Cara pemeliharaan teripang
a. Lingkungan
Teripang yang bergerak dengan sangat lambat dan bahkan
diam lebih senang berada laut yang jernih, relatif tenang, dan harus bebas dari
pencemaran. Kadar garam berkisar antara 28-38 permil., dengan suhu sekitar
28-30 derajat Celsius.
b. Lokasi
Pemeliharaan
Pemeliharaan dapat dilakukan di perairan laut yang
dangkal dengan kedalaman sekitar 20 – 60 cm pada saat surut. Lokasi
pemeliharaan sebaiknya pada dasar berpasir yang ditumbuhi tanaman dasar laut
(sea grass). Sebaiknya air laut berarus dan berombak kecil.
c. Kandangan.
Kandang pemeliharaan dapat dibuat dengan sistim petakan
yang berukuran 50m x 50m dengan menggunakan jaring yang diikat sedemikian rupa
pada patok-patok di setiap sudut dan dibagian tengah antara patok-patok setiap
sudutnya. Pada bagian dasar sebaiknya dikelilingi dengan lembaran papan yang
sedikit tertanam di pasir dengan maksud agar teripang tidak keluar dari celah
jaring.
d. Penebaran
Bibit
Bibit
dapat diambil dari alam sekitar dan bibit sudah berukuran sekitar 4-7 cm atau
dengan berat sekitar 100 – 200 gram. Jumlah bibit yang ditebar adalah sekitar
3-5 ekor per meter persegi. Selama pemeliharaan diberikan
kotoran ayam atau kotoran ayam yang dicampur dedak halus sebanyak 0,1 kg/m2
setiap minggu sekali. Kotoran ayam atau dedak halus sebelum ditebar dicampur
dengan air bersih dan diaduk merata agar tidak hanyut atau terapung dan lakukan
pada saat air surut.
Pada sistem ini teripang yang
dipelihara tidak tergantung dari pakan buatan karena teripang tersebut berada
pada habitat aslinya. Pemberian kotoran ayam berfungsi sebagai pupuk untuk
merangsang pertumbuan diatom yang merupakan makanan utama bagi teripang. Lama
pemeliharaan selama 4-5 bulan setelah
mencapai berat sekitar 600 -750 gram.
DAFTAR PUSTAKA
Johan Setiawan.2010. Makalah
Teripang.
Di akses pada hari Minggu pukul 14 : 54 Wita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar