Selasa, 14 Maret 2017



Tugas Individu
Menejemen Marikultur B


                                                                    BUDIDAYA TERIPANG




Description: D:\LOGO UNHAS.jpg



Oleh :

Nama                   : Muh. Alwi
Nim            : L221 14 020
Prodi           : Budidaya Perairan






Jurusan Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Budidaya Kepiting" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
       Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Menejemen Marikultur. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
       Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.



5 Maret 2017




                                                                                                Penulis










DAFTAR ISI
Sampul..................................................................................................................
Kata pengantar................................................................................................... i
Daftar isi............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAAN.......................................................................................... 1
     A. Latar Belang.............................................................................................. 1
     B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
     C. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................ 3
A. Habitat Teripang........................................................................................ 3
B. Siklus Hidup.............................................................................................. 3
C. Sistem Reproduksi..................................................................................... 3
D. Budidaya Terpang..................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 9


BAB I
PENDAHULUAAN
A.   Latar Belakang
Teripang adalah hewan avertebrata (Holothuroidea) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat. Teripang masuk dalam salah satu komoditi ekspor sub sektor perikanan yang cukup potensial di Indonesia, pemanfaatan teripang sebagai bahan pangan dibanding produk perikanan lainnya tergolong kurang populer karena nilai estetika yang rendah dilihat dari bentuk fisik teripang yang terkesan menjijikkan. Namun demikian teripang sesungguhnya mengandung protein cukup tinggi. Mutu teripang kering dari Indonesia masih dibawah standar perdagangan sehingga nilai jual produk teripang lebih rendah dari produk negara-negara pesaingnya.
Potensi teripang cukup besar karena Indonesia memiliki perairan pantai dengan habitat teripang yang cukup luas. Dari sekitar 1200 jenis teripang yang ada didunia 10% berada di Indonesia dan dari jumlah tersebut dipastikan ada 7 jenis yang tergolong mempunyai nilai jual tinggi yakni teripang pasir (Holothuroidea Scabra), teripang hitam (Holothuroidea Edulis), teripang coklat (Holothuroidea Marmoreta), teripang merah (Holothuroidea Vatiensis), Teripang koro (Holothuroidea Nobilis), teripang nanas (Thelonota Anana), dan teripang gama (Stichopus Varigatus). Bentuk badan teripang memanjang mirip mentimun. Oleh karena itu, hewan ini biasa disebut mentimun laut atau sea cucumber. Mulut dan anus terdapat di kedua ujung badannya.
Berdasarkan potensi yang di miliki, maka penting untuk mengetahui segala aspek mengenai budidaya teripang, selain itu perlujuga adanya prospek pembudidayaan agar jenis teripang ini dapat di lestarikan.





B.     Rumusan masalah
Penjelasan Budidaya Teripang?
Bagaimana cara budidaya teripang?
Bagaimana  aspek biologi teripang?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk melengkapi wawasan/pengetahuan di bidang budidaya perairan khususnya pada budidaya teripang serta menjadikan makalah ini sebagai referensi dalam budidaya teripang.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.   Habitat Teripang
Teripang adalah hewan avertebrata (Holothuroidea) yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan 3 komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels).
Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya diperlihatkan. Adapun klasifikasi teriping yaitu sebagai berikut :
Kingdom           : Animalia
Filum               : Echinodermata
Sub filum         : Echinozoa
Kelas               : Holothuroidea
Sub kelas        :Apidochirotacea
Ordo                :Aspidochirotida
Famili              : Holothuridae
Genus                         : Holothuria
Spesies           : Holothuria argus, Holothuria vacabunda, Holothuria impatiens,
                          Holothuria scabra, Holothuria marmorata, Holothuria edulis.
B.   Siklus Hidup Teripang
Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur. Daur hidup  hewan ini dimulai dengan telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu sekitar 2 hari.
C.   Sistem Reproduksi
Pada umumnya alat reproduksi terpisah, tetapi ada beberapa jenis yang hermafrodit. Gonad bentuknya seperti sikat dengan saluran penghubung yang terbuka di daerah tentakel.


D.   Budidaya Teripang
  1. Sarana Pembenihan
Sarana yang diperlukan untuk pembenihan teripang terdiri dari beberapa buah bak sebagai tempat penampungan induk pemeliharaan larva, kultur larva dan kultur plankton. Bak-bak ini sebaiknya dibuat dengan beton, namun demikian dapat pula dibuat dari kayu yang dilapisi plastik. Beberapa sarana lain yang diperlukan adalah sebagai berikut:
  1. Saringan pasir untuk menyaring air laut agar betul-betul bersih.
  2. Bak penampungan air yang dilengakapi dengan saringan pasir. Ukuran bak disesuaikan dengan kebutuhan air laut untuk penggantian air pada seluruh unit pembenihan. Penempatan bak diatur supaya gravitasi bisa menyalurkan air dari satu bak ke bak lainnya.
  3. Pipa penyalur air yang dilengkapi dengan beberapa saringan berbagai ukuran 1,5 – 2 mikron.
  4. Bak penampungan induk dengan kapasitas 1,5 ton air berjumlah 2 atau 3 buah dengan kedalaman sekitar 50 cm.
  5. Bak pemliharaan larva berjumlah 10 – 15 buah dengan ukuran  (1 x 2 x 0,5)m³.
  6. Bak pemeliharaan juvenil berjumlah 8 – 10 buah dengan ukuran (2 x 4 x 0,6)m³.
  7. Bak plankton berjumlah 3 – 5 buah dengan ukuran ( 2 x 4 x 0,75)m³
  1. Pemeliharaan dan Seleksi Induk
Induk teripang yang akan digunakan biasanya diperoleh dari tangkapan alam. Pengumpulan calon induk teripang dari laut dapat dilakukan dengan penyelaman pada siang hari. Apabila dilakukan pada malam hari, harus dibantu dengan alat penerang berupa obor atau lampu patromak. Dengan cara ini, induk teripang dapat diambil langsung dengan tangan. Pada perairan yang agak dalam, induk teripang dapat diambil dari atas perahu dengan bantuan alat semacam tombak bermata dua yang tumpul.
  1. Pemilihan Induk
a.    Tubuh tidak cacat.
b.    Ukuran besar dengan berat 400 gr dan panjang tubuh minimal 20 cm.
c.    Berkulit tebal.
  1. Metode  Pemijahan
  1. Pemijahan alami
Setelah mengalami matang gonad penuh, induk teripang yang dipelihara di bak pemijahan biasanya akan memijah secara alami tanpa adanya rangsangan buatan. Pemijahan akan terjadi pada malam hari antara pukul 22. 00 – 23.00 . Induk jantan akan mengeluarkan sperma terlebih dahulu yang akan merangsang induk betina untuk mengeluarkan telur. Kurun waktu pemijahan biasanya berlangsung antara 20 – 60 menit. Setelah induk betina selesai bertelur, segera induk dipindahkan ke tempat lain.

  1. Pemijahan dengan Pembedahan
Metode pembedahan dapat dilakukan dengan cara menggunting bagian bawah teripang mulai dari anus hingga kedepan. Dalam pembelahan gonad ini apabila didapatkan kantong telur, berarti teripang tersebut jantan. Gonad jantan (tesis) juga dipotong menjadi beberapa bagian sehingga sperma keluar dan ditampung di dalam wadah lain yang berisi air laut. Kemudian secara pelan-pelan wadah yang berisi sperma dituangkan kedalam wadah yang berisi telur sambil diaduk secara perlahan, lalu didiamkan. Sehingga terjaddi pembuahan. Telur yang terbuahi akan mengendap didasar bak selanjutnya dipanen dengan saringan dan dipindahkan ketempat pemeliharaan larva.

  1. Perangsangan dengan Temperatur
Prinsip pemijahan dengan perangsangan temperatur ini adalah mengupayakan agar temperatur air naik 3 – 5°C dari temperatur air asal, dalam waktu selama + 30 – 60 menit suhu air dinaikkan dengan cara penambahan air panas atau menggunakan alat pemanas (heater) atau dijemur terik matahari. Induk teripang ditempatkan didalam keranjang plastik yang diletakkan beberapa sentimeter di bawah permukaan air. Perlakuan ini dilakukan pada siang hari. Pada sore harinya induk dimasukkan ke bak pemijahan dan selanjutnya induk teripang akan memperlihatkan perilaku pemijahan yang ditandai dengan tubuh menggeliat dan muncul dipermukaan sambil bertumpu di dinding bak. Induk jantan akan mengeluarkan sperma yang berwarna putih dan terlihat seperti asap di dalam air, selanga waktu setengah hingga dua jam berikutnya induk betina akan mengeluarkan telurnya. Cara ini memberikan hasil lebih baik yakni denga tingkat penetasan mencapai 90 – 95%.

  1. Perangsangan dengan Penyemprotan Air
Setelah induk dipelihara selama 2 – 4 hari pada bak pemeliharaan, maka induk diberikan perlakuan pada sore hari biasanya dimulai pada pukul 17 00 . Pertama-tama induk teripang yang akan dipijahkan dikeluarkan dari bak dan diletakkan ditempat yang kering selama 0,5 – 1 jam. Semprotan air laut yang bertekanan tinggi selama 5 – 10 menit, lalu induk dimasukkan kembali kedalam bak pemijahan. Sekitar 1,5 – 2 jam kemudian induk akan mulai menggerakkan badannya ke dinding. Biasanya induk jantan akan memijah yang kemudian disusul induk-induk betina 30 menit kemudian. Prosentase keberhasilan cara ini mencapai 95 – 100%.

  1. Pemeliharaan Larva
Telur-telur teripang berbentuk bulat berwarna putih bening berukuran 177 mikron, setelah fertilisasi telur-telur ini mengalami pembelahan sel menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel hingga multi sel. Ukuran rata-rata sel tersebut sekitar 194 mikron, selang 10 – 12 jam kemudian akan membentuk stadium gastrula yang berukuran antara 390,50 – 402, 35 mikron.
Setelah lebih dari 32 jam, telur akan menetas menjadi larva dan membentuk stadium auricularia yang terbagi menjadi stadium awal, tengah dan akhir. Ukuran larva teripang pada stadium ini rata-rata antara 812,50 – 987,10 mikron. Pada stadium ini larva mulai diberi plankton jenis Dunaliella sp, Phaeodactylum sp, dan Chaeoceros sp sebanyak 40 – 60 x 10³. Selama stadium auricularia awal sampai menjelang stadium akhir, larva lebih banyak hidup dipermukaan air.
Kepadatan larva yang dikehendaki selama stadium ini kira-kira 300 – 700 ekor per liter. Jika kepadatan terlalu tinggi, larva akan bergerombol menjadi satu, berbentuk bola, dan berada di dasar bak. Bila dibiarkan, larva ini akan mati. Sepuluh hari kemudian, larva berkembang membentuk stadium doliolaria. Pada stadium ini larva berbentuk lup, mempunyai sabuk dan dua tantakel yang menjulur ke luar. Larva dengan ukuran antara 614,78 – 645,70 mikron ini dapat bergerak cepat ke depan. Badan bagian belakang berbentuk cincin datar.
Pada setiap sudut terdapat lima kelompok cilia (bulu getar), Stadium auricularlia dan doliolaria bersifat planktonis, selang tiga belas hari kemudian doliolaria berubah ke stadium pentaculata. Larva berwarna coklat kekuningan dengan panjang antara 1000 – 1200 mikron. Badan berbentuk tubuler dengan lima buah tentakel pada pangkal bagian depan dan sebuah kaki tabung pendek pada pangkal belakang, kurang lebih delapan belas hari, kaki tabung dan tentakel terlihat lebih jelas dan dapat bintil-bintil dipermukaan kulitnya. Larva pada stadium pentacula mempunyai kebiasaan berada di pinggiran bak bagian bawah dan sedikit menyukai di bawah permukaan air. Selintas selama pemeliharaan diusahakan antara 32 – 34 per mil dan suhu antara 27 – 29°C. Segera setelah larva berada di dasar laut, diberi makanan berupa suspensi rumput laut jenis Sargassum dn Ulva.

  1. Pemeliharaan Tingkat Juvenil
Saat mencapai tingkat doliolaria atau umur 10 – 12 hari dengan ukuran panjang tubuh 4 – 5 mm, maka tempatkan kolektor (tempat untuk menempel) yang berbentuk kisi-kisi miring terbuat dari screen net 250 mikron atau plastik berukuran 60 x 60 x 70 cm, berfungsi sebagai tempat perlekatan. Sebaiknya kolektor yang dipasang telah ditempeli diatome (lumut) sehingga pada saat juvenil menempel, pakan yang dibutuhkan telah tersedia. Lima belas hari setelah menempel pada kolektor, juvenil dapat dilihat dengan mata dan dihitung. Kepadatan yang baik antara 5 – 10 ekor tiap kolektro, atau kepadatan optimum dalam satu bak pemeliharaan adalah 200 – 500 ekor/m². Cara ini dilakukan terus menerus sampai benih tersebut berusia 1,5 – 2 bulan. Pada saat tersebut ukuran benih teripang telah mencapai ukuran antara 1,5 – 2 cm.
  1. Cara pemeliharaan teripang
a.    Lingkungan
Teripang yang bergerak dengan sangat lambat dan bahkan diam lebih senang berada laut yang jernih, relatif tenang, dan harus bebas dari pencemaran. Kadar garam berkisar antara 28-38 permil., dengan suhu sekitar 28-30 derajat Celsius.
b.    Lokasi Pemeliharaan
Pemeliharaan dapat dilakukan di perairan laut yang dangkal dengan kedalaman sekitar 20 – 60 cm pada saat surut. Lokasi pemeliharaan sebaiknya pada dasar berpasir yang ditumbuhi tanaman dasar laut (sea grass). Sebaiknya air laut berarus dan berombak kecil.
c.    Kandangan.
Kandang pemeliharaan dapat dibuat dengan sistim petakan yang berukuran 50m x 50m dengan menggunakan jaring yang diikat sedemikian rupa pada patok-patok di setiap sudut dan dibagian tengah antara patok-patok setiap sudutnya. Pada bagian dasar sebaiknya dikelilingi dengan lembaran papan yang sedikit tertanam di pasir dengan maksud agar teripang tidak keluar dari celah jaring.
d.    Penebaran Bibit
Bibit dapat diambil dari alam sekitar dan bibit sudah berukuran sekitar 4-7 cm atau dengan berat sekitar 100 – 200 gram. Jumlah bibit yang ditebar adalah sekitar 3-5 ekor per meter persegi. Selama pemeliharaan diberikan kotoran ayam atau kotoran ayam yang dicampur dedak halus sebanyak 0,1 kg/m2 setiap minggu sekali. Kotoran ayam atau dedak halus sebelum ditebar dicampur dengan air bersih dan diaduk merata agar tidak hanyut atau terapung dan lakukan pada saat air surut.
Pada sistem ini teripang yang dipelihara tidak tergantung dari pakan buatan karena teripang tersebut berada pada habitat aslinya. Pemberian kotoran ayam berfungsi sebagai pupuk untuk merangsang pertumbuan diatom yang merupakan makanan utama bagi teripang. Lama pemeliharaan selama 4-5 bulan setelah mencapai berat sekitar 600 -750 gram.




















DAFTAR PUSTAKA
Johan Setiawan.2010. Makalah Teripang. Di akses pada hari Minggu pukul 14 : 54 Wita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar