Sabtu, 03 Desember 2016



Tugas Individu
Menejemen Akuakultur Payau









Oleh :

Muh. Alwi
L221 14 020
Kelompok 3





Jurusan Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2016







BAB I
PENDAHULUAAN
   A.    Latar Belakang
Dalam PJPT II, sub sektor perikanan semakin dituntut dalam mencukupi kebutuhan protein hewani dari ikan. Selama ini produksi perikanan laut sebagian besar masih tergantung dari hasil pemungutan/penangkapan dari alam yang produksinya semakin menurun, dilain pihak dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk kebutuhan protein akan terus meningkat setiap tahun. Oleh karena itu produksi perikanan perlu digali dari 2 (dua) sumber yaitu penangkapan dan budidaya. Salah satu komoditi ikan laut yang potensial, higienis dan sudah dapat dibudidayakan yaitu antara lain ikan beronang (Siganus sp).
Baronang (Siganus Sp.)adalah ikan laut yang termasuk famili Siginidae. Ikan beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang berbeda-beda satu sama lain seperti di Pulau Seribu dinamakan kea-kea, di Jawa Tengah dengan nama biawas dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku menamakan dengan sebutan samadar. Baronang ditemukan di perairan dangkal laguna di Indo-Pasifik dan timur Mediterania. ikan ini dalam bahasa inggris disebut rabbitfish hal ini karena pemakan tumbuh-tumbuhan (rumput laut) yang rapi seperti dipangkas mesin rumput kecil.
Mengingat budidaya ikan beronang relatif baru dikenal masyarakat, maka makalah ini di harapkan mampu memberikan wawasan bagi para pembaca mengenai segala aspek mengenai budidaya ikan baronan.
  B.   Rumusan masalah
1.    Bagaimana cara budidaya ikan baronang yang baik?
2.    Bagaimana parameter lingkungan budidaya ikan baronang?
3.    Bagaimana teknologi budidaya ikan baronang?
C.   Tujuan
Adapun Tujuan dari makalah ini yaitu menjadi bahan referensi untuk pembaca terkait ikan baronang.

BAB II
PEMBAHASAN
  1. Morfologi ikan baronang



Ikan Baronang (Siganus sp.) merupakan anggota famili Siganidae yang mempunyai badan pipih dan mulut kecil yang posisinya terminal. Rahang ikan ini dilengkapi dengan gigi-gigi yang kecil. Ikan ini memiliki sirip punggung yang terdiri dari 13 duri keras dan 10 duri lunak. Duri-duri ikan ini dilengkapi oleh kelenjar racun pada ujung siripnya sehingga orang akan merasa sakit jika tertusuk oleh duri tersebut. Tubuh bagian atas ikan ini bewarna keabu-abuan, sedangkan dada dan perutnya berwarna putih atau perak.
                        Gambar 1. Ikan baronang

  1. Klasifikasi Ikan Baronang
Adapun klasifikasi untuk ikan Baronang adalah sebagai berikut;
Kingdom : Animalia
Filum       : Chordata
Kelas       : Pisces
Famili      : Siganidae
Genus      : Siganus
Spesies     : Siganus sp.
C.      Persyaratan Lokasi
a. Sumber air laut bersih dan jernih sepanjang tahun.
b. Bebas dari pencemaran.
c. Dasar perairan laut berpasir atau berkarang.
d. Dekat dengan lokasi pemasaran/pemasok induk
D.      Teknologi budidaya
1.    Persyaratan Lokasi Budidaya
Untuk mencapai produksi jenis komoditas budidaya laut secara optimal memerlukan kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya yang akan dikembangkan serta kecocokan metoda yang digunakan yaitu Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran atau polusi baik limbah industri maupun limbah rumah tangga, Lokasi juga harus bebas dari hama yang meliputi antara lain ikan-ikan besar dan buas, binatang yang selain potensial dapat mengganggu (predator), Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan seperti:  
a.    Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.
b.    Suhu air berkisar antara 28 ~ 32 0 C.
c.    O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.
d.    Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~ 0,5 ppm.
2.    Pembenihan
  1. Kriterian induk ikan baronang
Ciri-ciri induk betina
·         Ikan Betina lebih besar dari jantan
·         Perut bagian bawah ikan betina lebih besar 
·         Lubang genital ikan baronang betina lebih besar
·         Ukuran baronang betina terutama matang telur adalah panjang baku 130 - 210 mm
·         Berat Betina > 300-450
·         Jika bagian perut beronang diurut, cairan keluar berwarna jingga dari lubang genital 

Ciri Ikan Baronang Jantan
  • Ukuran jantan terutama matang gonat adalah panjang baku 110 - 140 mm
  • Berat Jantan > 250
  1. Pemeliharaan induk
Pemeliharaan induk dilakukan dengan menggunakan
  • Bak dari beton yang berukuran 3 m3 dengan perbandingan antara jantan dan betina adalah 1 : 1. 
  • Pakan yang diberikan berupa pakan pelet sebanyak 3 - 5 % bobot ikan yang mengandung protein > 35 %. 
  • Pemberian pakan ini dilakukan 2 – 3 kali sehari pada jam 07.00, 10.00, dan 15.00.
  1. Metode pemijahan
  • Pemijahan alami Ikan Baronang
Induk ikan baronang umumnya memijah pada bulan gelap, waktu memijah sekitar petang menjelang malam atau dinihari menjelang subuh. Ikan baronang memijah umumnya pada bulan Februari s/d September. Metode pemijahan secara striping Sel telur hasil stripping dari induk betina dicampur dengan sperma jantan, pencampuran dilakukan dengan bulu ayam/bulu bebek, kemudian dibiarkan selama + 10 menit. Setelah itu dicuci dengan air laut yang telah disaring dan disterilisasi, baru telur dipindahkan ke bak penetasan
  • Pemijahan  Ikan Baronang dengan hormone
Induk ikan yang sudah matang telur dirangsang untuk memijah dengan suntikan hormon gonadotropin. Induk betina disuntik dengan 500 MU dan induk jantan disuntik dengan 250 MU (mouse unit). Biasanya setelah 6 -8 jam ikan akan memijah penetasan
Telur yang dibuahi akan menetas dalam waktu 22 – 24 jam pada suhu air 26 – 28 0 C. Telur yang tidak dibuahi akan tenggelam ke dasar bak.
  1. Penetasan
Telur yang dibuahi akan menetas dalam waktu 22 – 24 jam pada suhu air 26 – 28 Telur yang tidak dibuahi akan tenggelam ke dasar bak.
  1. Pemeliharaan Larva
Larva yang dirawat dengan seksama terutama sesudah kuning telurnya habis. Pada tahap ini larva diberi pakan hidup alami berupa chlorella sp, rotifera dan daging ikan yang dicincang. Dari beberapa macam jenis jasad pakan tersebut tidak diberikan secara bersamaan melainkan disusun menurut jadwal yang tertentu sesuai dengan perkembangan larva.
  • Hari ke- 0 sd 10 , jenis pakan adalah Larva bivalvia
  • Hari ke- 0 sd 30 , jenis pakan adalah Rotifera
  • Hari ke- 5 sd 35 , jenis pakan adalah Nauplii artemia
  • Hari ke-30 , jenis pakan adalah Copepoda (Tigriopus sp)
  • Hari ke-30 , jenis pakan adalah Daging cincang
  • Hari ke-40 , jenis pakan adalah Daging/udang/ikan
  1. Pendederan
Pendederan adalah tahap pemeliharaan benih pasca larva sampai mencapai ukuran benih yang siap tebar (minimal 8 – 10 gr).  Tentunya benih yang akan dihasilkan harus dalam keadaan sehat agar nantinya bila ditebarkan di lokasi pembesaran tidak banyak masalah. Pendederan benih beronang dapat dilakukan di bak-bak yang disediakan di dalam panti benih.  Pendederan dibak-bak yang disediakan didalam panti benih membuat benih aman dari serangan predator luar, tetapi pendederan ditempat ini membutuhkan pakan yang banyak karena pakan hanya mengandalkan suplai dari pemeliharaan.  Padat benih yang ditebar 1500 - 3000 ekor/3 m3.  Pemberian pakan dapat dilakukan 3 kali sehari.
Pemeliharaan benih dibak pendederan yang harus diperhatikan adalah ukuran pakan dan jumlah pakan yang diberikan.  Pakan yang diberikan harus sesuai dengan dengan bukaan mulut ikan dan jumlahnya mencukupi.  Pakan berupa pellet yang mengandung protein antara 25-30 %.  Pakan yang diberikan harus diperhatikan agar tidak terbuang percuma dan menyebabkan air menjadi kotor yang nantinya akan membahayakan ikan.  Pemeliharaan dibak pendederan dapat dilakukan antara 20–30 hari, yang selanjutnya dipanen dan dibesarkan lebih lanjut untuk menghasilkan ikan komsumsi.
3.    Pembesaran
  1.  Persyaratan Lokasi Budidaya
Untuk mencapai produksi jenis komoditas budidaya laut secara optimal memerlukan kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya yang akan dikembangkan serta kecocokan metoda yang digunakan.  Dalam hal ini, pemilihan lokasi untuk budidaya ikan di laut harus akan mempertimbangkan dari aspek teknis dan non teknis.
Dari segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan meliputi:
  • Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari pengaruh angin/musim dan gelombang, hal ini untuk mengamankan/melindungi salinitas budidaya.
  •  Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 ~ 40 cm/detik, apabila kecepatan arus kurang mengakibatkan penyediaan air kurang dan O2 yang di supplay juga akan berkurang dan sebaliknya apabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan ikan akan terganggu sebab energi yang didapatkan dari makanan banyak keluar untuk melawan arus.
  • Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran atau polusi baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
  • Lokasi juga harus bebas dari hama yang meliputi antara lain ikan-ikan
besar dan buas, binatang yang selain potensial dapat mengganggu
(predator).
Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas airyang baik untuk pertumbuhan ikan seperti :
- Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.
- Suhu air berkisar antara 28 ~ 320C.
- O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.
- Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~ 0,5 ppm.
Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan sektor-sektor
yang berkaitan dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam hubungan dengan kepentingan sektor lain seperti pariwisata, pelayaran, dll.
  1. Sarana produksi
  • Desain Konstruksi Keramba Jaring Apung
Cara pembuatan masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut:
- Rakit  Apung
Pembuatan rakit apung dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulu
membuat kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m.  Kerangka ini berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk segi empat dan terbuat dari bahan bambu atau kayu. Setiap unit kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara ekonomi setiap unti dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan. Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya dengan diberi jangkar sebanyak 4 buah agar tetap pada tempatnya atau tidak terbawa arus.
- Kurungan
Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata jaring antara 0,75 ~ 1".  Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk kerangka rakit yaitu empat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3. Jaring apung yang telah siap dibuat di pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke empat sudut bagian atas pada setiap sudut kerangka.  Pola pembuatan kurungan dan cara pengikatan dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 dan agar kerangka jaring apung tetap terbentuk bujur sangkar, maka pada sudut bagian bawah jaring diberi pemberat.
- Pelampung
Untuk mengapungkan sarana budidaya termasuk rumah jaga diperlukan pelampung.  Pelampung dapat digunakan drum plastic volume 200 liter.  Dan untuk menahan rakit diperlukan pelampung sebanyak 12 buah.  Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE) yang bergaris tengah 0,8 ~ 1,0 cm.
- Jangkar
Jangkar berfungsi untuk menahan sarana budidaya agar tidak bergeser
dari tempatnya akibat pengaruh arus dan angin ataupun gelombang. Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar 4 buah yang terbuat dari besi dengan berat 50 kg.  Panjang tali jangkar biasanya 1,5 kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.
  1. Cara Penebaran Benih
Benih sebelum ditebarkan perlu diaklimasikan terlebih dulu, kemudian secara perlahan-lahan ditebarkan ke dalam wadah budidaya.  Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
  1. Cara Pemberian Pakan
Jenis pakan yang digunakan pada budidaya ikan beronang adalah pellet
kering dengan jumlah sebanyak 2% dari berat badan ikan setiap hari.
Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan
sore hari.
Konversi pemberian pakan dengan menggunakan pellet biasanya 1 : 4
yang berarti untuk memperoleh berat ikan 1 kg dibutuhkan pellet
sebanyak 4 kg.
  1. Penanganan Hasil
Panen ikan beronang dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 ~ 6 bulan setelah penebaran.  Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
-  Panen sebagian, dilakukan dengan cara memanen ikan yang telah berukuran tertentu tergantung kebutuhan pasar dengan menggunakan serok/lampit/alat angkap.
-  Panen seluruhnya, dilakukan dengan cara memanen hasil budidaya
sekaligus dengan cara menarik/mengangkat sebagian jaring ke arah suatu sudut sehingga akan terkumpul pada suatu tempat dan kemudian diambil dengan menggunakan serok/lambit/alat tangkap dengan berhati-hati agar ikan tidak mengalami luka/cacat.  Panen sebaiknya dilakukan pada saat udara sejuk.
4.    Manajemen Budidaya
Permasalahan yang sering ditemui pada pemeliharaan ikan di laut dengan jaring apung adalah pengotoran/penempelan oleh organisme penempel pada sarana yang digunakan seperti kerangka, rakit, kurungan apung dan pelampung.  Penempelan organisme tersebut akan mengganggu pertukaran air dan menyebabkan kurungan bertambah berat. Untuk menanggulangi organisme penempel ini maka perlu dilakukan
pembersihan terutama kurungan secara periodik paling sedikit 1 bulan sekali atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme penempel. Sedangkan untuk pembersihan kurungan dilakukan dengan menyikat atau dengan menggunakan mesin semprot jaring.

















DAFTAR PUSTAKA
http://marinefisehery.blogspot.co.id.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar