Tugas
Individu
Menejemen
Akuakultur Payau
Oleh :
Muh. Alwi
L221 14 020
Kelompok 3
Jurusan
Perikanan
Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas
Hasanuddin
Makassar
2016
BAB
I
PENDAHULUAAN
A.
Latar
Belakang
Dalam PJPT II, sub sektor
perikanan semakin dituntut dalam mencukupi kebutuhan protein hewani dari ikan.
Selama ini produksi perikanan laut sebagian besar masih tergantung dari hasil
pemungutan/penangkapan dari alam yang produksinya semakin menurun, dilain pihak
dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk kebutuhan protein akan terus
meningkat setiap tahun. Oleh karena itu produksi perikanan perlu digali dari 2
(dua) sumber yaitu penangkapan dan budidaya. Salah satu komoditi ikan laut yang
potensial, higienis dan sudah dapat dibudidayakan yaitu antara lain ikan
beronang (Siganus sp).
Baronang (Siganus
Sp.)adalah ikan laut yang
termasuk famili Siginidae. Ikan beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama
yang berbeda-beda satu sama lain seperti di Pulau Seribu dinamakan kea-kea,
di Jawa Tengah dengan nama biawas dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku
menamakan dengan sebutan samadar. Baronang ditemukan di perairan dangkal
laguna
di Indo-Pasifik
dan timur Mediterania. ikan ini dalam bahasa inggris
disebut rabbitfish hal ini karena pemakan tumbuh-tumbuhan (rumput laut)
yang rapi seperti dipangkas mesin rumput kecil.
Mengingat
budidaya ikan beronang relatif baru dikenal masyarakat, maka makalah ini di
harapkan mampu memberikan wawasan bagi para pembaca mengenai segala aspek
mengenai budidaya ikan baronan.
B. Rumusan
masalah
1. Bagaimana
cara budidaya ikan baronang yang baik?
2. Bagaimana
parameter lingkungan budidaya ikan baronang?
3. Bagaimana
teknologi budidaya ikan baronang?
C. Tujuan
Adapun
Tujuan dari makalah ini yaitu menjadi bahan referensi untuk pembaca terkait
ikan baronang.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Morfologi ikan baronang
Ikan Baronang (Siganus sp.) merupakan anggota famili Siganidae yang mempunyai badan pipih dan mulut kecil yang posisinya terminal. Rahang ikan ini dilengkapi dengan gigi-gigi yang kecil. Ikan ini memiliki sirip punggung yang terdiri dari 13 duri keras dan 10 duri lunak. Duri-duri ikan ini dilengkapi oleh kelenjar racun pada ujung siripnya sehingga orang akan merasa sakit jika tertusuk oleh duri tersebut. Tubuh bagian atas ikan ini bewarna keabu-abuan, sedangkan dada dan perutnya berwarna putih atau perak.
Gambar 1. Ikan baronang
- Klasifikasi Ikan Baronang
Adapun klasifikasi untuk ikan
Baronang adalah sebagai berikut;
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Famili : Siganidae
Genus : Siganus
Spesies : Siganus sp.
C.
Persyaratan Lokasi
a. Sumber air laut bersih dan jernih sepanjang tahun.
b. Bebas dari pencemaran.
c. Dasar perairan laut berpasir atau berkarang.
d. Dekat dengan lokasi pemasaran/pemasok induk
a. Sumber air laut bersih dan jernih sepanjang tahun.
b. Bebas dari pencemaran.
c. Dasar perairan laut berpasir atau berkarang.
d. Dekat dengan lokasi pemasaran/pemasok induk
D.
Teknologi budidaya
1.
Persyaratan Lokasi Budidaya
Untuk mencapai produksi jenis komoditas
budidaya laut secara optimal memerlukan kecermatan dalam penentuan lokasi
budidaya yang akan dikembangkan serta kecocokan metoda yang digunakan yaitu Lokasi harus bebas dari pengaruh
pencemaran atau polusi baik limbah industri maupun limbah rumah tangga, Lokasi
juga harus bebas dari hama yang meliputi antara lain ikan-ikan besar dan buas,
binatang yang selain potensial dapat mengganggu (predator), Hal yang sangat
penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas air yang baik untuk
pertumbuhan ikan seperti:
a.
Kadar
garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.
b.
Suhu
air berkisar antara 28 ~ 32 0 C.
c.
O2
(oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.
d.
Nitrat
0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~ 0,5 ppm.
2.
Pembenihan
- Kriterian induk ikan baronang
Ciri-ciri
induk betina
·
Ikan
Betina lebih besar dari jantan
·
Perut
bagian bawah ikan betina lebih besar
·
Lubang
genital ikan baronang betina lebih besar
·
Ukuran
baronang betina terutama matang telur adalah panjang baku 130 - 210 mm
·
Berat
Betina > 300-450
·
Jika
bagian perut beronang diurut, cairan keluar berwarna jingga dari lubang
genital
Ciri Ikan Baronang Jantan
- Ukuran jantan terutama matang gonat adalah panjang baku 110 - 140 mm
- Berat Jantan > 250
- Pemeliharaan induk
Pemeliharaan induk dilakukan dengan
menggunakan
- Bak dari beton yang berukuran 3 m3 dengan perbandingan antara jantan dan betina adalah 1 : 1.
- Pakan yang diberikan berupa pakan pelet sebanyak 3 - 5 % bobot ikan yang mengandung protein > 35 %.
- Pemberian pakan ini dilakukan 2 – 3 kali sehari pada jam 07.00, 10.00, dan 15.00.
- Metode pemijahan
- Pemijahan alami Ikan Baronang
Induk ikan baronang umumnya
memijah pada bulan gelap, waktu memijah sekitar petang menjelang malam atau dinihari
menjelang subuh. Ikan baronang memijah umumnya pada bulan Februari s/d
September. Metode pemijahan secara striping
Sel
telur hasil stripping dari induk betina dicampur dengan sperma jantan,
pencampuran dilakukan dengan bulu ayam/bulu bebek, kemudian dibiarkan selama +
10 menit. Setelah itu dicuci dengan air laut yang telah disaring dan
disterilisasi, baru telur dipindahkan ke bak penetasan
- Pemijahan Ikan Baronang dengan hormone
Induk ikan yang sudah matang
telur dirangsang untuk memijah dengan suntikan hormon gonadotropin. Induk
betina disuntik dengan 500 MU dan induk jantan disuntik dengan 250 MU (mouse
unit). Biasanya setelah 6 -8 jam ikan akan memijah penetasan
Telur yang dibuahi akan menetas dalam waktu
22 – 24 jam pada suhu air 26 – 28 0 C. Telur yang tidak dibuahi akan tenggelam
ke dasar bak.
- Penetasan
Telur yang dibuahi akan menetas dalam waktu
22 – 24 jam pada suhu air 26 – 28 Telur yang tidak dibuahi akan tenggelam ke
dasar bak.
- Pemeliharaan Larva
Larva yang dirawat dengan
seksama terutama sesudah kuning telurnya habis. Pada tahap ini larva diberi
pakan hidup alami berupa chlorella sp, rotifera dan daging ikan yang dicincang.
Dari beberapa macam jenis jasad pakan tersebut tidak diberikan secara bersamaan
melainkan disusun menurut jadwal yang tertentu sesuai dengan perkembangan
larva.
- Hari ke- 0 sd 10 , jenis pakan adalah Larva bivalvia
- Hari ke- 0 sd 30 , jenis pakan adalah Rotifera
- Hari ke- 5 sd 35 , jenis pakan adalah Nauplii artemia
- Hari ke-30 , jenis pakan adalah Copepoda (Tigriopus sp)
- Hari ke-30 , jenis pakan adalah Daging cincang
- Hari ke-40 , jenis pakan adalah Daging/udang/ikan
- Pendederan
Pendederan adalah tahap pemeliharaan benih pasca
larva sampai mencapai ukuran benih yang siap tebar (minimal 8 – 10 gr). Tentunya benih yang akan dihasilkan harus
dalam keadaan sehat agar nantinya bila ditebarkan di lokasi pembesaran tidak
banyak masalah. Pendederan benih beronang dapat dilakukan di bak-bak yang disediakan di
dalam panti benih. Pendederan dibak-bak
yang disediakan didalam panti benih membuat benih aman dari serangan predator
luar, tetapi pendederan ditempat ini membutuhkan pakan yang banyak karena pakan
hanya mengandalkan suplai dari pemeliharaan.
Padat benih yang ditebar 1500 - 3000 ekor/3 m3. Pemberian pakan dapat dilakukan 3 kali
sehari.
Pemeliharaan
benih dibak pendederan yang harus diperhatikan adalah ukuran pakan dan jumlah
pakan yang diberikan. Pakan yang
diberikan harus sesuai dengan dengan bukaan mulut ikan dan jumlahnya
mencukupi. Pakan berupa pellet yang
mengandung protein antara 25-30 %. Pakan
yang diberikan harus diperhatikan agar tidak terbuang percuma dan menyebabkan
air menjadi kotor yang nantinya akan membahayakan ikan. Pemeliharaan dibak pendederan dapat dilakukan
antara 20–30 hari, yang selanjutnya dipanen dan dibesarkan lebih lanjut untuk
menghasilkan ikan komsumsi.
3.
Pembesaran
- Persyaratan Lokasi Budidaya
Untuk mencapai produksi
jenis komoditas budidaya laut secara optimal memerlukan kecermatan dalam penentuan
lokasi budidaya yang akan dikembangkan serta kecocokan metoda yang
digunakan. Dalam hal ini, pemilihan
lokasi untuk budidaya ikan di laut harus akan mempertimbangkan dari aspek
teknis dan non teknis.
Dari
segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan meliputi:
- Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari pengaruh angin/musim dan gelombang, hal ini untuk mengamankan/melindungi salinitas budidaya.
- Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 ~ 40 cm/detik, apabila kecepatan arus kurang mengakibatkan penyediaan air kurang dan O2 yang di supplay juga akan berkurang dan sebaliknya apabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan ikan akan terganggu sebab energi yang didapatkan dari makanan banyak keluar untuk melawan arus.
- Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran atau polusi baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
- Lokasi juga harus bebas dari hama yang meliputi antara lain ikan-ikan
besar dan buas, binatang yang selain
potensial dapat mengganggu
(predator).
Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi
persyaratan kualitas airyang baik untuk pertumbuhan ikan seperti :
-
Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.
-
Suhu air berkisar antara 28 ~ 320C.
-
O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.
-
Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~ 0,5 ppm.
Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus
memperhatikan sektor-sektor
yang
berkaitan dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam hubungan dengan
kepentingan sektor lain seperti pariwisata, pelayaran, dll.
- Sarana produksi
- Desain Konstruksi Keramba Jaring Apung
Cara
pembuatan masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut:
- Rakit Apung
Pembuatan rakit apung dapat
dilakukan di darat dengan terlebih dahulu
membuat kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8
x 8 m. Kerangka ini berfungsi sebagai
tempat peletakan kurungan yang berbentuk segi empat dan terbuat dari bahan
bambu atau kayu. Setiap unit kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan
tetapi secara ekonomi setiap unti dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan. Kerangka
ditempatkan di lokasi budidaya dengan diberi jangkar sebanyak 4 buah agar tetap
pada tempatnya atau tidak terbawa arus.
- Kurungan
Kurungan berfungsi sebagai
wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan polyethilen (PE) D. 18 dengan
lebar mata jaring antara 0,75 ~ 1".
Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk kerangka rakit yaitu empat persegi
dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3. Jaring apung yang telah siap dibuat di
pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke empat sudut bagian atas pada
setiap sudut kerangka. Pola pembuatan kurungan
dan cara pengikatan dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 dan agar kerangka
jaring apung tetap terbentuk bujur sangkar, maka pada sudut bagian bawah jaring
diberi pemberat.
-
Pelampung
Untuk mengapungkan sarana
budidaya termasuk rumah jaga diperlukan pelampung. Pelampung dapat digunakan drum plastic volume
200 liter. Dan untuk menahan rakit
diperlukan pelampung sebanyak 12 buah.
Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE) yang bergaris tengah 0,8
~ 1,0 cm.
-
Jangkar
Jangkar berfungsi untuk
menahan sarana budidaya agar tidak bergeser
dari tempatnya akibat pengaruh arus dan angin
ataupun gelombang. Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar 4 buah
yang terbuat dari besi dengan berat 50 kg.
Panjang tali jangkar biasanya 1,5 kali kedalaman perairan pada waktu
pasang tinggi.
- Cara Penebaran Benih
Benih sebelum ditebarkan
perlu diaklimasikan terlebih dulu, kemudian secara perlahan-lahan ditebarkan ke
dalam wadah budidaya. Penebaran benih
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
- Cara Pemberian Pakan
Jenis pakan yang digunakan pada budidaya ikan
beronang adalah pellet
kering dengan jumlah sebanyak 2% dari berat
badan ikan setiap hari.
Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali
sehari yaitu pagi, siang dan
sore hari.
Konversi pemberian pakan dengan menggunakan
pellet biasanya 1 : 4
yang berarti untuk memperoleh berat ikan 1 kg
dibutuhkan pellet
sebanyak 4 kg.
- Penanganan Hasil
Panen ikan beronang dilakukan setelah masa
pemeliharaan 4 ~ 6 bulan setelah penebaran.
Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
- Panen
sebagian, dilakukan dengan cara memanen ikan yang telah berukuran tertentu
tergantung kebutuhan pasar dengan menggunakan serok/lampit/alat angkap.
- Panen
seluruhnya, dilakukan dengan cara memanen hasil budidaya
sekaligus dengan cara menarik/mengangkat
sebagian jaring ke arah suatu sudut sehingga akan terkumpul pada suatu tempat
dan kemudian diambil dengan menggunakan serok/lambit/alat tangkap dengan berhati-hati
agar ikan tidak mengalami luka/cacat.
Panen sebaiknya dilakukan pada saat udara sejuk.
4. Manajemen
Budidaya
Permasalahan yang sering
ditemui pada pemeliharaan ikan di laut dengan jaring apung adalah
pengotoran/penempelan oleh organisme penempel pada sarana yang digunakan
seperti kerangka, rakit, kurungan apung dan pelampung. Penempelan organisme tersebut akan mengganggu
pertukaran air dan menyebabkan kurungan bertambah berat. Untuk menanggulangi
organisme penempel ini maka perlu dilakukan
pembersihan terutama kurungan secara periodik
paling sedikit 1 bulan sekali atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme
penempel. Sedangkan untuk pembersihan kurungan dilakukan dengan menyikat atau
dengan menggunakan mesin semprot jaring.
DAFTAR PUSTAKA
http://marinefisehery.blogspot.co.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar